Rabu, 10 September 2008

Tanjungpinang yang Gelap


Perasaan kesal tak pernah hilang saat menginjak kaki di Tanjungpinang.
Memasuki Pelabuhan Sri Bintan Pura saja, kita sudah disuguhkan kegelapan.
Maklum, listrik mati. Tanjungpinang gelap.

Bisa jadi, mati lampu berdampak positif terhadap pertumbuhan bayi? Ah,
belum ada yang melakukan penelitian tentang itu.
Bisa saja dengan kondisi gelap gulita bertemankan lilin, kepala rumah
tangga enggan untuk keluar rumah. Ujung-ujungnya, ambil jatah.

Kondisi Tanjungpinang sebagai ibu kota sebuah provinsi, yang katanya
memilili pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen, sungguh menyedihkan.
Terbatas sarana listrik, yang setiap hari mati. Air PDAM yang selalu
ngadat. Belum lagi fasilitas infratruktur minim. Tapi kota itu menyuguhkan

kehidupan yang sederhana. Antartetangga selalu akur. Jarang terjadi tindak
kriminal seperti di Batam dan kota besar lainnya.
Di Tanjungpinang, jangan ditanya ada mal. Yang ada cuma Ramayana. Itupun
dikatakan mal Tanjungpinang.

Salah satu petinggi pusat perbelanjaan besar di Batam mengatakan ke Saya,
pihaknya belum berminat melebarkan sayap di kota Gurindam. Pasal,
perekonomian warga belum mendukung. Daya beli konsumen rendah. Sehingga
mereka menunda untuk melebarkan sayap ke Tanjungpinang.

Warga Tanjungpinang tak kecil hari jika tak mendapatkan pusat perbelanjaan
yang elite yang menyediakan merek-merek ternama. Toko-toko di
Tanjungpinang sudah menjual produk impor dari Korea, Thailand, dan
Hongkong.

Tak heran, di sepanjang Jalan Merdeka, toko toko tersebut menjual produk
fashion impor.Tak jarang, warga Tanjungpinang membeli baju di Singapura. Maklum,jarak
tempuh Tanjungpinang-Singapura cuma 1,5 jam saja.

Yang jadi persoalan serius, sampai kapan, kota yang melahirkan tokoh
sastra nasional itu menjadi kota yang maju. Dengan kilauan lampu jalan,
lampu hias lainnya. Sampai kapan, kegelapan melanda kota tersebut.

Moga Tanjungpinang cepat berbenah, berhias, seperti putri yang menanti
sang pangeran.

Tidak ada komentar: