Selasa, 02 September 2008

Mampukah Kita Mencintai Tanpa Syarat

Based on True Story...

Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yang sudah
senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya
diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua.
Mereka menikah sudah lebih 32 tahun.

Mereka dikarunia 4 orang anak. Disinilah awal cobaan menerpa,setelah
istrinya melahirkan anak ke empat tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak
bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ketiga
seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang
lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi,
dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja
dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa
kesepian.

Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya
tersenyum. Untunglah tempat usaha Pak Suyatno tidak begitu jauh dari
rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan
siang, sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan
selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil
menceritakan apa-apa saja yang dia alami seharian.

Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak
Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap
berangkat tidur.

Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun dengan
sabar. Dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan keempat buah
hati mereka. Sekarang anak-anak mereka sudah dewasa tinggal si bungsu
yang masih kuliah.

Pada suatu hari, keempat anak Suyatno berkumpul di rumah orang tua
mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah
sudah tinggal dengan keluarga masing-masing dan Pak Suyatno memutuskan
ibu mereka dia yang merawat, yang dia inginkan hanya satu semua
anaknya berhasil.

Dengan kalimat yang cukup hati-hati anak yang sulung berkata, "Pak
kami ingin sekali merawat Ibu, semenjak kami kecil melihat Bapak
merawat Ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir
Bapak......... bahkan Bapak tidak ijinkan kami menjaga Ibu." Dengan
air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-katanya. "Sudah yang
keempat kalinya kami mengijinkan Bapak menikah lagi, kami rasa Ibu pun
akan mengijinkannya, kapan Bapak menikmati masa tua Bapak dengan
berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat Bapak, kami janji
kami akan merawat Ibu sebaik-baik secara bergantian."

Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anak
mereka. "Anak-anakku, jikalau perkawinan dan hidup didunia ini hanya
untuk nafsu, mungkin Bapak akan menikah......tapi ketahuilah dengan
adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah
melahirkan kalian...."

Sejenak kerongkongannya tersekat. "Kalian yang selalu kurindukan hadir
di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat menghargai
dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan
keadaanya seperti ini. Kalian menginginkan Bapak bahagia, apakah batin
Bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang,
kalian menginginkan Bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat
oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit."

Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno. Merekapun melihat
butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu Suyatno. Dengan pilu
ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu.

Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV
swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan
kepada Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat istrinya
yang sudah tidak bisa apa-apa. Di saat itulah meledak tangis beliau.
Tamu yang hadir di studio yang kebanyakan kaum perempuan pun tidak
sanggup menahan haru disitulah Pak Suyatno bercerita. "Jika manusia
didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi
tidak mau memberi... memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian...
adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup
saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya,
mencintai saya dengan hati dan batinnya bukan dengan mata, dan dia
memberi saya 4 orang anak yang lucu-lucu. Sekarang dia sakit karena
berkorban untuk cinta kita bersama... dan itu merupakan ujian bagi
saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa
adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia
sakit.****

Tidak ada komentar: