Senin, 12 Oktober 2020

Keadilan

Hari ini saya melihat tiga media mainstream menjadikan RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) sebagai berita di halaman depan. Yakni Republika yang dari awal kebijakan redaksinya nampaknya memang menolak RUU itu dibahas lebih lanjut. Kemudian Media Indonesia di paling bawah halaman depan dan Rakyat Merdeka masih di berita unggulan.

Sementara The Jakarta Post mengangkat isu HAM di Papua, Kompas soal isu kartu Prakerja dan Tempo menjadikan halaman depan 14 juta rekening listrik. Tak munculnya isu RUU HIP di halaman depan media utama menandakan isu itu sudah tak menarik lagi dibahas di halaman depan. Dan pemerintah menunda untuk melakukan pembahasan dalam waktu dekat.

Dan Machiavelli pun Tertawa

Kalau Machiavelli masih hidup, tentu ia akan tertawa atau bisa jadi sedih. Karena pemikirannya soal kekuasaan yang ditulis 507 tahun lalu masih relevan saat ini. Bahkan ketika negara bukan monarki sekalipun, sekarang ingin menjadi seperti monarki. Kekuasaan dapat diwariskan kepada keluarga terdekat. Walaupun prosedurnya tetap melalui pemilu layaknya dalam model demokrasi.


Dulu di zaman monarki Italia, Machiavelli menulis buku berjudul Sang Pangeran sebagai pedoman penguasa. Ada yang menganggap Machiavelli memberikan ajaran yang menabrak nilai nilai kemanusiaan untuk berkuasa. Tapi di era politik modern masih banyak meniru gaya
pemikiran pemikir Italia itu untuk merebut kekuasaan dengan menghalalkan segala cara. Machiavelli mengatakan, “Kekuasaan harus digapai dan dipertahankan, meski harus membuang bab etika ke tong sampah.”

Setelah 100 Tahun Berlalu

 1920, seratus tahun lalu, Amerika Serikat menyelenggarakan pemilu setelah pandemi melanda negeri itu dan dunia. Wabah penyakit baru saja berakhir setelah memakan korban dalam hitungan jutaan jiwa.

Calon presiden berjanji untuk mengembalikan kondisi pasca pandemi menuju normal. Itulah janji kampanye calon calon yang ikut pemilu. Setelah kematian, resesi, isolasi, maka calon pemimpin muncul dengan memberi harapan kepada rakyatnya. Apakah itu nanti terwujud, itu urusan lain. Yang jelas, berjanji dulu mendapatkan simpati.
Sekarang di masa pandemi yang kian mengganas, rakyat Indonesia yang akan ikut pilkada di 270 daerah dengan jumlah pemilih 100 juta. Jumlah ini yang akan aktif terlibat kampanye, sosialisasi, dan pencoblosan calon yang mereka pada 9 Desember 2020. Andaikan partisipasi cuma 50 persen akibat ketakutan pemilih ke TPS, maka masih ada 50 juta yang datang ke TPS memberikan hak suaranya. Mereka berinteraksi di satu hari yang sama.

18 Tahun Kepri, Kita Harus Melangkah di Tengah Pandemi

Ibarat anak - anak manusia yang mulai beranjak remaja di usia 18 tahun. Bagi wanita dan pria, inilah usia peralihan dari anak anak ke remaja yang baru mengenal asmara atau ketertarikan lawan jenis. Mulai manis - manisnya ketika meninggalkan masa anak anak. Pria merasakan mimpi basah bisa di usia 18 tahun. Di mana amal baiknya mulai dicatat olah malaikat.

Provinsi Kepulauan Riau di usia 18 tahun sedang mendaki gunung yang tinggi untuk mencapai puncak cita cita mulia. Cita cita membuat penghuni provinsi ini sejahtera warganya, bukan hanya aparat penyelenggaranya.
Tunjangan ASN di Pemprov Kepri bagi yang staf sudah Rp5 juta ke atas. Jika mereka ASN dengan golongan III A, maka ditambah tunjangan kinerja, maka mereka sudah bisa hidup dengan bahagia. Kira kira bersihnya Rp9 juta.

Politik dan Kemanusiaan


Pilkada 2020 bisa jadi menjadi catatan hitam atau catatan putih. Setelah pemilu 2019 banyak memakan korban 700 kematian petugas pemilu, bukan tak mungkin pilkada 2020 digelar saat pandemi semakin mengganas, menambah catatan hitam itu.
Ketua KPU RI, anggota KPU RI dan anggota Bawaslu sudah masuk daftar yang mengalami serangan virus Covid-19. Bahkan beberapa pegawai KPU di markas KPU di Jalan Imam Bonjol pernah diserang Covid-19.
Catatan hitam bermakna banyaknya korban terinfeksi Covid-19 sejalan pelaksanaan pilkada. Makna catatan putih, Indonesia bisa bangga karena mampu menyelenggarakan pilkada di tengah pandemi yang sedang mengganas. Seperti Korea Selatan maupun Singapura. Dan Amerika pada November 2020. Dua negara Singapura dan Korsel melaksanakan pemilu di saat kondisi pandemi masih bisa mereka kendalikan.

Air Terjun Resun, Lingga


Suana sore yang sejuk menyertai perjalanan kami ke Air Terjun Resun di Daek, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Gunung Daek bercabang tiga selalu menampakkan wujudnya sore itu.
Sudah lama tak main ke Dabo dan Daek. Terakhir 2008 bersama dengan rombongan Telkomsel Sumbagteng ketika itu ke Dabo. Ketika ada tawaran ke Daek, tentu kesempatan itu tak disia siakan. 2008 ke 2020 tentu waktu yang lama. Kita juga bisa menyaksikan perubahan perubahan di Daek dan Dabo selama perjalanan singkat daerah ini menjadi daerah otonom baru.
Daek merupakan pusat pemerintahan Lingga. untuk mencapai Airterjun Resun tak perlu waktu lama dari Kota Daek. Kira kira 25 menit kita bisa sampai di air terjun itu. Suasana yang masih asri di Daek memberikan sensasi yang nikmat. Kiri kanan kita bisa menyaksikan perkebunan warga.

Air Terjun di Tepi Laut hanya di Tarempa

Kebanyakan air terjun (waterfall) biasanya di tengah wilayah pergunungan. Misalnya air terjun di Malang. Di Malang, ada 27 air terjun. Salah satunya Coban Rondo yang tingginya 60 meter dari atas ke bawah. Dari Malang lumayan jauh baru ketemu air terjun ini.Tentunya kita harus masuk hutan dengan jalan yang berliku.

Di Tarempa Kabupaten Anambas air terjun unik. Langsung mengalir ke laut. Tidak lagi melakukan sungai. Air terjun, batu dan pinggir laut. Dari atas kita bisa berfoto dengan latar belakang laut. Sedangkan dari jalan raya dengan latar belakang air terjun yang jatuh di antara bebatuan keras.
Selain berada di pinggir laut, air terjun di Tarempa ini mudah dijangkau. Tak perlu naik ke gunung atau berjalan jauh. Dengan menggunakan sepeda motor kita mudah menjumpai karena berada di tepi jalan lingkar yang mengelilingi Pulau Tarempa.

Merayu RT

Membaca salah satu ide calon gubernur mau memberikan motor dinas kepada hampir 10 ribu RT dan RW di Kepri membuat perasaan menjadi bertanya tanya secara serius. Duit dari mana?Apakah produktif? Bukannya ini konsumtif dan tidak berdampak untuk perekonomian daerah dan warga lainnya.

Bukankah gubernur hasil Pilkada 2020 jika tidak ditunda pencoblosan hanya bisa menyusun APBD murni tahun 2022, 2023 dan 2024 sudah pilkada kembali. Jika sepeda motor per unit Rp15 juta, maka sudah mendekati angka Rp150 miliar yang akan dialokasikan 2022 2023 dan 2024. Jikapun mau dipaksa bisa dititip APBD Perubahan 2021. Tapi 2021 kita masih fokus mengatasi pandemi sehingga anggaran akan digunakan maksimal untuk recovery perekonomian masyarakat. Bukan untuk konsumtif membeli motor. Kecuali pemimpin nekad mengabaikan itu.