Senin, 27 Oktober 2008

Bukan Kemerdekaan Individu yang Kami Cari


Aksi Putu Wijaya di BAF. foto Wijaya Satria Batam Pos.



Burung perkutut tak ingin terbang dan merdeka. Tapi daerah di Indonesia ingin merdeka dengan otonomi. Pusat jangan menjajah kemerdekaan yang sudah diberikan ke daerah. Setidaknya, inilah pesan yang disampaikan Putu Wijaya melalui aksi monolog saat
menjadi bintang tamu Bintan Art Festival (BAF) yang ke delapan.

BAF makin dewasa dengan hadirnya sastawan negeri ini Putu Wijaya. Gawean BAF kali ini juga berbeda dari biasanya. Acapkali BAF digelar di Gedung Kesenian Aisyah. Kini acara kesenian yang berlangsung dari 24-25 Oktober 2008 itu dapat disaksikan di lapangan
terbuka. Tepatnya, di depan Gedung Daerah Tanjungpinang. BAF terlihat lebih menarik dibandingkan pelaksanaan BAF tahun sebelumnya.

Husnizar Hood sebagai Ketua Dewan Kesenian Kepulauan Riau berusaha mendatangkan Putu Wijaya agar BAF kali ini istimewa. Walaupun sebelum Putu, tampil sastrawan muda seperti Fajar Riadi dari Solo, Hasan Aspahani, Ramon Damora, dan Ikranegara.Maknet Putu masih menarik sampai detik ini. Malam itu, Putu yang tampil dengan pakaian serba hitam kembali
menunjukkan dia sebagai penyair kelas wahid di Indonesia.

Mulai dari kopiah, baju, celana, sampai sepatu, peraih piala Citra di Festival Film Indonesia (FFI) ini menggunakan warna hitam. Warna hitam, sudah menjadi ciri khas dari penyair. Terkesan, hitam itu sudah miliknya penyair. Ya, penuh tanda tanya, misteri yang terselubung di balik warna hitam.

Penampilan pengarang lebih dari seribu cerpen ini memang ditunggu-tunggu warga Tanjungpinang. Panggung yang cukup luas, membuatnya lebih leluasa untuk mengeksplorasi diri. Bentuknya panggung agak bundar. Di tengah panggung, panitia BAF menyediakan papan untuk meletakkan sangkar burung, dan satu kursi warna coklat. Didikung sistem suara yang bagus, membuat susana BAF lebih romantis. Perlengkapan tersebut untuk mendukung aksi sastrawan yang pernah mengikuti International Writing
Programme, Iowa, AS.

Jarum jam menunjukkan pukul 22.00 Wib. Saat itulah, mantan redaktur di Majalah Tempo ini langsung meletakkan perlengkapan untuk menambah daya tarik aksinya. Tepung yang dibawa dalam kantong kresek pun dia masukkan dalam sangkar burung. Seolah- sang sastrawan memberi makan burung perkutut yang berada dalam sangkar. Padahal, burung tak pernah ada.

Malam ini, kata penerima Profesional Fellowship dari The Japan Foundation Kyoto, Jepang ini, ada 200 juta lebih burung perkutut dalam sangkar yang dipelihara oleh seorang majikan tua. Sang majikan ingin memberikan hadiah kepada salah satu burung perkututnya untuk merdeka–terbang ke angkasa dan menghadapi hidup tidak dalam sangkar lagi, melainkan lewat langit.

Tetapi, perkutut burung takut dengan kemerdekaan itu. Burung kecil tak mau terbang menghirup udara segar. Sebab, kebiasan perkutut yang hidup di dalam sangkar lebih nyaman, ketimbang merdeka dan mencari makan sendiri. Belum lagi, banyak predator yang mengerikan di luar sana yang siap menerkam. Perkutut tetap tak mau terbang. Padahal sang majikan telah membuka pintu sangkar dengan selebar-lebarnya.

Dengan gayanya yang bisa mengubah suara, penulis novel "Tidak" memerankan tiga tokoh pada malam penutupan BAF. Pertama tokoh burung perkutut yang takut akan kebebasan. Kemudian tokoh pemilik burung pipit yang setiap hari memberikan burung makan.

Lalu Putu juga berperan sebagai dirinya sendiri. Tanpa teks, acara semacam drama yang berdurasi hampir satu jam lamanya. Dalam monolog, Putu sempat melakukan intraksi dengan ratusan penonton yang tak beranjak menyaksikan pertunjukkan.

"Tuuuut,, tuuuut, tuttt, mana perkutut Tanjungpinang," kata Putu memancing penonton untuk mengikuti perkataannya. Semua penonton yang masih malu dengan ajakan Putu terdiam.Hanya dikit yang mengikuti. Tetapi, ketika dia mengakatakan," Saya terbang lebih dari 1 jam ke Tanjungpinang untuk mencari perkutut."

Sepontan, pecinta seni di sana langsung bersuara seolah-olah terbius ajakan Putu. Tanpa dipandu, mereka langsung bersuara seolah-olah menyerupai perkutut yang bising pada pagi hari.Satu keberhasilan sastrawan di dalam pertunjukkan dicontohkan Putu.

Emosi Putu terkadang meledak-ledak. Suaranya berteriak, memecah keheningan malam tanpa kilauan bintang. Putu terkadang memekik. "Terbanglah kau burung. Cari kebebasan di langit sana," teriaknya.

Sambil memukul-mukul sangkar dengan kursi, Putu terus meraung. Membuat mata tak berkedip. Denyut jantung terkadang terhempas melihat aksi pria yang jarang melepaskan topi warna putih. Dia seolah-olah menangis, menyesal dengan sikap burung pipit yang
enggan pergi dari sangkar.

Sesekali tangannya mengambil tepung di sampingnya. Tepung itu diterbangkan ke atas. Tak ayal, pakaian hitam yang dikenakan pun jadi memutih kena tepung. Kopiah Putu berubah warna jadi putih. Tak ada keraguan untuk Putu melakukan hal itu. Dia juga merayap di atas pentas. Padahal umurnya sudah lebih dari setengah abad.Umur tidak membuuat Putu lemah. Suaranya tetap lantang menghayati tiap kata-kata yang keluar dari mulutnya.

Berulangkali disebut Putu, sang perkutut dengan sebutan “bodoh!” Sang majikan berpendapat, perkututnya tak menghargai kemerdekaan padahal bangsa-bangsa di dunia sejak dulu kala bersimbahan darah demi kemerdekaan itu.

Berulangkali pula, sang majikan membentak perkutut, bahkan mengancam. “Jika tidak keluar, maka aku akan membunuhmu!” ucap sang majikan terhadap perkutut tersebut. Dengan menggunakan sapu lidi, Putu menikam burung dalam sangkar. Sehingga sapu lidi pun
menancap di sangkar.

Pekutut yang dipaksa suruh terbang akhirnya menabrak tembok. Dan terlihat pingsan.
Sang majikan terkejut, perkututnya jatuh ke tanah tak bergerak lagi.

"200 juta perkutut-perkutut lain pun miris melihat kematian perkutut tersebut," ucap Putu.

Sang majikan pun tak habis-habisnya menyatakan perkutut tersebut bodoh. Dan ia pun seakan menasihati perkutut-perkututnya yang lain agar meresapi arti kemerdekaan.
Namun tiba-tiba, perkutut-perkutut yang dimiliki oleh bapak tua tadi, lain mendobrak sangkar terbang jauh ke langit. Sang majikan pun kesalnya bukan main. Ratusan perkutut itu terbang ke sana-kemari. Burung itu pun membuang tahinya ke bumi. Dan mengenai kepala majikan.

Dalam pesannya perkutut, “Bukan kemerdekaan individu yang kami mau. Tetapi, kemerdekaan secara bersama yang kami inginkan.”

Embun malam mulai meresap ke dalam tulang.Malam mulai sepi. Tanjungpinang begitu istimewa dengan kehadiran Putu sebagai penampilan kunci BAF. Memang BAF tidak kehilangan arah tanpa Putu. Setelah Raja Haji Fisabillilah, kemudian Sutardji, siapa lagi yang akan menjadi lagendaris sastar dari bumi Melayu. Dua tokoh itu sudah diakui oleh seantero negeri ini kualitasnya. Akankan, Kepri melahirkan sastrawan baru setelah Raja Haji dan Sutardji. Hanya waktu yang bisa menjawab. (robby patria)

Minggu, 26 Oktober 2008

Putra Tanjungpinang Itu Nyaris Jadi Menteri

Harry Azhar Azis tengah saat di AS


Hotel Sempurna Tanjungpinang malam pertengahan Oktober 2008 kedatangan tamu istimewa. Ruangan pertemuan hotel yang sederhana sesak dengan pelbagai perwakilan dari tokoh masyarakat di Bintan. Dengan pencahayaan yang pas-pasan, suasana yang dibalut suasana Idul Fitri berlangsung dengan penuh makna.

Malam yang hening menjadi saksi, melihat, mendengar anak daerah yang kini menjadi anggota Komisi XI DPR-RI Harry Azhar Azis melakukan pertemuan menjelang pemilu. Momen itu juga disejalankan halal bihalal dengan warga Tanjungpinang.

Deretan puluhan kursi penuh dengan tokoh masyarakat. Saat jarum pendek jam dinding ruangan menunjukkan pukul 21.00, barulah Helmi, tokoh pemuda asal Tambelan memberikan kata sambutan sebagai tanda dibukanya acara tersebut.

Sebelum acara pertemuan khusus digelar, tamu yang datang diperkenankan untuk mencicipi makanan nasi. Harry terlihat asik berbicara dengan teman masa kecilnya di Tanjungpinang Erni dan Erna. Dua wanita kembar ini, memang tinggal di dekat rumah Harry di Tanjungpinang di Jalan Yusuf Kahar, di samping Hotel Sempurna. Erna dan Erni juga banyak tahu kelakuan Harry semasa kecil.

"Saya dulu suka berenang di tepi laut. Sampai badan saya hitam karena tak pakai baju. Erna dan Erni biasa melihat kalau saya sudah berenang,"

imbuh Harry mengingat masa kecilnya di Tanjungpinang sambil tersenyum simpul.

Setelah menyampaikan sikapur sirih, Helmi pun mengundang Harry Azhar untuk naik ke podium yang berwarna coklat. Harry pada malam itu menggunakan baju batik coklat, tampak menggunakan kopiah hitam. Dengan penuh percaya diri, dia memulai pembicaraan dan menceritakan kedatangannya di Tanjungpinang.

Harry Azhar merupakan anak pensiunan PNS di Kantor Pekerjaan Umum Tanjungpinang. Namanya Azis yang kini jadi nama belakang Harry. Sejak kecil dia sudah diingatkan sang ayah untuk terus belajar mengejar pendidikan setinggi-tinggi. Karena dengan pendidikan yang tinggi bisa merubah nasib untuk lebih baik.

"Kita bukan dari kalangan konglomerat. Kita ini hidup sederhana. Tak ada cara lain, untuk merubah nasib, harus melalui pendidikan," kenang Wakil Ketua Panitia Anggaran DPR-RI itu dengan nada yang lembut menyebutkan pesan sang ayah.Harry mengenyam pendidikan SD di Tanjungpinang. Lalu melanjutkan SMPN 002 yang tak jauh dari rumahnya.

Saat pulang ke kota gurimdam itu, dia sempat sedih. Karena SMP sudah menjadi hotel Laguna yang berhimpitan dengan Bestari Mal. Andaikan dana pendidikan dialokasikan pemerintah 20 persen sejak dulu, mungkin SMP 2 tidak menjadi mal. Minimnya dana, membuat sekolahnya harus dipindah ke Jalan Kuantan Km5.

Masa kecil pria yang kini rambutnya mulai menipis ini, dihabiskan di Tanjungpinang. Memang dia tidak menamatkan pendidikan SMP di Kota pantun. Tokoh politik dari Golkar itu melanjutkan pendidikan di Jakarta hingga meraih gelar sarjana.

Keluarga Harry di Bintan cukup sederhana. Sehingga untuk menambah uang jajan, Harry sempat berjualan roti di dekat Pelabuhan Sri Bintan Pura. Setiap pagi, dia berjualan roti dan kue-kue lainnya.

Suatu kejadian yang tak pernah dilupakan anggota Komisi XI DPR-RI itu, saat berjualan kue, ada anak buah kapal yang ingin membeli roti yang dijual. Karena Harry tidak membawa kantong untuk memasukan roti yang dipesan. Anak kecil yang kini Wakil Panitia Anggaran DPR itu harus

menelan air ludah. Sang pelaut batal membeli roti yang dijual dalam jumlah yang banyak."Dia hanya membeli dua keping saja. Karena tak ada bungkusan. Andai saya membawa kantong, tentunya, roti saya habis dijual. Masalah itu saya kasi tahu ke ibu," katanya.



Saat malam yang penuh dengan kilauan bintang meneteskan embun, konseptor ekonomi Partai Golkar dengan panjang lebar menjelaskan rencananya untuk kembali menjadi caleg dari Partai Golkar ke tokoh masyarakat yang hadir. Mantan Ketua Umum BP HMI 1983 ini, pernah dicalonkan parpol diera 90-an. Tetapi karena dia yakin, ilmunya masih belum memadai untuk duduk di Senayan, Harry enggan untuk menerima pinangan dari parpol.

Apa artinya jika duduk di DPR, tetapi tak bisa memberikan pemikiran untuk kemajuan bangsa. Salat istikarah dilakukan untuk menentukan pilihan menjadi caleg atau tidak saat itu. Kemudian Harry pun melanjutkan kuliah master di Amerika Serikat di University of Oregon, Bidang Economic Public Policy. Selama di AS, Harry harus kehilangan ibunda karena dipanggil Sang Khalik.

Pria yang memiliki jangot tipis itu kembali kehilangan orang tuanya saat dia menempuh pendidikan doktor di Oklahoma State University, Stillwater, Oklahoma-USA, 1994-2000. Sang ayah dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Taman Bahagia Tanjungpinang.

"Kedua orang tua saya tidak sempat melihat saya menyandang doktor dari AS. Saya tak punya uang waktu itu untuk pulang ke Tanjungpinang,

saat ayah sakit," katanya lirih dengan suara yang datar. Nada bicaranya nyaris seperti Akbar Tanjung. Ya, hubunganya dengan Akbar Tanjung cukup dekat. Apalagi Akbarlah yang mendorong Harry untuk maju menjadi caleg dari Golkar.

"Untuk apa berilmu jika tidak didermakan untuk bangsa ini," kata Harry mengikuti kata Akbar yang meminta dirinya menjadi caleg dari Golkar kala itu. Akbar masih jadi Ketua Umum Golkar sebelum digantikan Jusuf Kalla.

Harry yang menjadi aktivis HMI semasa kuliah pernah di penjara karena terlalu vocal terhadap rezim Soeharto. "Jika saya ingat kasus saya dipenjara, rasanya tak mau lagi masuk ke dunia politik. Tetapi untuk pengabdian, saya kembali terjun ke politik guna membela menyuarakan kepentingan ramai," ucapnya.

Harry mengatakan, jika terus bertahan di Tanjungpinang, sulit rasanya dia seperti sekarang ini. Untuk merubah nasib, dia harus ke Jakarta. Meningalkan Tanjungpinang untuk mengejar mimpi sekaligus merubah nasib lebih baik.

Setelah cita-cita digapai, kini tiba saatnya ayah dua anak ini untuk mengabdikan diri untuk Tanah Air melalui DPR. Tak mungkin, dengan kemampuan yang terbatas di bidang pendidikan, bisa memberikan kontribusi ke ke negara. Dengan kemampuan yang ada, sudah saatnya untuk memberikan pemikiran ke bangsa Indonesia. Jabatan strategis di DPR pun dipercayakan ke putra Tanjungpinang itu.

"Saya bermimpi, Tanjungpinang ini menjadi kota budaya. Biarlah Batam kota industri. Kota ini harus menjadi pusat budaya. Karena sumber bahasa Indonesia akarnya dari sini," ucap Harry.

Selain itu, Tanjungpinang harus memiliki universitas yang berbobot agar bisa menghasilkan sumber daya manusia yang handal. Andai saja setiap pemda di provinsi ini mau memberikan dana beasiswa untuk putra terbaik, maka setiap tahun akan lahir SDM yang pintar.
Setiap lima tahun akan lahir doktor-doktor baru di Tanjungpinang dan memimpin daerah ini.

"Jika kepala dinas dijabat doktor, tentulah mereka memiliki pemikiran yang bagus untuk pembangunan di Kepri. Negeri ini akan maju," ucap dosen Universitas Indonesia itu. Dengan pemikiran yang cemerlang, Harry kembali mencalonkan diri untuk pemilu legislatif dari Partai Golkar di nomor urut 1 saat pemilu 2009.

Dalam masa sosialisasi ini, seorang caleg harus sering ketemu masyarakat untuk guna mencari masalah yang terjadi. Tentulah dicarikan jalan keluarnya.Dia optimistis, duduk kembali ke Senayan untuk memperjuangkan kepentingan Kepri di Jakarta. Walaupun dari Kepri hanya mengirimkan tiga wakil ke DPR. Tetapi dengan posisi tawar yang tinggi, dan didukung dengan argumen yang mendukung, kepentingan Kepri akan didukung.

"Jika saya tak terpilih kembali, saya akan kembali ke habitat saya menjadi dosen pasca sarjana," tuturnya. Tetapi, sebelum masa penjoblosan itu tiba, sebelum perhitungan suara itu sampai, sebelum tahu siapa yang menang dan kalah itu datang, Harry akan bertarung merebut hati pemilih Kepri.

"Setidaknya saya sudah memiliki pengalaman di DPR, Saya sudah memberikan kontribusi untuk Kepri dan Indonesia. Untuk itu, tak salah jika saya ingin melengkapinya jika diizinkan Tuhan dan masyarakat Kepri tentunya," katanya.

Dari segi pengalaman pemerintah, Harry nyaris menjadi menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB). Saat terhadi reshuffle KIB, nama Harry bersama Paskah Suzeta diusulkan dar Golkar untuk menggantikan sejumlah menteri yang diistirahatkan SBY. Namun, atas pertimbangan, karir di Golkar, Paskah dipilih jadi menteri. Dari segi kemampuan, Harry tak kalah dari Paskah.

Bahkan banyak kalangan menilai, Harry lebih laik dari Paskah untuk memegang jabatan menteri. Saat pergantian kepemimpinan 2009, tidak menutup kemungkinan, penjual roti itu menjadi menteri. Warga Tanjungpinangpun akan mengukir prestasi. Memang kota ini sudah tak asing lagi menghasilkan tokoh nasional. Setidaknya untuk zaman reformasi, muncul kembali anak Melayu di pentas politik nasional.Amin. (robby patria)

Kamis, 09 Oktober 2008

AS Terjepit, Batam Menjerit


Perekonomian Amerika Serikat (AS) sedang mengalami krisis keuangan. Dampaknya sudah mulai dirasakan secara global termasuk Indonesia. Aktivitas Bursa Efek Indonesia harus dihentikan sementara karena terjadi penurunan Indek Harga Saham Gabungan yang menembus angka di luar kewajaran. Dengan terjepitnya AS mungkinkan Batam akan menjerit?

Media massa di Batam dalam sepekan terakhir banyak memberi porsi pemberitaan mengenai dampak krisis AS terhadap Batam. Ada yang berpendapat Batam akan merasakan krisis tersebut 3-6 bulan yang akan datang. Sebab saat ini data ekspor dan impor belum diketahui sehingga jangka pendek belum berdampak ke Batam. Nilai kontrak dengan importir juga belum jelas. Ya, awal 2009, dampak krisis AS itu bisa di lihat oleh pelaku ekonomi di Batam.

Secara langsung, krisis di AS memberikan dampak negatif terhadap Batam. Sebab, AS bukanlah negara yang bersentuhan langsung dengan Kepulauan Riau, Batam pada khususnya. Apalagi, nilai ekspor Batam ke negara Paman Sam itu cuma 1 persen dari nilai total ekspor yang menembus 7 miliar dolar AS di tahun 2007. Tetapi, AS masih negara kedua setelah Jepang tujuan ekspor Indonesia yang nilainya 73,54 miliar dolar AS per tahun.

Memang bagi Batam AS terlalu jauh dibandingkan dengan Singapura. Nyawa Batam sangat tergantung Singapura. Bukanlah AS. Tetapi, Singapura mengandalkan AS sebagai negara tujuan Ekspor. Barang yang diimpor Singapura diekspor ke AS. Sebenarnya Batam, Singapura dan AS satu rangkaian yang saling membutuhkan.

Sehingga tak salah, jika Kepala Bank Indonesia Batam Irwan Lubis mengatakan jika Singapura flu, maka Batam pasti meriang. Karena hubungan kedua negara begitu dekat.

Secara umum, krisis AS akan memperlambat usaha pemerintah untuk mendatangkan investasi ke Kepri dan Batam. Karena perusahaan asal negara adikuasa itu kesulitan untuk melakukan pendanaan untuk ekspansi sektor riil. Krisis keuangan membuat perbankan di AS untuk sementara menahan pemberian krdit ke sektor usaha.

Hal yang sama juga dilakukan perbankan di Eropa. Untuk itu, Badan Pengusahaan Kawasan Batam yang dulunya Otorita Batam harus mencari alternatif negara lain untuk melakukan investasi di Batam. Ya, negara asal Timur Tengah, Jepang, Rusia, Spanyol berpontensi untuk menanamkan modalnya di Batam. Sayangnya, sejumlah negara masih memiliki ketergantungan dengan AS. Bank negara di dunia, masih memiliki hubungan dengan perbankan di AS. Ketika bank negara itu berjatuhan, bank di dunia kena imbasnya.

Industri di Batam, paling banyak berasal dari investor asal Singapura yang tak lain berasal negara di Eropa dan AS. Perusahaan asal AS yang melakukan ada di Kepri kebanyakan bergerak sektor migas seperti Conoco Philip, Exxonmobile, Mc Dermot. Lagi pula, perusahaan ini orientasi ekspornya bukan ke AS, tetapi negara maju di Eropa dan Timur Tengah. Sehingga tak berpengaruh terhadap bisnis utama perusahaan tersebut.

Terlalu jauh, efek domino krisis AS untuk membuat Batam menjerit. Batam tetap aman dari krisis untuk jangka pendek, belum aman untuk jangka panjang. Bagaimanapun, AS memegang perekonomian dunia yang kemudian disusul China. Negaranya Obama itu sedang menghadapi masalah yang serius. FTZ di Kepri bisa saja tidak memberikan dampak apapun dengan melemahnya perekonomian dunia. Bagaimana mau investasi, sementara kondisi keuangan negara perusahaan sedang mengalami masalah. Sumber pendanaan untuk ekspansi berasal dari pasar modal dan perbankan. Tetapi, kedua lembaga ini sedang mengalami masalah besar. Banyak diantaranya bangkrut.

FTZ yang didengungkan akan meraup investasi 15 miliar dolar selama 5 tahun tampaknya harus terkoreksi. Bukan tak mungkin, sampai dengan akhir tahun, tingkat investasi di Kepri stagnan. Walaupun, daerah ini menjadi kawasan pelabuhan bebas dan perdagangan bebas. Akibatnya, ribuan tenaga kerja yang masuk ke Batam, Bintan, Karimun harus gigit jari karena belum mendapatkan pekerjaan.

Untuk membangkitkan kembali perekonomian di Kepri, pemerintah harus cepat mencabut PP Nomor 63 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan PPnBM. Dengan cara itu, krisis investasi di Kepri bisa diobati. Pertumbuhan ekonomi dari luar kawasan industri diharapkan bisa menggerakkan roda perekomian di saat kawasan industri sedang stagnan dan minim order.

Sebab, untuk kawasan industri di Batam sebenarnya sudah mendapatkan insentif bebas pajak sejak dulu. Sehingga FTZ kali ini sebenarnya hanya pemanis. PP 63 memang obat penawar yang dibutuhkan Batam untuk melawan krisis berkepanjangan yang melanda dunia.

Jika pemerintah tidak mencabut PP 63 karena takut kehilangan pajak, maka lambat laun, Batam akan kena impas dari krisis ekonomi.
Mana ada investasi yang masuk, tanpa ada sumber modal dari negara asal. Tak mungkin permintaan barang produksi meningkat ketika sang pembeli mengalami masalah. Yang ada, produksi menurun, jumlah tenaga kerjapun akan dipangkas. Pemutusan hubungan kerjapun tak dapat dielakkan. Untuk itu, jangan terlambat, PP 63 cepat dicabut. (robby patria)

Selasa, 07 Oktober 2008

Lebaran Bersama Kekasih




Lebaran di kampung halaman jauh lebih nyaman ketimbang di kota orang.
Selain suasana yang berbeda di kota, dan jauh dari orangtua, makanan
bingke khas Tambelan tak saya jumpai saat Lebaran di Tanjungpinang.

Saat Matahari terbenam di ufuk barat sebagai tanda Ramadan meninggalkan
penghuni bumi, suara kemenanganpun bergema di seantero jagad mengumandangkan asma Allah Aza Wazalla. Saat itu pula, saya bersama isteri saling berpandangan.

Ya, Lebaran kali ini memang lain dari suasan biasanya.Karena saya ditemani
sang isteri tercinta. Bersamanya hari kemenangan dirayakan di Tanjungpinang. Tepatnya di kediaman kami di Perumahan Taman Harapan Indah.Untuk persiapan Lebaran, kami pun pergi ke supermarket untuk membeli kebutuhan Lebaran mulai dari kue sampai lansi.

Setidaknya ada 13 macam kue yang disiapkan saat Lebaran, mejapun terlihat
penuh berisi dengan kue. Sebagian kue diimpor dari Tambelan. Walaupun tak Lebaran di sana, saya dan isteri bisa menikmati kue khas yang ada di Tambelan. Dan kue tersebut
uniknya tak mudah dijumpai di Tanjungpinang.

Lebaran kali ini, moment pertama saya bersama isteri. Dan itulah sejarah
kehidupan yang takkan pernah lupa. Belanja bersama, membeli barang kebutuhan hari raye memang menjadi kepuasan tersendiri. Aku dan dia ke pasar membeli ketupat, dan bumbu-bumbu untuk membuat kari ikan tongkol.

Walaupun masih belajar, akhirnya proses memasak kari dan ketupat berhasil.
Makan pada pagi hari Idul Fitri bersama sang isteri dengan kari
masakannya menjadi indah. Sehabis makan, kamipun berangkat ke masjid untuk
salat id.

Suasana Lebaran pun kami rasakan saat bersilaturahmi ke keluarga sampai
semalam suntuk. di Hari kedua, baru kami merayakan ke rumah teman-teman
wartawan yang ada di Tanjungpinang. Uniknya, teman-teman saya di Tanjungpinang enggan ke tempat pejabat. Padahal, pejabat itu mereka beritakan setiap saat. Mungkin, teman-teman tetap menjaga jarak dengan nara sumber. Sehingga Lebaran, kami tak mesti mengunjungi mereka.

Suasana di hari kedua juga tak begitu berbeda dengan hari pertama.
Kemeriahan tetap menghiasi raut wajah dari teman-teman jurnalis di
Tanjungpinang. Mungkin mereka semua berpuasa. Dan amal mereka diterimaNya.
Sehingga menampakkan wajah-wajah gembira saat Lebaran tiba.

Karena ada dua kebahagian yang diperoleh orang berpuasa, yakni saat
berbuka saat berpuasa. Dan saat Lebaran tiba. Makanan di Lebaran memang harus waspada. Kalau tidak, perut akan mengalami masalah. Ha ha ha, Lebaran memang penuh makna. Untuk saling memaafkan. Tetapi alangkah lebih baik kita saling memaafkan di setiap saat. robby patria

Senin, 06 Oktober 2008

Wartawan Birokrat

Jadi jurnalis birokrat kerjanya kata kawan saya, hanya di kantor. Jarang terjun ke lapangan meliput berita berbobot. Mereka duduk di depan komputer memindahkan berita yang ditulis wartawan ke desain
halaman koran yang sudah disiapkan melalui program pagemaker.

Mereka sok berkuasa dengan egonya memerintahkan wartawan lainnya bawahannya yang tak
lain wartawan. Padahal mereka juga wartawan. Hanya pangkat yang diberikan oleh manajemen kantor yang membuat mereka jadi wartawan birokrat.

Mungkin karena mereka sudah lama bekerja di media yang
tersebut. Sehingga manajemen memberikan penghargaan dengan diberikan
pangkat dengan gaji lebih besar.

Sungguh berbeda dengan jurnalis di negara maju. Walaupun sudah diangkat
menjadi editor, namun mereka tetap menulis. Tentunya tulisan yang berkelas dalam bentuk indep news. Bukannya berita biasa atau straight news. Ataupun berita seremoni meliput kegiatan pejabat.

Sungguh memalukan jika sekelas wartawan birokrat menulis berita
seremoni. Dan paling parah, EYD nya juga salah. Sebagai wartawan yang
baru mengenyam ilmu jurnalistik, tak mungkin menegur sang wartawan
birokrat.

Nanti dalam laporan kerja bisa dinilai buruk, he he he.
Kita memang merindukan wartawan birokrat menulis liputan yang mendalam
.Karena bisa menjadi contoh untuk wartawan muda.wartawan muda perlu diajari mengungkap kasus dalam bentuk laporan
investigasi.

Tentunya, jika wartawan birokrat berhasil membuat laporan lengkap dan mendalam, maka wartawan mudapun akan hormat kepada mereka yang sudah duluan menjadi jurnalis. Tetapi jika wartawan birokrat hanya bisa menulis straight news dan mengkopi berita wartawan ke halaman lay out, sama saja mereka seperti tukang kopi.

Bukanlah tugas editor membuat berita jadi lebih nyaman dibaca. Ibarat juru masak, sang editor meramu bumbu mentah dan memasaknya menjadi lauk pauk yang lezat. Adaikan juru masak hanya mencampurkan pelbagai macam sayur dalam sebuah belanga, tanpa diberikan bumbu, tentulah sayur tersebut tak enak dimakan.

Begitu juga dengan wartawan birokrat. Mereka harus kerja
keras membuat program liputan, meramu berita wartawan yang masih
mentah dan menjadikannya berita yang lezat. Sehingga pembaca pun
menjadi tertagih untuk mengkonsumsinya setiap saat.

Bukankah di majalah, wartawan hanya bekerja mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan wartawan birokrat. Kemudian, mereka menulis berita yang bersumber dari data-data yang dikumpulkan wartawan di lapangan.

Media di negara maju menggantungkan harapan ke editor. Jika ingin bonus lebih besar, redaktur harus berpikir keras untuk menghasilkan berita yang berkelas. Dengan demikian, pembaca akan tertarik untuk membaca koran tersebut. Ujung-ujungnya, oplah meningkat dan iklan jelas akan bertambah. Wartawan birokrat memang memiliki peran penting untuk kemajuan media massa, setelah wartawan. robby patria