Senin, 06 Oktober 2008

Wartawan Birokrat

Jadi jurnalis birokrat kerjanya kata kawan saya, hanya di kantor. Jarang terjun ke lapangan meliput berita berbobot. Mereka duduk di depan komputer memindahkan berita yang ditulis wartawan ke desain
halaman koran yang sudah disiapkan melalui program pagemaker.

Mereka sok berkuasa dengan egonya memerintahkan wartawan lainnya bawahannya yang tak
lain wartawan. Padahal mereka juga wartawan. Hanya pangkat yang diberikan oleh manajemen kantor yang membuat mereka jadi wartawan birokrat.

Mungkin karena mereka sudah lama bekerja di media yang
tersebut. Sehingga manajemen memberikan penghargaan dengan diberikan
pangkat dengan gaji lebih besar.

Sungguh berbeda dengan jurnalis di negara maju. Walaupun sudah diangkat
menjadi editor, namun mereka tetap menulis. Tentunya tulisan yang berkelas dalam bentuk indep news. Bukannya berita biasa atau straight news. Ataupun berita seremoni meliput kegiatan pejabat.

Sungguh memalukan jika sekelas wartawan birokrat menulis berita
seremoni. Dan paling parah, EYD nya juga salah. Sebagai wartawan yang
baru mengenyam ilmu jurnalistik, tak mungkin menegur sang wartawan
birokrat.

Nanti dalam laporan kerja bisa dinilai buruk, he he he.
Kita memang merindukan wartawan birokrat menulis liputan yang mendalam
.Karena bisa menjadi contoh untuk wartawan muda.wartawan muda perlu diajari mengungkap kasus dalam bentuk laporan
investigasi.

Tentunya, jika wartawan birokrat berhasil membuat laporan lengkap dan mendalam, maka wartawan mudapun akan hormat kepada mereka yang sudah duluan menjadi jurnalis. Tetapi jika wartawan birokrat hanya bisa menulis straight news dan mengkopi berita wartawan ke halaman lay out, sama saja mereka seperti tukang kopi.

Bukanlah tugas editor membuat berita jadi lebih nyaman dibaca. Ibarat juru masak, sang editor meramu bumbu mentah dan memasaknya menjadi lauk pauk yang lezat. Adaikan juru masak hanya mencampurkan pelbagai macam sayur dalam sebuah belanga, tanpa diberikan bumbu, tentulah sayur tersebut tak enak dimakan.

Begitu juga dengan wartawan birokrat. Mereka harus kerja
keras membuat program liputan, meramu berita wartawan yang masih
mentah dan menjadikannya berita yang lezat. Sehingga pembaca pun
menjadi tertagih untuk mengkonsumsinya setiap saat.

Bukankah di majalah, wartawan hanya bekerja mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan wartawan birokrat. Kemudian, mereka menulis berita yang bersumber dari data-data yang dikumpulkan wartawan di lapangan.

Media di negara maju menggantungkan harapan ke editor. Jika ingin bonus lebih besar, redaktur harus berpikir keras untuk menghasilkan berita yang berkelas. Dengan demikian, pembaca akan tertarik untuk membaca koran tersebut. Ujung-ujungnya, oplah meningkat dan iklan jelas akan bertambah. Wartawan birokrat memang memiliki peran penting untuk kemajuan media massa, setelah wartawan. robby patria

2 komentar:

Pepih Nugraha mengatakan...

Sabar, Mas.... wartawan itu kerjanya ya meliput, menulis, dan melaporkan. Jadi itulah yang harus kita lakukan!

muhammad riza fahlevi mengatakan...

setuju untuk pak robby.

Ceritakan juga dong tentang wartawan ''bodyguard.''