Rabu, 31 Desember 2008

Melayukah Aku, sampai Bahasa PBB



Menjelang 225 Tahun Kota Tanjungpinang

"Kata pena akulah raja ini dunia
Siapa yang mengambil aku dengan tangannya
Akan kusampaikan kerjanya"



Kutipan indah dari Persia yang pernah yang dikutip sastrawan besar asal Tanjungpinang Raja Ali Haji dalam mukadimah Bustan al Katibin menghentakkan Indonesia dengan karyanya. 

Kota Tanjungpinang bukanlah nama yang asing. Kota ini hampir berumur 225 tahun. Kota yang syarat akan sejarah, budaya dan adat istiadat Melayu. Siapapun pernah mendengar Pulau Penyengat. Pulau ini tidak terlalu besar, hanya 3,5 kilometer per segi akan tetapi di Pulau ini terdapat banyak peninggalan berupa potensi cagar budaya dengan wujud bangunan-bangunan arsitektural, makam, dan situs peninggalan sejarah kejayaan Melayu Riau. Dari Tanjungpinang, hanya 15 menit untuk sampai di Penyengat. 

Pulau Penyengat dulunya dijadikan pusat pertahanan Kerajaan Riau oleh Raja Haji yang Dipertuan Muda Riau IV, termasyhur dengan gelar Raja Haji Syahid Fisabilillah, sekitar tahun 1782-1784. Penyengat juga dijadikan mahar dari Baginda Raja Sultan Mahmud kepada Raja Hamidah atau Engku Puteri, anak Raja Haji Fisabilillah. Di sinilah awal perkembangan kebudayaan Melayu.

Memang Penyengat bagian kecil dari Tanjungpinang. Tapi pulau itu juga yang menjadi ikon kota dengan jumlah penduduk yang menembus 150 ribu jiwa ini. Semenjak tahun 1784, kota Gurindam mulai tumbuh sebagai sebuah tempat pemukiman hingga kini. 

Habis sudah era Raja Haji dan Ali Haji. Bukan berarti masyarakat Melayu kehilangan tokoh. Walau tak sepopuler pendahulunya, tetapi dia memiliki komitmen untuk menjaga kelestarian budaya Melayu. Dia Srikandi yang mengidolakan Raja Hamidah. Wanita janda ini berhasil mengangkat budaya Tanjungpinang di pentas nasional. Melalui syair dan usahanya memperkanalkan sastra, Melayu bangkit kembali setelah lama terpendam di Bumi Segantang Lada. 

Ya, dialah Suryatati A Manan Wali Kota Tanjungpinang yang peduli dengan budaya. Setiap bulan, di Tanjungpinang selalu ada kegiatan kesenian dan budaya. Ajang baca baca puisi dan pergelaran sastra lainnya tak hilang di Kota Gurindam. Paling berkesan, Tatik nama panggilan akrap Suryatati, mempromosikan bahasa Melayu Tanjungpinang menjadi bahasa Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Ia berpendapat setiap negara mesti memahami bahasa Melayu dan menjadikannya sebagai bahasa ibu dengan dialek negara masing-masing. Misalnya, di Indonesia, selain Kepulauan Riau, dialek yang digunakan adalah dialek bahasa Indonesia. ”Intinya adalah bahasa Melayu," tuturnya.

Sudah berabad lamanya, bahasa Melayu menjadi lingua franca di berbagai belahan dunia, khususnya di Nusantara. Bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan suku bangsa negeri ini. 

"Melayu penuh kesopanan. Kita harus menjaganya terus ada. Jangan malu menggunakan bahasa Melayu," kata Tatik dalam beberapa kesempatan kepada Batam Pos.

Kerisauan Tatik mulai menipisnya Melayu diabadikan melalui puisi yang berjudul Melayukah Aku. Tatik melihat, pergaulan anak-anak muda di Tanjungpinang sudah jauh dari budaya Melayu. Dalam sehari-hari, pergaulan anak muda banyak menggunakan bahasa gaul yang diadopsi dari Jakarta.

"Padahal kita memiliki bahasa yang sudah teruji," katanya.

Tak cukup dengan puisi, dia telah mengangkat harkat bahasa dan sastra, bahkan melahirkan karya sastra yang telah banyak dibaca. Atas usahanya melestarikan budaya, sastra, dan kesenian dari tahun 2002-2008, Kongres IX Bahasa Indonesia, Rabu 29 Oktober 2008, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional menganugerahkan penghargaan Pelestari Bahasa dan Sastra Daerah kepada wali kota yang mendapatkan penghargaan MURI, karena mendapatkan suara terbanyak selama pemilihan kepala daerah.

Penghargaan diserahkan oleh Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo saat pembukaan Kongres IX Bahasa Indonesia di Jakarta. Sebelumnya, dia sudah menerima penghargaan kebudayaan dari Badan Kerja Sama Kesenian Indonesia (BKKI) Yogyakarta di Ndalem Joyokusuman Keraton Yogyakarta, 25 Oktober 2008. 

Ketika diberikan penghargaan, Tatik mengatakan bahasa Melayu, telah menyebar ke berbagai negara di dunia, dan menjadi bahasa perjuangan bangsa Indonesia. Bahasa ini berubah nama menjadi bahasa Indonesia sejalan dengan Sumpah Pemuda tahun 1928. 

Apa yang dilakukan Tatik karena rasa cinta terhadap bahasa dan sastra Melayu. Penghargaan, diharapkan menjadi motivasi bagi warga Tanjungpinang berbuat lebih baik terhadap kebudayaan daerah. Ajakan Tatik tampaknya mulai menuai. Anak-anak muda sekarang tak lagi meninggalkan bahasa daerahnya. Di tiap perlombaan kebudayaan yang digelar, peserta muda banyak sekali. Karya mereka juga punya ciri tersendiri. 

"Terkadang, saya pun terkejut mendengarnya. Saya tak menyangka mereka bisa mengemas puisi dengan begitu segar," imbuhnya. 

Wanita murah senyum itu memang tak sehebat pendahulunya. Tetapi, bukanlah suatu kesalahan untuk terus mengembangkan karya. Ibu empat anak ini menerbitkan buku Puisi yang bercerita kisah harian, kesaksian di persidangan, tentang PKK, sampai Satpol PP. 

Tanjung Pinang adalah negeri kata-kata. Orang Tanjung Pinang pandai berkata-kata. Kemahiran mereka meningkat seiring makin seringnya digelar pelatihan oleh sastrawan. Karya Tatik yang mengangkat budaya tersusun rapi dalam hasil karyanya Melayukah Aku.

Isi buku tersebut tentang orang-orang yang sekonyong-konyong mengaku putra daerah begitu akan ada pemilihan anggota dewan atau wali kota. Mungkin, mereka memang pernah tinggal di Tanjung Pinang. Mungkin juga mereka lahir di Tanjung Pinang, namun merantau. Tetapi, banyak yang kehilangan akar budaya Melayunya. Misalnya, nama Muhaibah Siti menjadi Riana, Atan menjadi Antoni.

Pemimpin mencintai budaya, maka bawahannya tak kalah. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang pun mengalokasikan dana untuk menjaga budaya Melayu tetap memiliki roh. Guna menjaga kelestarian budaya, setiap sekolah mulai diberlakukan pelajaran arap Melayu sampai dengan kegiatan lainnya masuk dalam muatan lokal lembaga pendidikan.

Selain itu, Pemko menggelar kegiatan seni budaya. Berupa pembacaan dan perlombaan penulisan pantun dan puisi. Sastrawan diajak roadshow ke sekolah. Tak heran, kota ini mulai melahirkan penyair.

"Semoga Pusat Bahasa mendirikan lembaga sejenis di sini. Lembaga itu nantinya menjadi benteng budaya Melayu terhadap gerusan budaya luar. Kita selalu menjaga jangan sampai Melayu hilang di bumi," kata Wan Kamar.

Tak hanya itu, pemerintah kota melakukan pemeliharaan dan pemurniannya peninggalan budaya Kerajaan Melayu Riau. Peninggalan sejarah yang memiliki nama itu seperti yakni Masjid Raya Sultan Riau, Komplek Makam Daeng Marewah, Gedung Mesiu, Benteng Pertahanan Bukit Kursi, Komplek Makam Raja Jakfar, Kawasan Pecinaan Senggarang, Kota Lama, Komplek makam Engku Putri, Komplek Makam Daeng Celak.

Dari sekian banyak situs budaya tersebut, Masjid Raya Sultan Riau terletak di Penyengat lah yang menyita perhatian hingga mancanegara. Masjid dibangun tahun 1832 M oleh Raja Abdurrahman. Masjid ini memiliki panjang 19,8 meter dan lebar 18 meter serta memiliki arsitektur yang khas. Di antaranya empat buah tiang penyangga, juga terdapat empat buah menara di setiap sisinya dan 13 buah kubah, sehingga jika di jumlahkan menara dan kubahnya berjumlah 17. Jumlah ini sesuai dengan jumlah rakaat salat sehari semalam bagi umat Islam. Keunikan lain dari masjid ini digunakannya putih telur sebagai campuran bahan bangunannya. 

Dari sisa peninggalan sejarah, tak dipungkiri, kejayaan Melayu Riau abadikan oleh Raja Ali Haji, tokoh sentral yang mengupayakan pembakuan bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan. Tokoh inilah menyusun risalah Buntan al Katibin (1850) dan Kitab Pengetahuan Bahasa (1858). Sebelumnya, ia menggubah Gurindam Dua Belas (1847) yang sampai saat ini masih dikenal, dibaca, dan dipelajari, baik di dalam maupun luar negeri.

Banyaknya manfaat dan pesan moral yang terkandung dalam Gurindam 12, membuta Pemko memasang penggalan Gurindam di sudut-sudut kota. Mulai dari pusat keramaian di tepi laut, hingga ke pasar. Di pusat pemerintahan, bacaan Gurindam terpampang. Tujuannya tak lain supaya, budaya gurindam diimplementasikan oleh pegawai pemerintah dalam melayani rakyat. Bagitu juga di pasar. 

"Kita ingin memasyarakatkan Gurimdam 12," kata Wan Kamar.
   
Upaya Tatik mengangkat Melayu mendapat dukungan Pemerintah Provinsi Kepri. Wakil Gubernur Kepulauan Riau HM sani mengatakan, meskipun bahasa Indonesia disebutkan berasal dari bahasa Melayu, namun tidak ada penegasan Melayu yang dimaksudkan adalah Melayu Kepri. Karena itu, komponen masyarakat Kepri harus gencar mensosialisasikan bahasa Melayu yang dijadikan bahasa persatuan Indonesia berasal dari bahasa Melayu Kepri. 

Warna negara ini memang mengakui bahasa persatuan Indonesia berasal dari Bahasa Melayu. Tetapi Melayu yang mana? Apakah Melayu Riau, atapun Melayu dari daerah lain. Hingga kini belum ada pengakuan secara resmi. 

"Harus ada pengakuan bahasa persatuan, itu dari Tanjungpinang," tuturnya. 

Yang memperkuat alasan bahasa persatuan itu dari Kepri dengan ditetapkannya Raja Ali Haji jadi pahlawan nasional sejak 5 November 2004. Tokoh ini pun mesti disosialisasikan mendapatkan pengakuan internasional berkat jasanya. Melalui buku karangan Raja Ali Haji, saat ini dijadikan pedoman penyusunan bahasa Indonesia secara nasional. Asalnya dari Kitab Pengetahuan Bahasa, yaitu Kamus Logat melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga penggal yang pertama, dijadikan kamus ekabahasa Nusantara. 

Untuk mendapatkan pengakuan itu, melalui seminar, mengupas makna kata-kata pada Gurindam 12, dialog interaktif, Napak Nilas Raja Ali Haji, lomba baca Gurindam 12, ziarah ke makam Raja Ali Haji, seminar Tamaddun Melayu, dan puncaknya puncak peringatan 200 tahun Raja Ali Haji. 

Ismeth Abdulah, Gubernur Kepulauan Riau juga risau dengan perilaku remaja saat ini yang mulai meninggalkan Melayu. "Kita ingin, remaja senang dengan Melayu. Melayu kental dengan tata krama yang santun," kata Ismeth.

Kerisauan seorang gubernur juga diamini oleh penyair Tanjungpinang Masyumi Dawoed. Bahasa menujukkan bangsa. Melayu itu terkenal dengan kesantunan. Sekarang ini, pesan-pesan kesantunan dalam Gurindam Dua Belas mulai pudar. 

Bahasa adalah tata kehidupan adat dan sopan santun. Konsep inilah yang digalakkan Raja Ali Haji dalam setiap karyanya.

"Bahasa memang segalanya," ujar penyair berambut gondrong ini.  robby patria

ST 12 Memukau di Batam


l

foto by wijaya satria/batam pos

"Aku sungguh masih sayang padamu
Jangan sampai kau meninggalkan aku
Begitu sangat berharga dirimu
bagiku..."


Lirik lagu di atas seakan membius lebih dari 1.000 penonton yang mamadati kawasan wisata Ocarina, saat konser grup band asal Bandung ST12, di Batam, Selasa (30/12) malam.

ST12 tampil apik dalam konser yang ditaja oleh Class Mild, Ocarina, dan Bank Riau. Konser dimulai sekitar pukul 21.00 WIB berlangsung selama satu jam. Band yang dimotori oleh Pepep (drum), Pepenk (gitar), Charly Van Houtten (vokal), Iman Rush (gitar) tampil maksimal dengan mengusung 12 tembangnya. 

Ruang Hidup yang merupakan lagu pembuka langsung disambut histeris oleh penonton malam itu. ”Selamat malam Batam. Aku pengin dengar suaranya,” sapa Charly yang menggunakan jaket warna hitam, celana jins hitam dan sepatu hitam. Teriakan itu membuat suasana tambah hidup. Sang vokalis terlihat terus menyapa fansnya. 
 
Kemudian, habis tembang Ruang Hidup, Charly langsung membawakan tembang Jalan Terbaik, lalu Sirna Sudah, Putri Iklan, Jangan Pernah Berubah, My Hot, Saat Terakhir.

Sebelum Charly melantunkan tembang Saat Terakhir, dia mengatakan lagu tersebut merupakan kisah nyata cintanya. "Mudah-mudahan warga Batam tidak seperti saya dalam menjalani kisah cinta," kata Charly. Penontonpun langsung berteriak histeris mendengar band idolanya mengisahkan pengalaman pribadinya.
 
Tembang Saat Terakhir merupakan single andalan ke dua mereka dalam album Puspa (2008). Lirik ini begitu mendalam sekali ditambah lagi iramanya yang begitu indah membuat single ini menjadi enak didengar. Charly yang sudah membuka jaketnya tinggal menggunakan kaos oblong putih tampak santai melantunkan tembang itu.

"Inilah saat terakhirku melihat kamu
Jatuh air mataku menangis pilu
Hanya mampu ucapkan
Selamat jalan kasih.."

Kemudian secara berurutan, ST12 membawakan lagu Cari Pacar Lagi, ATSL, Rasa yang tertinggal, Puspa. 
Di sela-sela lagu Charly sempat melepas gitarnya agar dapat berjabat dengan fans-nya. Saat membawakan empat lagu terakhir, Charly sering menyapa penonton yang berada di luar pagar besi setinggi hampir dua meter.

Polisi pun sibuk mengawal saat sang vokalis yang memiliki suara khas tersebut. 

Konser malam itu tidak hanya disaksikan remaja, namun para orang tua dan anak-anak pun terlihat. ”Konsernya bagus. Aksi panggungnya juga mantap," kata Lia, yang berada di kiri panggung.

Ia mengaku menyukai grup ST12 dan memiliki albumnya. ”Lagu-lagunya ST12 itu mudah dicerna dan agak melayu," katanya lagi. Untuk menyaksikan konser terebut, tiketnya masuknya Rp50 ribu. 

ST12 yang tampil di Batam mengaku senang dapat hadir dan memberikan hiburan apalagi menjelang pergantian tahun. ”Selamat Tahun Baru ya. Semoga warga Batam sukses, dan ST12 bisa sukses juga. Tapi jangan lupa ST12" kata Charly yang selalu menggoyangkan badannya saat nyanyi. 

Tanpa banyak-basa basi- Charly kembali melantunkan Aku Masih Sayang yang menjadi tembang andalan saat mereka meluncurkan album Jalan Terbaik tahun 2006. Lagu ini menjadi tembang pamungkas menutup konser.(robby patria)

Jumat, 26 Desember 2008

Bandung yang Modis






Kota Bandung memang menawan. Sehingga kota ini masih laik untuk dijadikan tempat tujuan wisata lokal. Banyak tempat yang bisa dikunjungi dan tentunya akan memberikan kesan tersendiri bagi Anda yang berwisata ke Bandung.


Cuaca sejuk di Bandung yang merayap di Hotel Jayakarya, membuat tidur makin pulas. Dinginnya menusuk tulang belakang. Tetapi, jam tangan sudah menunjukkan pukul 05.30 WIB. Saya harus bangun untuk shalat subuh. Karena jadwal kami pada pagi itu sangat mepet. Maklum, hari Jumat (19/12), saya bersama dengan teman sekantor akan mengunjungi beberapa objek wisata di kota Kembang yang terkenal itu.

Tarif hotel di Bandung bisa dibilang lebih mahal dibandingkan dengan Batam.Hotel Jayakarta saja per malam Rp lebih Rp1 juta. Padahal di Batam hotel sekelas itu cuma Rp500 ribu per malam.

Setelah menyelesaikan sarapan pagi,  kami langsung menuju bis yang akan membawa kami ke Gunung Tangkuban Perahu yang bisa ditempuh lebih kurang 30 menit dari Bandung.

Gunung Tangkuban Parahu adalah salah satu gunung yang terletak di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung, dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh di sekitarnya, gunung Tangkuban Parahu mempunyai ketinggian setinggi 2.084 meter dari Wikipedia.

Bentuk gunung ini adalah Stratovulcano dengan pusat erupsi yang berpindah dari timur ke barat. Jenis batuan yang dikeluarkan melalui letusan kebanyakan adalah lava dan sulfur, mineral yang dikeluarkan adalah sulfur belerang, mineral yang dikeluarkan saat gunung tidak aktif adalah uap belerang. Daerah Gunung Tangkuban Perahu dikelola oleh Perum Perhutanan. Suhu rata-rata hariannya adalah 17oC pada siang hari dan 2 oC pada malam hari.

Gunung Tangkuban Parahu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Untuk sampai di gunung itu melalui jalan yang berliku. Jika menggunakan bis tidak bisa sampai ke kawah. Bis hanya bisa sampai di terminal. Kita bisa menggunakan angkotan mini untuk sampai di kawah. Setelah melewati pemandangan hutan belantara yang banyak ditumbuhi Pinus, baru sampailah di kawah. Oroma barelang yang menyengat merangsang hidung.

"Barelang ini bagus untuk penyakit kulit,"kata Iman.

Sampai di atas kawah, kamera pun langsung mengabadikan keindahan gunung. Di samping
Sesampainya di puncak Tangkuban Perahu, disana sudah cukup rame dengan pengunjung, dan parkiran mobil sudah hampir penuh. Ada beberapa tukang foto, dan penjual souvenir-souvenir khas Tangkuban Perahu yang harganya mulai dari Rp10 ribu hingga Rp45 ribu per sovenir. Ada juga Kuda yang bisa di sewa jika kita tidak ingin cape jalan-jalan.

Cuaca cerah dan tidak berkabut, pemandanan sangat indah dengan menyaksikan kawah Tangkuban Perahu dengan jelas.
Di gunung Legenda Sangkuriang itu,kami tidak bisa lama karena harus melaksanakan salat jumat.

Asal-usul Gunung Tangkuban Parahu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang, yang dikisahkan jatuh cinta kepada ibunya, Dayang Sumbi. Untuk menggagalkan niat anaknya menikahinya, Dayang Sumbi mengajukan syarat supaya Sangkuriang membuat perahu dalam semalam. Ketika usahanya gagal, Sangkuriang marah dan menendang perahu itu, sehingga mendarat dalam keadaan terbalik. Perahu inilah yang kemudian membentuk Gunung Tangkuban Parahu.

Gunung Tangkuban Parahu ini termasuk gunung api aktif yang statusnya diawasi terus oleh Direktorat Vulkanologi Indonesia. Beberapa kawahnya masih menunjukkan tanda tanda keaktifan gunung ini. Diantara tanda gunung berapi ini adalah munculnya gas belerang dan sumber-sumber air panas di kaki gunung nya diantaranya adalah di kasawan Ciater, Subang.

Keberadaan gunung ini serta bentuk topografi Bandung yang berupa cekungan dengan bukit dan gunung di setiap sisinya menguatkan teori keberadaan sebuah telaga (kawah) besar yang kini merupakan kawasan Bandung. Diyakini oleh para ahli geologi bahwa kawasan dataran tinggi Bandung dengan ketinggian kurang lebih 709 m diatas permukaan laut merupakan sisa dari letusan gunung api purba yang dikenal sebagai Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Parahu merupakan sisa Gunung Sunda purba yang masih aktif. Fenomena seperti ini dapat dilihat pada Gunung Krakatau di Selat Sunda dan kawasan Ngorongoro di Tanzania, Afrika. Sehingga legenda Sangkuriang yang merupakan cerita masyarakat kawasan itu diyakini merupakan sebuah dokumentasi masyarakat kawasan Gunung sunda purba terhadap peristiwa pada saat itu.

Sebelum sampai di gunung, kami diceritakan oleh Lina, wanita yang bertugas menemani kami selama di Bandung. Dari dia, kami mendapatkan infomasi mengenai Tangkuban Perahu. walaupun sebelumnya sudah pernah mendengar tentang lagenda Tangkuban.



Wisata Stroberi

Selesai wisata ke Gunung, ada baiknya berkunjung ke kebon stroberi di Bandung. Kebetulan tak jauh dari Gunung Tangkuban Perahu. "Masih satu jalan," kata Lina.

Dari atas bis,terlihat hamparan tanaman stroberi di Lembang, Bandung. Di tengah redupnya cuaca, terlihat diserbu puluhan pengunjung dari berbagai tingkatan usia, setiap libur akhir pekan ke sana untuk memetik. Meski terkadang harus terbungkuk-bungkuk untuk memetik stroberi, namun para pengunjung terlihat asyik memetik buah yang telah berwarna merah itu.

Biasanya setiap pengunjung hanya bisa memetik 10 buah merah tersebut. Pemandangan tersebut menjadi satu rutinitas yang terjadi di kawasan lahan stroberi "petik sendiri" yang ditawarkan di sebagian besar kebun milik penduduk di Lembang. Kebun-kebun stroberi ini sudah menjadi objek wisata khusus di Bandung.

Kebun stroberi yang kami kunjungi cukup luas, terlihat dari jumlah karyawan sampai puluhan orang.
Sebagian besar warga mulai menanam stroberi sekitar tahun 1997 dan mulai berkembang pada tahun 2000. Tanah yang subur dan udara sejuk membuat buah itu tumbuh subur.

Banyak warga yang menyuplai stroberi ke luar kota seperti Jakarta, bahkan Batam. Ada juga yang dijual ke supermarket serta kafe-kafe yang ada di Bandung. Bertanam stroberi ini bisa menjadi salah satu alternatif untuk penghasilan warga. Stroberi yang saya petik pun harus saya bawa ke Tanjungpinang sebagai oleh-oleh, he he.


Trik menjual stroberi dengan cara pembeli memetik langsung ini cukup disenangi pengunjung. Menurut Yusuf, salah seorang pengunjung, warga asal Batam, membeli stroberi dengan memetik punya kesan tersendiri. Di kebun stroberi, bisa dibuat jus atau panganan lain seperti dodol, sirup, selai, bahkan bisa dibuat sambal dalam kemasan sebagai pengganti tomat.


Rumah Mode


Jika sudah puas dengan wisata alam. Bandung masih belum lengkap jika tidak mengunjungi Rumah Mode.

Rumah Mode yang berdiri pada tahun 1999, saat ini telah mengalami kemajuan yang pesat. Dengan konsep One Stop Shopping, maka segala kebutuhan wisata belanja tersedia dalam satu area. Dengan konsep interior "Modern Bali Ethnic" menjadikan tempat ini memiliki ciri khas tersendiri.

Kenyamanan berbelanja merupakan hal yang diutamakan di Rumah Mode, terbukti dengan disediakannya berbagai macam fasilitas dan layanan pendukung lainnya yang membuat suasana berbelanja menjadi sangat menyenangkan.

Di Rumah MOde, produk-produk yang ditawarkan sangat beragam, dari produk lokal sampai produk sisa ekspor dengan kualitas terbaik, harga bersaing, dan fashionable. Baju pria, baju wanita, dan baju anak-anak tersedia dalam berbagai model, dengan harga mulai Rp 30 ribu -Rp 1 juta.

Khusus untuk wanita, tersedia counter baju VIP, baju limited edition, dengan harga yang cukup kompetitif, sangat cocok untuk wanita kelas menengah ke atas.

Tapi kalau kantong menipis, sebaiknya jangan ke Rumah MOde. Pakain murah bisa dicari di Hihamplas.

Bandung merupakan cikal bakal munculnya factory outlet di Indonesia. Fo pertama kali muncul sekitar tahun 1999. Antusiasme masyarakat terhadap keberadaan FO ini bagai gula dikerubungi semut. Alhasil, melihat pasar yang begitu ramai, usaha FO pun begitu menjamur di Kota Bandung.

Kehadiran FO ini ternyata menarik perhatian wisatawan luar kota khususnya Jakarta. Setiap akhir pekan, mobil-mobil berplat B selalu terlihat terparkir memenuhi Kota Bandung.

Dengan datangnya wisatawan ke Bandung tak hanya menggairahkan usaha tetapi menimbulkan efek samping. Keberadaan FO yang rata-rata berada di jalan protokol ini sempat dituding sebagai biang keladi kemacetan di Kota Bandung khususnya saat akhir pekan.

Di sekitar Jl Riau yang merupakan salah satu titik di Kota Bandung di mana sejumlah FO berada. Sederet FO ternama berada di Jalan ini menawarkan produk-produk fashion andalan.

Di sana ada FO Heritage dengan bangunan bersejarahnya, Galeri Lelaki, Renariti, Stamp, Terminal Tas dan lain-lain. Tak hanya FO, untuk anak muda penggemar distro, 18th (baca: eighten) Park bisa dikunjungi. Puluhan distro berkumpul dalam satu kawasan sehingga memberikan banyak pilihan. Belum lagi tempat-tempat wisata kuliner di Jalan ini makin menambah sesak Martadinata saat liburan tiba. Memang Bandung kota mode yang tak pernah mati. "Nenek-nenek saja, masuk FO dengan gaya yang modis," ujar Andi, warga Batam heran.

Menariknya, penjaga toko di Bandung bisa dikatakan cantik. Apalagi dengan bahasa Sunda menambah gairah Bandung sebagai kota mode. (robby patria)

Rabu, 17 Desember 2008

Dewi Dewi yang Mesra





by robby patria. Ini foto saat artis Dewi-Dewi konser di Batam. Kini mereka sudah bercerai.
 Sapi di sawah menemai bangau putih 


 Menyet dan kucing kok mesra amat ya? 

Mereka hidup dengan kedamaian.by robby

Sehari Bersama Farid Gaban


AJI Batam kembali melaksanakan pelatihan untuk wartawan di Tanjungpinang. Pelatihan kali ini AJI mengundang Farid Gaban untuk menjadi pemateri. Diharapkan, wartawan seniur Farid Gaban bisa memberikan pencerahan dan menambah ilmu kami.

Bukan hanya wartawan yang akan ikut pelatihan itu, mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Tanjungpinang juga ikut serta. Acara ini memang kerjasama AJI Batam bersama dengan STIKOM Tanjungpinang.

Berikut ini TOR rencana pelatihan yang akan dilakukan tanggal 27 Desember 2008.

Tema acaranya Sehari Bersama Farid Gaban


Pelatihan Jurnalistik


Hari/Tanggal : 27 Sabtu 2008
Jam : 09.00 - 15.00 WIB

Tempat : Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Tanjungpinang, Kepri.

Peserta : Wartawan di Kepri dan mahasiswa

Jumlah perserta diperkirakan 50 orang.


KISI-KISI MATERI yang ingin teman-teman timba dari Pak Farid mengenai

Hardnews & Feature

a. Karakteristik Hardnewsa dan Feature
b. Nilai Berita, Anatomi Berita dan Unsur-Unsur Berita
c. Model Penulisan Hardnews dan Feature
d. Bahasa Berita dan Bahasa Feature
e. Latihan Menulis Berita/Feature


Liputan dan Wawancara

a. Latihan wawancara dan liputan (tugas lapangan)
b. Teknik wawancara & liputan
c. Evaluasi hasil latihan

Teknik Menulis

a. Mengatasi Hambatan Menulis
b. Teknik Menulis Tanpa Beban
c. Teknik Meramu Naskah
e. Latihan Menulis dan Evaluasi Proses Menulis

Teknik Editing
a. Bahasa Jurnalistik
b. Mengemas Judul, Lead dan Alur
c. Agenda Seting Liputan isu tertentu

Acara ini terbuka untuk siapa saja yang ingin mendalami dunia jurnalistik.

Satu kisah Cinta Istri Jurnalis

Suami saya adalah seorang jurnalis, saya mencintai sifatnya yang spontan dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul dihati saya ketika bersandar dibahunya.

3 tahun dalam masa perkenalan dan 2 tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa letih...lelah, alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Saya

seorang wanita yang sentimental dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindui saat-saat romantis seperti seorang anak kecil yang sentiasa mengharapkan belaian ayah dan ibunya. Tetapi, semua itu tidak pernah saya peroleh. Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan.

Rasa sensitifnya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam perkawinan kami telah mematahkan semua harapan saya terhadap cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan penceraian.

"Mengapa?"Dia bertanya dengan nada terkejut.

"dinda letih, Abang tidak pernah mencoba memberikan cinta yang dinda inginkan." Dia diam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, nampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.

Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang lelaki yang tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya?

Dan akhirnya dia bertanya.

"Apa yang bisa Abang lakukan untuk mengubah fikiran dinda?" Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan perlahan.

"dinda ada 1 pertanyaan, kalau Abang menemukan jawabannya didalam hati dinda maka dinda akan mengubah fikiran dinda; Seandainya,dinda menyukai sekuntum bunga cantik yang ada ditebing gunung dan kita berdua tahu jika Abang memanjat gunung-gunung itu, Abang akan mati. Apakah yang Abang akan lakukan untuk dinda?"

Dia termenung dan akhirnya berkata, "Abang akan memberikan jawapannya

esok." Hati saya terus gundah mendengar responnya itu.

Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan. ..

'Sayangku, Abang tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi izinkan

Abang untuk menjelaskan alasannya." Kalimat pertama itu menghancurkan hati saya. Namun, saya masih terus ingin membacanya.

"dinda boleh mengetik dikomputer dan selalu mengusik program di dalamnya dan akhirnya menangis di depan monitor, Abang harus memberikan jari-jari Abang untuk membantu dinda memperbaiki program tersebut."

"dinda selalu lupa membawa kunci rumah ketika dinda keluar, dan Abang harus
memberikan kaki Abang untuk menendang pintu, dan membuka pintu
saat dinda pulang."

"dinda suka jalan-jalan di shopping center tetapi selalu tersesat bahkan ada
saatnya tersesat di tempat-tempat baru yang dinda kunjungi, Abang harus
mencari dinda dari satu tempat ke tempat yang lain untuk membawa dinda kembali ke rumah."

"dinda selalu pegal pegal sewaktu 'teman baik' dinda datang setiap
bulan, dan Abang harus memberikan tangan Abang untuk memijit dan mengurut kaki dinda yang pegal itu."

"dinda lebih suka duduk di rumah, dan Abang selalu risau kalau kalau dinda menjadi Bosan. Dan Abang harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburkan hati dinda dirumah atau meminjamkan lidah Abang untuk menceritakan hal-hal lucu yang Abang alami."

"dinda selalu menatap komputer, membaca buku dan itu tidak baik untuk
kesehatan mata dinda, Abang harus menjaga mata Abang agar ketika kita tua
nanti, abang dapat menolong mengguntingkan kuku dinda dan memandikan dinda."

"Tangan Abang akan memegang tangan dinda, membimbing menelusuri pantai,
menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna
bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajah dinda."

"Tetapi sayangku, Abang tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena,
Abang tidak sanggup melihat airmatamu mengalir menangisi kematian Abang."
"Sayangku, Abang tahu, ada banyak orang yang mencintaimu lebih
daripada cinta Abang kepada dinda."

"Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan oleh tangan, kaki, mata
Abang tidak cukup bagi dinda. Abang tidak akan menahan dinda mencari
tangan, kaki dan mata lain yang dapat membahagiakan dinda."

Airmata saya jatuh ke atas tulisannya hingga membuat tintanya menjadi
kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk terus membacanya lagi.

"Dan sekarang, dinda telah selesai membaca jawaban Abang. Jika dinda
puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkan Abang tinggal di
rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, Abang sekarang sedang berdiri
di luar sana menunggu jawaban dinda."

"Tetapi, jika dinda tidak puas, sayangku...biarkan Abang masuk untuk mengemaskan barang-barang Abang, dan Abang tidak akan menyulitkan hidup dinda. Percayalah, kebahagiaan Abang adalah bila dinda bahagia."

Saya tertegun. Segera saya memandang pintu yang sedang tertutup rapat. Lalu saya segera berlari membukakan pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah gusar sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaan saya.

Oh! Kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintai saya. Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam 'wujud' yang kita inginkan, maka cinta itu telah hadir dalam 'wujud' yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. (dari teman-teman di mailis jurnalisme)

Kamis, 11 Desember 2008

AJI Batam Gelar Pelatihan Jurnalisme Pemilu

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Batam akan menyelenggarakan pelatihan untuk wartawan di Kepulauan Riau tentang Jurnalisme Pemilu. Pelatihan tersebut akan dilaksanakan tanggal 13 Desember 2008 di Restora Saung Sunda Sawargi Batam.

Pelatihan wartawan yang diselenggarakan ini merupakan salahsatu agenda dari serangkaian kegiatan AJI Batam sejak terbentuk 2007 lalu.

Dalam pelatihan peliputan pemilu 2008 ini, yang akan menjadi nara sumber pembicara sesi pertama Dwi Setyo Irawanto, mantan Redaktur Pelaksana Majalah Tempo. Dwi juga turut mendirikan Tabloid Kontan.

Dwi sudah sering menjadi pemateri pada berbagai training jurnalistik yang diselenggarakan AJI Indonesia.

Kemudian pemateri berikutnya akan diisi Rommy Fibri, kini menjadi Koordinator Liputan SCTV. Sebelumnya Rommy wartawan Tempo yang pernah dikirim Tempo meliput perang Iraq.

Dari segi kemampuan, dua pemateri sudah memiliki jam terbang internasional. Dwi juga tercatat menjadi juri Muhtar Lubis Award di tahun 2008. Panitia menargetkan 36 peserta dari wartawan media cetak dan elektronik yang ada Kepri. (robby patria)

Senin, 08 Desember 2008

Batam Mengukir Prestasi di Era Otonomi

foto by yusuf hidayat/ Batam Pos


Refleksi 25 Tahun Pemko Batam


Pemerintah Kota Batam memasuki umur 25 tahun Desember ini. Otorita Batam pun berganti baju menjadi Badan Pengusaan Kawasan (BPK) yang akan melanjutkan peranan menarik investasi di Batam. Bagaimana peran Pemko ke depan, setelah seper empat abat diberikan wewenang otonomi daerah mengelola daerah ini. Apakah masih berebut kekuasaan ataupun BPK dan Pemko Batam menjadi dua mesin turbo yang menjalankan satu perahu hingga sampai tujuan akhir memakmurkan masyarakat?

Wartawan Batam Pos, Robby Patria, mewawancarai Asisten Ekonomi dan Pembangunan Syamsul Bahrum mengenai peranan Pemko selama 25 tahun di ruang kerjanya, Kamis (4/12).

Bagaimana sejarah awal perkembangan Batam hingga menjadi kawasan pertumbuhan ekonomi di Indonesia seperti sekarang ini?

Skenario awal pembangunan Pulau Batam di tahun 1969 adalah sebagai basis logistik dan operasional untuk industri yang berkaitan dengan eksploitasi dan gas bumi lepas pantai. Melalui Keppres No 65/1970 tanggal 19 Desember 1970 ditetapkan Proyek Pengembangan Pulau Batam yang dengan Keppres No 74/1971 , Pulau Batam ditetapkan sebagai Daerah Industri Pulau Batam.

Status sebagai Kawasan Berikat (bonded warehouse) ditetapkan melalui Kepres 41/1973 (22 November 1973). Selanjutnya dengan Keppres No 56/1984 tentang Penetapan Pulau Janda Berias, Moi-moi, Kasem, Tanjung Sauh dan Ngenang sebagai “bonded warehouses”.

Di era pra tahun 1984 sebelum terbentuknya Kota Madya Administratif Batam dengan PP No 34 Tahun 1983, maka status Pulau Batam adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Belakang Padang, Kabupaten Kepulauan Riau.
Cakupan wilayah Kota Batam mencakup 247 di gugusan Pulau Rempang dan Galang sejalan dengan perluasan wilayah kerja Otorita Batam (Keppres 28/1992) yang meliputi Pulau Batam, Rempang, Galang, dan pulau-pulau sekitarnya.

Di saat itu, fokus pembangunan lebih ke sektoral dibandingkan dengan isu lokal yakni menjadikan daerah ini sebagai basis logistik, kawasan industri, sentra perdagangan, pusat alih kapal, dan destinasi pariwisata. Aspek pemerintahan pada saat itu memainkan peran sekunder dan marginal, bahkan kelembagaan OPDIPB (Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam) memiliki peranan sangat kuat (super body) menyatukan model otonomi penuh dan otoritas tanpa batas.

Bahkan sebelum tahun 1999, tupoksi OPDIPB bagaikan institusi super-otonom di kawasan khusus. Bagaikan desentralisasi atas sentralisasi fungsi pusat. Peranan ini semakin berkurang sejalan dengan semangat reformasi yang melahirkan daerah otonom. Kita patut syukuri, akan peranan OPDIPB dalam membangun Pulau Batam.


Saat ini penduduk Batam 845.616 jiwa. Sejak kapan terjadi lonjakan penduduk di Batam?

Penduduk Batam pada tahun 1973 tercatat sekitar 6.500 jiwa, dan di tahun 1978 berjumlah 31.400 jiwa. Namun pada saat terbentuknya Kotamadya Administratif Batam tumbuh menjadi 43.800 jiwa. Di tahun 1993, Pulau Batam telah dihuni oleh 146.214 jiwa. Dan pada tahun 2003 jumlahnya telah menembus angka 562.661 jiwa. Sampai dengan Oktober 2008, penduduk Batam mencapai 845.616 jiwa. Rata-rata pertumbuhan penduduk Batam selama kurun waktu 1973-2003 (30 tahun) mencapai 11.32 persen per tahun.
Salah satu upaya menekan laju pertumbuhan penduduk karena faktor migrasi penduduk maka diterbitlah Perda No 2/2001 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran dan Pengendalian Penduduk dalam Daerah Kota Batam.


Sekarang eranya otonomi daerah. Bagaimana peran Pemko sebagai penguasa daerah sesuai dengan UU Otonomi Daerah? Dukungan sumber daya manusia untuk melayani masyarakat apakah sudah maksimal?


Dari perspektif pemerintahan, kelahiran Kota Batam sebagai intitusi dan zonasi kepemerintahan didasarkan atas PP No 34 Tahun 1983, dan pelantikan Walikotamadya (Administratif) pertama Usman Draman, 24 Desember 1983.
Sedangkan status Kota Otonom mengacu UU No 53/1999 yang mengatur tentang Pembentukan Kota Batam dan Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Riau. Tahun 1983 berdasarkan PP No 34/1983 terdapat tiga Kecamatan Batam Barat, Batam Timur dan Belakang Padang.

Tahun 1999 (UU No 53/1999), Batam bertambah delapan yakni Kecamatan Batu ampar, Lubuk Baja, Nongsa, Sei Beduk, Sekupang, Belakang Padang, Galang, dan Bulang Lintang. Kemudian melalui Perda No 12 Tahun 2005, maka terbentuklah 12 diantaranya Kecamatan Batu Ampar, Nongsa, Sei Beduk, Lubuk Baja, Batu Aji, Bengkong, Batam Kota, Sei Beduk, Sagulung, Belakang Padang, Galang dan Bulang.

Berdasarkan PP No 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, PP No 41/2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Permendagri No 57/2007 tentang Juknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah, maka Struktur kepemerintahan (STOK) Kota Batam telah tersusun yakni dengan Perda No.3/2003 Sekda, tiga Asisten, lima Staf Ahli, 14 Bagian plus Sekwan, dan tiga Bagian Setwan, Perda No 11/2007 tujuh Badan dan tiga Kantor, termasuk 14 Dinas Perda No 12/2007 tentang Dinas Daerah.

Total jabatan terdapat 785 yakni, eselon II/a 1 jabatan, eselon II/b 32 jabatan, eselon III/a dengan 57 Jabatan, eselon III/b sebanyak 108 jabatan, eselon IV/a dengan 493 jabatan. Dan eselon IV/b, diisi 94 jabatan. Sedangkan total PNS dan tenaga honorer adalah 4.542 pegawai.

Golongan I berjumlah 140 orang, golongan II sebanyak 1.557 orang, golongan III 2.163 orang, dan golongan IV berjumlah 506 orang. Peranan Pemko Batam semakin besar khususnya di era reformasi regulasi dan sejalan dengan kebijakan nasional revitalisasi institusi birokrasi dalam kebijakan publik dan pelayanan umum. Bahkan kebijakan makro ekonomi nasional di Batam melalui pembentukan FTZ-Free Port harus berada dalam kerangka penguatan otonomi daerah. Pelayanan publik, saya kira sudah baik. Walaupun masih ada pelayanan yang harus ditingkatkan.

Menurut Anda bagaimana posisi Pemko dalam pelaksanaan FTZ di Batam. Apakah sejajar dengan BPK?

UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pasal 9 secara tegas mengatur bagaimana kawasan khusus di daerah otonom dibentuk dan dijalankan. Hal yang sama juga pada konsideran dan isi Perpu No.1/2000, UU.No.36/2000, dan direvisi dengan Perppu No.1/2007 dan UU.No.44/2007 yang melahirkan PP.No.46, 47 dan 48/2007 berkaitan dengan penenetapan FTZ-BBK.

Dalam pelaksanaan FTZ idealnya melahirkan “otonomi plus” bukan “otonomi minus” seperti di Bintan, Tanjung Pinang dan Karimun”. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan FTZ oleh BPK di Kota Batam harus memperkuat posisi Pemko Batam bukan sebaliknya apalagi Walikota Batam juga secara “ex officio” sebagai Wakil Ketua Dewan Kawasan FTZ Batam.

Oleh karena itu, tidak ada satu kebijakan di Dewan Kawasan (DK-FTZ) yang dilaksanakan oleh Badan Pengusahaan Kawasan (BPK-FTZ) yang memperkecil fungsi-fungsi Pemko Batam dalam penyelenggaraan pemerintahan. Kedudukan Pemko dalam pelaksanaan pembangunan dan tugas-tugas otonomi daerah yang telah dilimpahkan di bidang kemasyarakatan.

Hal ini esensial karena Walikota adalah “city manager” karena pertama, Ia dipilih langsung oleh rakyat, dan pengemban otoritas demokrasi tertinggi bersama DPRD. Kedua, terdapat program-program yang telah disusun dalam jangka pendek APBD dan menengah yakni Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan rencana skenario prospektif jangka panjang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Batam.

Ketiga, telah terbit 73 perda yang memuat aspek pengaturan dan pengurusan di bidang tata ruang, pajak dan retribusi daerah, lingkungan hidup, kelembagaan pemerintahan, ketertiban sosial, penguatan ekonomi kerakyatan, keprotokolan dan kerjasama antar kelembagaan, persampahan, perhubungan.

Keempat, pertanggung-jawaban penyelenggaraan pemerintahan juga wajib dilaporkan oleh Walikota Batam kepada pemerintah pusat melalui Menteri Dalam Negeri.

Kelima. pelbagai prestasi (governmental, developmental and social awards) di bidang politik pemerintahan, ekonomi pembangunan, dan sosial kebudayaan selalu diberikan kepada Pemko Batam. Pemberian ini merujuk pada suatu kota dalam huruf besar kota yang berarti suatu wilayah pemerintahan (Batam, Tanjung Pinang, Pekanbaru, Dumai) bukan kota dalam arti fisik seperti Kota Kijang, Tg.Balai Karimun, Daik, Tanjung Uban, Ranai, dan Tarempa.

Legitimasi formal ini menandakan pentingnya pencapaian prestasi suatu kota dari pandangan indikator kota yang didukung oleh seluruh pemangku pembangunan (stake holders) di Batam. Oleh sebab itu, seluruh instansi vertikal pusat dalam semua kedudukan dan fungsi seperti bea dan cukai, perpajakan, keimigrasian, karantina, keamanan dan pertahanan termasuk bidang keagamaan, termasuk Otorita Batam yang dimasa transisi (2008) direformasi menjadi BPK-FTZ yang dibentuk dan bertanggung-jawab kepada DK-FTZ yang di dalamnya terdapat Walikota sebagai Wakil DK-FTZ) bahagian yang tidak terpisahkan dalam mengukir prestasi 25 tahun penyelenggaraan pemerintahan Kota Batam.

Tugas - tugas dekonsentrasi tugas pusat yang dilaksanakan aparatnya di daerah dipadukan dengan fungsi desentralisasi dan otonomi fungsi kepemerintahan yang telah diserahkan ke daerah.


Lalu bagaimana posisi BPK-FTZ di era Otonomi Daerah? Apakah mengkebiri otonomi daerah?


Tetap saja tidak akan mengkebiri posisi Pemko Batam. Tinggal bagaimana membangun mekanisme perpaduan kebijakan publik dan pelayanan sosial. Oleh sebab itu, kenapa Pemko Batam tetap konsisten memanfaatkan kebijakan kesatuan pelayanan dalam satu atap atau under one roof menuju kesatuan pelayanan terpadu atau one stop service seluruh pelayanan perizinan usaha di Gedung Sumatera Promotion Center (SPC).


Sekarangkan sudah FTZ, bagaimana dengan proses perizinan investasi dan perizinan lainnya?

Seluruh perizinan dari pemerintah pusat yang sampai saat ini menurut aturan teknis di masing-masing departemen / kementerian, lembaga pemerintah non-departemen masih berada di pusat. Seharusnya, khususnya untuk kawasan FTZ-BBK, idealnya yang akan dilaksanakan oleh BPK, bukan segala kewenangan dan urusan yang sudah dilimpahkan dan menjadi tugas pokok otonomi daerah.

Jika ini dilaksanakan, maka prinsip KISS (Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi dan Simplifikasi) segala urusan yang menjadi tugas BPK-FTZ dan Pemko Batam akan mudah dilaksanakan.

Tugas DK-FTZ yang dilaksanakan oleh BPK-FTZ adalah “merebut” sebanyak-nbanyaknya urusan yang masih “nyangkut” di pusat bahkan di BKPM. Tidak ada lagi perizikan teknis yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat untuk kawasan FTZ. Izin kapal ikan di Departemen Kelautan dan Perikanan, izin pemanfaatan hutan wisata Departemen Kehutanan, izin mengimpor produk stratejik harus Departemen Perdagangan, dan lain-lain. Jika ini dijalankan maka bentuk ideal pelayanan investasi akan tercapai di Gedung SPC sebagai “Pusat Pelayanan Investasi Terpasu (Integrated Investment Service Canter).


Bagaimana konsep Anda mengenai teknis perizinan di SPC?


Begini. Nanti, di gedung SPC seluruh izin di bawah otoritas Pemko Batam bukan hanya didaftarkan tetapi juga diproses dan ditandatangani. Jadi, tidak ada lagi kepala badan, dinas, kantor termasuk camat yang menandatangani perizinan. Hanya walikota, wakil wali kota dan sekretaris daerah karena “hak prerogatif” politik dan posisi eselonasi tertinggi di kota yang dapat menekan beberapa perizinan stratejik berupa izin prinsip pada bidang tertentu saja.


Jadi seluruh perizinan usaha dari pusat, provinsi dan kota diselesaikan dengan teknologi moderen di tempat dengan cepat (on-site-online service). Suatu bentuk awal pemberian pelayanan yang terbaik dalam bentuk “red carpet” bukan “red tape and tips” bisa tercapai.

Tinggal bagaimana DK-FTZ dan BPK-FTZ, serta Pemko Batam menganggarkan dengan baik untuk pertama, pengembangan fasilitas fisik.

Kedua, peningkatan sistem pelayanan perangkat keras dan lunak yang berbasis ICT (information and Computer Technology). Ketiga, penataan sistem pelayanan yang non birokratis dan tidak “over-procedural” (streamline procedure).

keempat peningkatan kesejahteraan petugas di counter pelayanan dengan memberikan fasilitas khusus, identitas khusus, dan perbaikan pendapatan dengan berbagai tunjangan, pemberian kesempatan pengembangan pendidikan dan pelatihan dan juga pembinaan.
Jika perlu mereka diberi jabatan karir yang bereselon dengan tunjangan khusus pula. Tujuan peningkatan pelayanan publik ini akan sukses dicapai, jika ke-empat faktor tersebut bisa dicapai.

Pemko Batam dan BPK Batam nantinya harus menjadi mesin turbo untuk satu perahu.***

Melihat Perahu Ismeth Sani


DPD Golkar Kepulauan Riau mulai memasang kuda-kuda menetapkan Ismeth Abdullah sebagai kandidat Gubernur 2010. Wakil Gubernur Kepri HM Sani mengakui bersama Ismeth, memerintah dengan hati.

Walaupun pemilihan kepala daerah Kepulauan Riau (Kepri) masih dua tahun lagi, tetapi riak menuju Kepri satu sudah memanas. Pengurus DPD Golkar Kepri Irwan Buntaro mengatakan partai itu sudah menetapkan Ismeth sebagai gubernur 2010.

Tetapi pernyataan Irwan langsung dibantah oleh Ismeth. "Tidak ada itu. Saya belum tahu ada rencana itu," ujar Ismeth Abdullah kepada Batam Pos, akhir pekan lalu menanggapi rencana Golkar mencalonkan dia kembali untuk kursi gubernur.

Ismeth juga belum tahu jika dia sudah dicalonkan oleh oleh Golkar. Ketika ditanyakan apakah bersedia dicalonkan dari Golkar, Ismeth tetap diam. "Belum, belum ada. Nantilah. Saya belum tahu. Nantilah," katanya berulang-ulang.

M Sani seolah-olah sependapat dengan Ismeth. Dia juga belum tahu dengan wacana Golkar. Padahal Sani adalah wakil ketua dewan penasehat Golkar DPD Kepri. Sedangkan Ismeth menjabat ketua dewan penasehat Golkar Kepri.

Menurut Sani, wajar-wajar saja ada kader Golkar yang mencalonkan Ismeth menjadi gubernur. Tetapi itu bukan keputusan partai. Karena pihaknya belum tahun sebagai ketua dewan penasehat.

Sani pasrah dan berserah diri kepada Tuhan mengenai peluangnya untuk dipilih Ismeth menjadi Wagub. Selama dia menjadi bupati sampai dengan wagub, sudah digariskan oleh Tuhan.

"Saya serahkan ke Tuhan, apakah saya dipilih lagi atau tidak," katanya.

Mantan Bupati Karimun ini juga mengatakan, selama memimpin Kepri bersama dengan Ismeth, Sani merasa cocok. Bahkan dia mengatakan, mereka berdua adalah pemimpin yang paling harmonis di Indonesia saat ini.

"Kami memimpin dengan hati," ujarnya seolah-olah meyakinkan dengan mimik muka yang serius.


Ia sebagai wakil gubernur, tahu tugas dan kewajibannya yang harus dikerjakan. Dan tidak mencampuri urusan gubernur. Misalnya, kata Sani, wakil mengurus masalah AIDS, Pramuka dan masalah pemerintahan lainnya.

Ketika Batam Pos, bertanya apakah sudah siap tidak dipilih Ismeth lagi pada pilkada yang akan datang, Sani kembali menjawab," Hanya Tuhan yang tahu. Kita hidup ini hanya menjalankan saja apa yang sudah diatur,"

Dia menyebutkan, selama menjadi wakil gubernur, mereka sudah mengalokasikan dana pendidikan sebesar 20 persen. Kebijakan itu sudah memenuhi amanat undang-undang. Ini suatu keberhasilan. Pasangan ini juga berusaha membangun pusat pemerintahan di Dompak yang direncanakan siap 2010.

"Kita yakin pembangunan bisa siap 2010," kata Sani.

Mengenai masalah listrik di Tanjungpinang yang belum handal, Sani mengatakan masalah itu bukan hanya pemprov yang bertanggung jawab.

"Ini masalah bersama dengan PLN bersama pemprov untuk mencari solusi," jelasnya.

Ketua Bidang Informasi Komunikasi DPD Golkar Kepri Suyono, mengatakan, wacana untuk memasang Ismeth jadi gubernur 2010 sah-sah aja.

"Tetapi itu bukan keputusan partai. Itu pendapat pribadi Erwan Buntaro. Bukan mewakili partai," katanya, Selasa (2/12), di Batam.

Untuk menentukan calon gubernur, jelasnya, harus melalui proses tahapan yang panjang. Bukan asal tunjuk saja. Biasanya ada survei intenal dulu.

"Tetapi karena Ismeth sebagai kadr Golkar, bisa saja dia jadi pertimbangan untuk dicalonkan kembali," imbuh mantan wartawan ini. robby patria

Jumat, 05 Desember 2008

Tambelan nan Indah







foto by robby patria


Ini adalah foto-foto di Tambelan, tepatnya di Pulau Nangka, lalu di Pantai Penepat, nelayan yang baru pulang dari mencari nafkah. Andaikan pulau itu dikelola dengan baik, pastilah amat elok. Sayang masih dibiarkan saja. Pulau Nangka banyak tempat penyu menetaskan telor.

Aku dan Miss Indonesia


foto by Cipi Ckandina

Foto ini saat Artika belum menikah degan Baim. Kini mereka sudah menikah 2008. Aku juga sudah menunaikan kewajiban untuk menikah. Bagi teman-teman yang belum menikah, segeralah. Karena di sanalah kita bisa menggapai bintang. Pernikahan itu yang membuat kita menjadi manusia yang sempurna.

Belajar dari Obama


Bill Kovach by concernedjournalists.org

Pers dalam Demokrasi

Pemilu legislatif tinggal empat bulan. Sosialisasi peserta pemilu mulai mendekati pemilih dengan pelbagai cara. Pers sebagai pilar keempat demokrasi setelah eksekutif, legislatif, dan yudikatif dituntut adil memberi ruang yang sama bagi peserta pemilu 2009.

Pers selama pemilu memainkan peran yang strategis. Sekedar contoh, presiden terpilih Amerika Serikat Barack Hussein Obama, yang menoreh sejarah dengan meraup jumlah pemilih terbanyak selama sejarah pemilu di negara Paman Sam tidak terlepas dari peran pers. Pers di AS memberikan porsi yang lebih untuk Obama dibandingkan dengan lawannya John Mc Cain. Berita utama yang terbit di koran berpengaruh di AS banyak memuat berita tentang Obama. Bukan hanya di AS yang demam Obama, media di Asia, Afrika, Eropa sampai Indonesia, bahkan Batam sekalipun menjadikan Obama laporan utama mereka.

Laporan di media memang banyak menempatkan statemen utama Obama jadi laporan utama media. Sadar atau tidak, pers memberikan andil terhadap kemengan presiden AS pertama yang pernah mengenyam pendidikan di Indonesia itu.

Obama tahu betul apa yang dibutuhkan media. Statemen Obama memuaskan wartawan dibandingkan dengan statemen dari lawan politiknya. Gaya pidato yang mengalir, puitis, bergemuruh seperti gelombang bisa membius orang yang mendengarnya.

Bahasa tubuhnya yang simpatik selalu tertangkap kamera. Semuanya termasuk kelebihan Obama mencuri perhatian media dalam kampanyenya. Obama pernah jadi pemimpin redaksi jurnal hukum di Harvard University. Sehingga dia tak lagi asing dengan media.

Obama sadar betul pers memberikan pengaruh yang besar dalam menciptakan opini publik. Obama sumber inspirasi bagai mata air tak pernah habis. Chris Matthews, wartawan kawakan AS, disorot publik karena memihak Obama. Namun Matthews membela diri. Ia bilang, wartawan wajib memberitakan yang didengar dan dilihat. Ia terinspirasi pidato Obama tentang ras, (Kompas).

Bahkan, John McCain mengeluh porsi pemberitaan Obama berlebihan. Ia menuding Obama dan media terlibat love affair.

Pers juga berperan menjatuhkan lawan politik. Peranan media juga mempengaruhi sikap dan perilaku orang/public. McDevitt (1996: 270) mengatakan, “Media cukup efektif dalam membangun kesadaran warga mengenai suatu masalah (isu).”

Sedangkan Lindsey (1994: 163) berpendapat, “Media memiliki peran sentral dalam menyaring informasi dan membentuk opini masyarakat.” Sedangkan para pemikir sosial seperti Louis Wirth dan Talcott Parsons menekankan pentingnya media massa sebagai alat kontrol sosial.

Obama bukan tipe figur yang pelit dimintai komentar oleh wartawan. Dia juga tidak susah ditemui wartawan. Bandingkan dengam pejabat di daerah ini.

Ketemu kepala daerah susahnya bukan main. Harus nunggu antre dan melewati proses birokrasi. Padahal pers mencari informasi untuk kepentingan umum. Kita masih bisa menyaksikan kalangan birokrat, legislatif tidak banyak memahami substansi masalah yang diinginkan wartawan.

Sehingga jawaban yang diperolehpun jawaban sampah yang tak laik dikutip. Wartawan sebagai manusia juga memiliki tanggung jawab moral bukan hanya kepada perusahaan tempat dia bekerja.

Tetapi tanggung jawab terbesar wartawan, kata Bill Kovach, tokoh jurnalis dunia yang dikenal sebagai ''Nurani Pers" Amerika adalah kepada warga. Bukankah tujuan jurnalisme itu melayani warga agar masyarakat bisa mengambil sikap dalam menjaga kemerdekaan serta mengatur diri mereka sendiri.

Tugas wartawan untuk menulis berita untuk kepentingan publik. Wartawan juga memberikan pencerahan dalam demokrasi. Pemerintahan tidak akan berarti tanpa pers. Pers jauh lebih berarti tanpa pemerintah. “Were it left to me to decide whether we should a government without newspaper or newspapers without a government, I should not hesitate a moment to refer the letter”. Itulah kalimat yang diucapkan Presiden Amerika Thomas Jefferson mengingat peran penting pers dalam negara demokrasi dalam buku The Four Estate, 1971.

Jeremy Bentham, ahli filsafat hukum abad 18, menyatakan, tanpa publisitas pers tentang seluruh kegiatan pemerintah di sebuah negara demokrasi maka keburukan akan menjadi permanen; tetapi jika ada pengawasan publisitas-pers maka pikiran jahat tak akan terjadi terus menerus di pemerintahan. Tak mungkin ada kinerja pemerintah yang baik tanpa bantuan publisitas pers. Karena rakyat atau publik tak dapat menilai jalannya pemerintahan tanpa informasi yang lengkap dari pers.

Seorang pendekar hukum Belanda, Kirk Donker Curtius (1883) memberikan julukkan untuk pers dengan “Ratu Bumi” (de koningin der aarde) karena pers lebih mampu menerangi akal, pikiran, dan hati manusia daripada pemerintah. Istilah populer saat ini adalah mencerdaskan bangsa.

Bahkan panglima perang Prancis zaman revolusi Napoleon Bonaparte lebih takut satu wartawan dibadingkan dengan seribu serdadu. Begitulah pengaruh pers dalam demokrasi.

"Ketika kau memiliki kekuasaan, kau menggunakan informasi untuk membuat orang mengikuti kau punya kepemimpinan. Namun kalau kau seorang wartawan, kau menggunakan informasi untuk orang mengambil sikap masing masing," kata Presiden AS Jimmy Carter, kepada Bill Kovach.

Dalam sejarah, pers di AS berhasil menjatuhkan Presiden Richard Nixon degan skandal watergate yang dutulis Bob Woodward dan Carl Bernstein di Washington Post. Di Indonesia, bagaimana pers mengungkap skandal pejabat DPR dan kasus korupsi lainnya. Sehingga pejabat tersebut harus mengundurkan diri dari jabatan bergengsi. Terkadang juga masuk bui.

Opini yang terbit di media massa mendorong keinginan orang megatur dirinya sendiri. Mengutip Bill Kovach, "jurnalisme dan demokrasi lahir secara bersama-sama. Jurnalisme dan demokrasi juga akan mati bersama." Yang paling penting pers di dunia ketika, yakni wartawan harus independen dari semua pihak yang mereka liput. Ini penting, karena selama ini media masih belum bebas dari sensor dan pengaruh pemerintah.

Wartawan bisa melayani warga dengan sebaiknya-baiknya apabila mereka bersikap independen terhadap pihak yang diliput baik itu institusi politik, bisnis, sosial,agama, media, budaya dan lain -lain.

Andaikan pers berperan memberitahu warga kalau ada penyalagunaan kekuasaan, warga akan tahu tentang caleg yang akan mereka pilih nanti. Dengan demikian, pemilih bisa mengambil sikap dengan informasi yang disampaikan media kepada publik. Apa jadinya jika pers memberitakan caleg tertentu hanya karena wartawan dibayar. Sehingga berita yang dikonsumsi publik sudah tidak sesuai dengan realita yang ada.

Masyarakat akan diracuni dengan informasi sampah. Jangan sampai pers meracuni pemilih dengan berita yang salah. Untuk itu, masyarakat harus mengerti peran pers dalam demokrasi ini. Untuk caleg, kalangan penguasa, pengusaha, aparat keamanan, cintailah pers. Karena dengan saling kerjasama akan tercipta keterbukaan. Pemerintah bisa dikontrol demi menciptakan tatanan masyarakat yang demokratis.***

Rabu, 03 Desember 2008

Senin, 24 November 2008

Mimpi Ansar Merebut Dua Kursi DPR


Partai Golkar Kepulauan Riau (Kepri) memasang kuda-kuda untuk merebut dua kursi DPR dari tiga kursi jatah Kepri di Senayan. Menargetkan 30 persen suara untuk wakilnya di DRPD provinsi dan kota.

Suasana Hotel Comfort Tanjungpinang, Sabtu, (22/11) malam diramaikan ratusan kader Golkar. Spanduk partai bertebaran di sekeliling hotel. Warna kuning membuat suasana jadi meriah. Tokoh partai menjadi kunci mendongkrak suara hadir pada malam deklarasi caleg Golkar mulai tingkat DPR, DPRD provinsi hingga kota.

Tampak koordinator Golkar wilayah Riau dan Kepri Firman Subagyo, Wakil Gubernur Kepri HM Sani, Ketua DPD Golkar Kepri Ansar Ahmad dan tentunya 218 caleg Golkar. Semangat caleg terlihat menggebu untuk satu tujuan mengantarkan partai di zaman orde baru ini kembali meraup suara.

Pemilu 2009, partai zaman Soeharto ini memiliki target cukup tinggi dengan merebut 30 persen suara pemilih. Padahal, pemilu 2004, Partai Beringin hanya bisa memperoleh 21 persen suara. Itupun jumlah parpol tidak sebanyak sekarang. Lebih parah lagi, mereka berani menargetkan dua kursi DPR-RI. Kursi DPR biasanya diraih oleh PDIP, Golkar dan PAN. PKS, PPP, PKB atau Hanura juga berpeluang gencar mensosialisasikan calegnya. Golkar terkesan memaksa untuk mencuri dua kursi. Tetapi, partai dibesarkan Harmoko ini memiliki alasan tersendiri untuk mengambil kursi dari parpol lain yang sudah memasang target khusus untuk menjadi wakil daerah dengan jumlah pulau terbanyak di Indonesia.

Menurut Ansar Ahmad, bukan mustahil merebut dua kursi DPR. Pasalnya, empat caleg DPR Golkar merupakan figur handal dan memiliki kemampuan secara ekonomis dan politik. Misalnya Beng Sabli. Tokoh asal Natuna ini ditargetkan bisa meraup suara di kawasan Pulau Tujuh atau Natuna. Dengan demikian, suara Golkar di Pulau Tujuh bisa diamankan melalui Beng Sabli.

Sedangkan untuk suara di Batam, Golkar memasang Danny Ismeth. Tokoh muda dititipkan untuk merebut suara di Batam yang tak lain memiliki jumlah suara terbanyak di Kepri. Menang di Batam artinya menang di Kepri. Sedangkan Arie, salah satu caleg wanita bisa meraup suara kaum Hawa.

Di mana posisi Harry Azhar Azis? Putra Tanjungpinang, sekaligus Wakil Ketua Panitia Anggaran DPR ditargetkan bisa merebut suara di tiap kabupaten se Kepri. "Beliau tokoh ekonomi nasional. Dengan ketokohannya bisa meraup suara di tiap wilayah di Kepri," ujar Ansar.

Lalu siapa dua caleg diperkirakan akan lolos? Apakah Harry bersama dengan Danny? Atau salah satu diantaranya harus gigit jari untuk duduk di kursi empuk Senayan. Mungkin saja lolos Harry dan Danny? Ansar dalam kesempatan itu mengatakan, caleg Golkar harus yakin dan percaya diri membawa nama besar partai ke tengah-tengah masyarakat.

Ansar mengharapkan pasca deklarasi ini, caleg diminta turun langsung ke kantong pemilih untuk mengetahui apa keinginkan masyarakat. Menjelang pemilu, caleg diharapkan lebih giat terjun langsung ke lapangan guna memenangkan partai. Siapapun yang terpilih, itulah kader terbaik dipilih oleh rakyat. Bukan karena dia dekat dengan elit partai.

Bupati Bintan ini menjelaskan, upaya pencapaian target 30 suara persen bukan tanpa alasan. Ansar menilai, Golkar menjadi partai terbanyak memberikan kontribusi untuk masyarakat dibandingkan partai lain. Selain itu, Golkar memiliki tokoh masyarakat yang sudah teruji. masyarakat masih kecewa dengan partai baru karena belum memberikan kontribusi nyata untuk kemakmuran. Sedangkankan Golkar selama 32 tahun telah banyak berbuat untuk masyarakat. Banyak program bersentuhan langsung masyarakat lahir atas inisiatif Golkar.

Dengan jumlah 218 caleg, termasuk di dalamnya tokoh-tokoh sudah populer, target bisa jadi kenyataan. Di level provinsi, Golkar menyodorkan 37 orang. Tokoh lama yang diharapkan meraih suara di Batam diantaranya Nur Syafriadi, Taba Iskandar, Eddy Robert, Riski Faisal. Sedangkan di Tanjungpinang Golkar memasang Raja Syahniar Usman dan Ade Angga. Di Bintan dan Lingga dipasang Ketua DPRD Bintan Dalmasri Syam dan Erwan Buntaro. Sedangkan di Natuna, Sofyan Samsir tetap dipasang walaupun dinomor sepatu.

Caleg tingkat kota atau kabupaten se Kepri disiapkan 177 orang. Komposisi caleg wanita di DPR dari Golkar sudah memenuhi syarat Undang-Undang Pemilu mengamanatkan sebanyak 30 persen. Sedangkan kuota caleg di tingkat kota dan kabupaten, 29 persen, di provinsi memenuhi 30 persen.

Mengenai sumber daya manusia berdasarkan pendidikan, caleg berpendidikan SLTA sebanyak 39,22 persen, pendidikan D3 sebanyak 7 persen, S1 sebanyak 42,02 persen dan jenjang S2 dan S3 11,76 persen.


Suara Terbanyak

Partai ini, termasuk menggunakan suara terbanyak, setelah PAN terlebih dahulu mendeklarasikan dengan sistem tersebut, barulah Golkar dan PKB, dan Patriot dan partai lainnya mengikuti langkah PAN.

Alasan Golkar tetap menggunakan sistem suara terbanyak, ingin menjadi partai demokratis dalam melaksanakan pesta demokrasi. Dengan suara terbanyak, mesin politik bergerak. Golkar memberikan spirit ke kader untuk berkompetisi secara sehat dengan porsi sama. Peluang untuk duduk di Dewan tidak ada anak emas. Siapa banyak berbuat, maka berpeluang duduk, dibandingkan dengan celeg malas duduk manis di rumah.

Keuntungan lain, dengan menggunakan suara terbanyak, bisa membangun kultur politik baru. Calon dekat dengan rakyat, akan dipilih. Bukan lagi caleg dekat dengan pengurus partai. Dengan demikian, tujuan membangun sistem politik modern bisa terwujud.

Firman Subagyo dalam kesempatan itu menyatakan sistem suara terbanyak digunakan Golkar bukan tanpa alasan. Pertama dengan suara terbanyak semakin mendekatan diri dengan calon pemilih. "Akhir akhir ini terjadi penurunan kepercayaan kepada partai karena kasus korupsi. Ini semua perlu dicermati partai. Dengan sistem suara terbanyak akan lahir anggota dewan dari pilihan rakyat. Bukan utusan partai," tegasnya.

Firman mengingatkan agar caleg terpilih sering turun ke masyarakat guna memperkaya diri. Sesama caleg jangan berantam di kandang sendiri demi suara. Golkar sudah membuat kode etik selama kampanye.
Kalau ada caleg melanggar kode etik tersebut, maka tim pemenangan Golkar memberikan sanksi terhadap caleg yang melanggar aturan tersebut. Menariknya, tim pengawas berasal dari pengurus partai non caleg. Netralitas mereka terjaga.

Persaingan ketat dari dalam internal sendiri, membuat caleg harus bersaing di lapangan. Tak jarang sesama caleg belum memahami arti demokrasi. Sehingga sesama caleg Golkar saling memfitnah.

Bagaimana dengan munculnya gugatan sesama caleg? Firman menyatakan, kader harus taat kepada aturan partai. Jika ingin terus jadi kader.

Taba Iskandar menambahkan, dalam UU Pemilu, tak disebutkan mengikuti pemilu caleg. Peserta pemilu adalah parpol. Penentuan siapa menjadi wakil partai duduk di DPRD adalah parpol. Tentunya berdasarkan suara paling banyak diperoleh saat pemilu.


Sediakan Jurus


Firman mengatakan, Golkar sudah menyiapkan jurus untuk menangkis serangan dari lawan politik mengenai isu krisis global yang melanda Indonesia dan dunia saat ini. Kata Firman, bisa saja lawan politik menjatuhkan Golkar, dengan isu ekonomi.

Dalih Golkar menjawab isu ekonomi dengan cara menanamkan visi ke masyarakat bahwa, krisis ekonomi Indonesia bukan akibat kesalahan pemerintah sekarang. Tetapi disebabkan oleh Amerika Serikat (AS). Menurunnya daya beli AS karena krisis mengakibatkan menurunnya jumlah ekspor Indonesia ke AS.

"Kita sudah menyiapkan jawaban untuk mengatasi isu tersebut," kata Firman Subagyo, kemarin.

Dia tidak menyangkal partai politik lain akan menggunakan isu krisis ini untuk menurunkan pamor Golkar. Karena di saat krisis, presiden dan wakil presiden berkuasa berasal dari Partai Golkar dan Demokrat.
Untuk mengatasi itu tersebut, kata Firman, Golkar meminta kepada setiap caleg menjelaskan secara baik kepada masyarakat kondisi krisis.

Caleg diberikan pengertian supaya mereka bisa menjelaskan ke pemilih bahwa krisis bukanlah kesalahan dari Golkar sebagai partai pemenang pemilu. Krisis terjadi di seluruh dunia. Krisis di Indonesia akibat krisis di AS.
Golkar juga menyiapkan jurus mengkritisi iklan parpol tertentu.

"Apa mungkin dalam 100 hari masalah bangsa bisa tuntas," tanya Firman.

Dia mengatakan, DPD Golkar Kepri memiliki rekor yang baik dibandingkan dengan DPD tingkat satu di daerah lain. Untuk itu, Golkar di Kepri harus memenangi pemilu.

Dalam kesempatan itu juga, partai pemenang pemilu 2004 ini, melakukan deklarasi bersama dengan menyebutkan caleg Golkar harus menjadi nomor satu. Kemudian mereka bersemangat melaksanakan cita- cita pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Caleg diminta untuk berjuang secara konsisten memakmurkan, memberikan keadilan untuk masyarakat Kepri. (robby patria)

Selasa, 18 November 2008

Mencari Sesuap Nasi








Pagi hari, nelayan sudah keluar dari rumah untuk mencari nafkah. Dengan perahu kecil menebar jaring di perairan selat antara Kampung Bugis dan Pelantar Dua Tanjungpinang. (robby patria)

Senin, 17 November 2008

Perang Sarap Daerah Penghasil Migas



Anambas memang sudah berpisah dari Kabupaten Natuna. Tapi, yang jadi persoalan Anambas belum diakui sebagi daerah penghasil. Sehingga Anambas yang diimpikan memiliki kekayaan migas belum terwujud. Padahal perusahaan migas seperti Conocophilips yang beroperasi saat ini, berkantor di Palmatak, yang masuk dalam kawasan Anambas.

Salah satu sumber dari anggota yang tergabung dalam Badan Perjuangan Pembentukan Kabupaten Kepulauan (B2KA), untuk masalah migas ini biarkan bupati yang bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. "Diakan sekarang jadi bos. Jika tidak mampu, baru kita turuntangan."

Masalah perebutan migas ini bisa jadi 'perang dingin' antardua daerah yang belum menikmati kejayaan pembangunan. Sebelum, pemekaran disahkan, Bupati Natuna Daeng Rusnadi berusaha agar daerah yang dia pimpin tidak terpecah belah. Kini sudah sirna. Harapan itu hilang. Yang diharapkan dari Natuna, Blok D-ALpa tetap masuk dalam Natuna. Karena kekayaan yang terpendam dalam laut itulah yang
bisa mengobati kekecewaan lepasnya Anambas.

Bagai dua sisi pisau yang tak mungkin ketemu. Anambas ingin menjadi daerah penghasil. Dengan status itu, daerah ini bisa melaksanakan pembangunan lebih cepat. Bisa saja, Anambas dan Natuna menjadi daerah penghasil. Tetapi, jumlah DBH juga pasti tergerus. APBD Natuna yang sempat menembus Rp1 triliun harus lenyap. Karena dibagi dengan Anambas.

Jika melihat geografis Anambas yang memiliki banyak pulau, menyebabkan tak mudah untuk melaksanakan pembangunan. Jumlah penduduk lebih kurang 40 ribu, menyebar di ratusan pulau besar dan kecil. Di Tarempa, memang sudah dilengkapi dengan infrastruktur.

Tetapi belum memadai. Jumlah perbankan pun tak sampai 10 bank yang membuka cabang di sana. Jangan ditanya mal. Yang ada minimarket kecil-kecilan. Apalagi hotel. Yang ada hanya kamar-kamar kecil yang langsung menghadap ke laut yang luas.

Jalan raya tidak semulus di Batam. Dengan keterbatasan bangunan dan sarana, pembangunan Anambas membutuhkan dana yang tak sedikit. Sebelah utara wilayah Anambas berbatasan dengan Laut Cina Selatan, sebelah timur berbatasan dengan Laut Natuna. Sebelah selatan

berbatasan dengan Kepulauan Tambelan, dan sebelah barat berbatasan dengan Laut Cina Selatan. Anambas memiliki enam kecamatan, yaitu Kecamatan Siantan, Jemaja, Palmatak, Jemaja Timur, Siantan Selatan dan Siantan Timur.

Kabupaten Kepulauan Anambas memiliki luas wilayah keseluruhan ± 590,14 kilometer per segi dengan jumlah penduduk lebih kurang 41.341 jiwa pada tahun 2007.

Belum banyaknya infrastruktur yang dibangun di sana, membuat pejabat bupati Anambas harus berkantor di Kantor Camat Tarempa menempati bekas kantor camat. Tugas berat sudah jelas di depan mata. Apalagi, jika daerah ini belum diakui jadi daerah penghasil. Dari mana lagi sumber pembiayaan untuk pembangunan.

Memang pemerintah Provinsi Kepri akan memberikan bantuan Rp5 miliar per tahun selama tiga tahun. Begitu juga dengan Natuna. Harapan ada di Dana Alokasi Umum. Tahun 2009, Anambas akan mendapatkan alokasi Rp45 miliar. Dengan dana tersebut, pemerintah sementara Anambas harus membagi anggaran untuk masyarakat dan pembangunan infrastruktur. Memang tugas berat menanati. Jangan sampai dana awal itu untuk kemakmuran pejabat saja. Minim pembangunan. Memang beralasan, banyak pegawai di Kepri yang enggan pindah ke Anambas.

"Untuk apa ke Anambas. Mending saye di Tanjungpinang. Tenang hidup. Semue kebutuhan ade," demikianlah kata-kata yang keluar dari salah satu masyarakat Anambas.

Untuk mempercepat pembangunan, Anambas memang mengandalkan migas. Sedangkan menurut Wakil Bupati Kabupaten Natuna Amirullah Anambas bukan daerah penghasil minyak dan gas (migas), sesuai dengan Undang-Undang No 33 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Anambas. Dengan demikian, katanya, dana bagi hasil (DBH) migas Natuna lebih besar dibandingkan daerah lainnya di Kepulauan Riau. Kecuali, ada revisi undang-undang yang menyatakan Anambas sebagai daerah penghasil migas.

Menurut dia, dari peta pembentukan Anambas, titik-titik tempat eksploitasi migas tidak masuk dalam daerah Anambas. Perusahaan migas yang ada saat ini berada di tengah laut masuk dalam wilayah Natuna. di Anambas hanya dijadikan basecamp saja.
Karena Anambas bukan daerah penghasil, maka jatah DBH migas Anambas sama dengan daerah lainnya di Kepri.Memang ada usulan pembagian DBH migas, 40 persen untuk Natuna dan 60 persen untuk Anambas. Tapi itukan tidak sesuai dengan undang-undang. "Kita harus mengacu kepada aturan yang ada," kata Amirullah.

Jika nanti ada aturan yang menyatakan Anambas daerah penghasil, jelasnya, maka daerah itu berhak mendapatkan dana migas lebih besar. Untuk sekarang ini belum bisa. Memang ada upaya untuk menjadikan Anambas sebagai daerah penghasil. "Tapi, kita lihat dulu lah," imbuhnya.

Wakil Ketua DPRD Natuna dari daerah pemilihan Anambas Wan Zuhendra tidak sependapat dengan Amirullah. Dua daerah Anambas dan Natuna, katanya, harus berbagi sama rata untuk hasil migas. Kekayaan alam di Laut China Selatan seperti migas harus digunakan untuk kesejahteraan rakyat dua kabupaten.

"Tujuan pemekaran Anambas itu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jangan dana migas ini untuk satu daerah saja. Anambas juga bagian dari Natuna," ujar Wan.

Dia mengharapkan sebaiknya pemerintah Anambas dan Natuna berunding mencari jalan keluar agar sama-sama menikmati DBH. "Dengan adanya pembahasan kedua belah pihak biar fear. Kedua pemimpin daerah harus mengutamakan masyarakatnya," kata Wan.

Menurut Wakil Ketua Panitia Anggaran DPR-RI Harry Azhar Azis saat ini memang terjadi pembahasan apakah Anambas sebagai daerah penghasil atau tidak. Jika mengacu undang-undang pembentukan Anambas disebutkan bukan daerah penghasi migas, maka jatah DBH
Anambas sama dengan daerah lain di Kepri.

"Daerah penghasil migas akan mendapatan jatah yang lebih dibandingkan daerah bukan penghasil. Itu saja bedanya," kata politisi Golkar asal daerah pemilihan Kepri itu.

Untuk 2009, pemerintah pusat mengalokasikan Dana Alokasi Umum (DAU) untuk Anambas sebesar Rp 33 miliar. Dana tersebut belum termasuk tanpa dana bagi hasil minyak dan gas. Dana Alokasi Khusus (DAK) tanpa dak kesehatan sebesar Rp4 miliar. Dana bagi hasil tanpa sumber daya alam minyak dan gas sebesar Rp 10,4 miliar. Jika ditotal, Anambas akan mendapatkan dana pusat mencapai Rp47,5 miliar.

DAU Anambas jauh berbeda dengan Kabupaten Natuna sebagai kabupaten induk. DAU Natuna tahun 2009 sudah diputuskan sebesar Rp90, 2 miliar. Dana alokasi khusus tanpa kesehatan sebesar Rp 32 miliar. Dana bagi hasil sumber daya alam tanpa migas sebesar Rp10,4 miliar. Sehingga total dana yang diperoleh Natuna 133,2 miliar. (robby patria)