Jumat, 26 Desember 2008

Bandung yang Modis






Kota Bandung memang menawan. Sehingga kota ini masih laik untuk dijadikan tempat tujuan wisata lokal. Banyak tempat yang bisa dikunjungi dan tentunya akan memberikan kesan tersendiri bagi Anda yang berwisata ke Bandung.


Cuaca sejuk di Bandung yang merayap di Hotel Jayakarya, membuat tidur makin pulas. Dinginnya menusuk tulang belakang. Tetapi, jam tangan sudah menunjukkan pukul 05.30 WIB. Saya harus bangun untuk shalat subuh. Karena jadwal kami pada pagi itu sangat mepet. Maklum, hari Jumat (19/12), saya bersama dengan teman sekantor akan mengunjungi beberapa objek wisata di kota Kembang yang terkenal itu.

Tarif hotel di Bandung bisa dibilang lebih mahal dibandingkan dengan Batam.Hotel Jayakarta saja per malam Rp lebih Rp1 juta. Padahal di Batam hotel sekelas itu cuma Rp500 ribu per malam.

Setelah menyelesaikan sarapan pagi,  kami langsung menuju bis yang akan membawa kami ke Gunung Tangkuban Perahu yang bisa ditempuh lebih kurang 30 menit dari Bandung.

Gunung Tangkuban Parahu adalah salah satu gunung yang terletak di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung, dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh di sekitarnya, gunung Tangkuban Parahu mempunyai ketinggian setinggi 2.084 meter dari Wikipedia.

Bentuk gunung ini adalah Stratovulcano dengan pusat erupsi yang berpindah dari timur ke barat. Jenis batuan yang dikeluarkan melalui letusan kebanyakan adalah lava dan sulfur, mineral yang dikeluarkan adalah sulfur belerang, mineral yang dikeluarkan saat gunung tidak aktif adalah uap belerang. Daerah Gunung Tangkuban Perahu dikelola oleh Perum Perhutanan. Suhu rata-rata hariannya adalah 17oC pada siang hari dan 2 oC pada malam hari.

Gunung Tangkuban Parahu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Untuk sampai di gunung itu melalui jalan yang berliku. Jika menggunakan bis tidak bisa sampai ke kawah. Bis hanya bisa sampai di terminal. Kita bisa menggunakan angkotan mini untuk sampai di kawah. Setelah melewati pemandangan hutan belantara yang banyak ditumbuhi Pinus, baru sampailah di kawah. Oroma barelang yang menyengat merangsang hidung.

"Barelang ini bagus untuk penyakit kulit,"kata Iman.

Sampai di atas kawah, kamera pun langsung mengabadikan keindahan gunung. Di samping
Sesampainya di puncak Tangkuban Perahu, disana sudah cukup rame dengan pengunjung, dan parkiran mobil sudah hampir penuh. Ada beberapa tukang foto, dan penjual souvenir-souvenir khas Tangkuban Perahu yang harganya mulai dari Rp10 ribu hingga Rp45 ribu per sovenir. Ada juga Kuda yang bisa di sewa jika kita tidak ingin cape jalan-jalan.

Cuaca cerah dan tidak berkabut, pemandanan sangat indah dengan menyaksikan kawah Tangkuban Perahu dengan jelas.
Di gunung Legenda Sangkuriang itu,kami tidak bisa lama karena harus melaksanakan salat jumat.

Asal-usul Gunung Tangkuban Parahu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang, yang dikisahkan jatuh cinta kepada ibunya, Dayang Sumbi. Untuk menggagalkan niat anaknya menikahinya, Dayang Sumbi mengajukan syarat supaya Sangkuriang membuat perahu dalam semalam. Ketika usahanya gagal, Sangkuriang marah dan menendang perahu itu, sehingga mendarat dalam keadaan terbalik. Perahu inilah yang kemudian membentuk Gunung Tangkuban Parahu.

Gunung Tangkuban Parahu ini termasuk gunung api aktif yang statusnya diawasi terus oleh Direktorat Vulkanologi Indonesia. Beberapa kawahnya masih menunjukkan tanda tanda keaktifan gunung ini. Diantara tanda gunung berapi ini adalah munculnya gas belerang dan sumber-sumber air panas di kaki gunung nya diantaranya adalah di kasawan Ciater, Subang.

Keberadaan gunung ini serta bentuk topografi Bandung yang berupa cekungan dengan bukit dan gunung di setiap sisinya menguatkan teori keberadaan sebuah telaga (kawah) besar yang kini merupakan kawasan Bandung. Diyakini oleh para ahli geologi bahwa kawasan dataran tinggi Bandung dengan ketinggian kurang lebih 709 m diatas permukaan laut merupakan sisa dari letusan gunung api purba yang dikenal sebagai Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Parahu merupakan sisa Gunung Sunda purba yang masih aktif. Fenomena seperti ini dapat dilihat pada Gunung Krakatau di Selat Sunda dan kawasan Ngorongoro di Tanzania, Afrika. Sehingga legenda Sangkuriang yang merupakan cerita masyarakat kawasan itu diyakini merupakan sebuah dokumentasi masyarakat kawasan Gunung sunda purba terhadap peristiwa pada saat itu.

Sebelum sampai di gunung, kami diceritakan oleh Lina, wanita yang bertugas menemani kami selama di Bandung. Dari dia, kami mendapatkan infomasi mengenai Tangkuban Perahu. walaupun sebelumnya sudah pernah mendengar tentang lagenda Tangkuban.



Wisata Stroberi

Selesai wisata ke Gunung, ada baiknya berkunjung ke kebon stroberi di Bandung. Kebetulan tak jauh dari Gunung Tangkuban Perahu. "Masih satu jalan," kata Lina.

Dari atas bis,terlihat hamparan tanaman stroberi di Lembang, Bandung. Di tengah redupnya cuaca, terlihat diserbu puluhan pengunjung dari berbagai tingkatan usia, setiap libur akhir pekan ke sana untuk memetik. Meski terkadang harus terbungkuk-bungkuk untuk memetik stroberi, namun para pengunjung terlihat asyik memetik buah yang telah berwarna merah itu.

Biasanya setiap pengunjung hanya bisa memetik 10 buah merah tersebut. Pemandangan tersebut menjadi satu rutinitas yang terjadi di kawasan lahan stroberi "petik sendiri" yang ditawarkan di sebagian besar kebun milik penduduk di Lembang. Kebun-kebun stroberi ini sudah menjadi objek wisata khusus di Bandung.

Kebun stroberi yang kami kunjungi cukup luas, terlihat dari jumlah karyawan sampai puluhan orang.
Sebagian besar warga mulai menanam stroberi sekitar tahun 1997 dan mulai berkembang pada tahun 2000. Tanah yang subur dan udara sejuk membuat buah itu tumbuh subur.

Banyak warga yang menyuplai stroberi ke luar kota seperti Jakarta, bahkan Batam. Ada juga yang dijual ke supermarket serta kafe-kafe yang ada di Bandung. Bertanam stroberi ini bisa menjadi salah satu alternatif untuk penghasilan warga. Stroberi yang saya petik pun harus saya bawa ke Tanjungpinang sebagai oleh-oleh, he he.


Trik menjual stroberi dengan cara pembeli memetik langsung ini cukup disenangi pengunjung. Menurut Yusuf, salah seorang pengunjung, warga asal Batam, membeli stroberi dengan memetik punya kesan tersendiri. Di kebun stroberi, bisa dibuat jus atau panganan lain seperti dodol, sirup, selai, bahkan bisa dibuat sambal dalam kemasan sebagai pengganti tomat.


Rumah Mode


Jika sudah puas dengan wisata alam. Bandung masih belum lengkap jika tidak mengunjungi Rumah Mode.

Rumah Mode yang berdiri pada tahun 1999, saat ini telah mengalami kemajuan yang pesat. Dengan konsep One Stop Shopping, maka segala kebutuhan wisata belanja tersedia dalam satu area. Dengan konsep interior "Modern Bali Ethnic" menjadikan tempat ini memiliki ciri khas tersendiri.

Kenyamanan berbelanja merupakan hal yang diutamakan di Rumah Mode, terbukti dengan disediakannya berbagai macam fasilitas dan layanan pendukung lainnya yang membuat suasana berbelanja menjadi sangat menyenangkan.

Di Rumah MOde, produk-produk yang ditawarkan sangat beragam, dari produk lokal sampai produk sisa ekspor dengan kualitas terbaik, harga bersaing, dan fashionable. Baju pria, baju wanita, dan baju anak-anak tersedia dalam berbagai model, dengan harga mulai Rp 30 ribu -Rp 1 juta.

Khusus untuk wanita, tersedia counter baju VIP, baju limited edition, dengan harga yang cukup kompetitif, sangat cocok untuk wanita kelas menengah ke atas.

Tapi kalau kantong menipis, sebaiknya jangan ke Rumah MOde. Pakain murah bisa dicari di Hihamplas.

Bandung merupakan cikal bakal munculnya factory outlet di Indonesia. Fo pertama kali muncul sekitar tahun 1999. Antusiasme masyarakat terhadap keberadaan FO ini bagai gula dikerubungi semut. Alhasil, melihat pasar yang begitu ramai, usaha FO pun begitu menjamur di Kota Bandung.

Kehadiran FO ini ternyata menarik perhatian wisatawan luar kota khususnya Jakarta. Setiap akhir pekan, mobil-mobil berplat B selalu terlihat terparkir memenuhi Kota Bandung.

Dengan datangnya wisatawan ke Bandung tak hanya menggairahkan usaha tetapi menimbulkan efek samping. Keberadaan FO yang rata-rata berada di jalan protokol ini sempat dituding sebagai biang keladi kemacetan di Kota Bandung khususnya saat akhir pekan.

Di sekitar Jl Riau yang merupakan salah satu titik di Kota Bandung di mana sejumlah FO berada. Sederet FO ternama berada di Jalan ini menawarkan produk-produk fashion andalan.

Di sana ada FO Heritage dengan bangunan bersejarahnya, Galeri Lelaki, Renariti, Stamp, Terminal Tas dan lain-lain. Tak hanya FO, untuk anak muda penggemar distro, 18th (baca: eighten) Park bisa dikunjungi. Puluhan distro berkumpul dalam satu kawasan sehingga memberikan banyak pilihan. Belum lagi tempat-tempat wisata kuliner di Jalan ini makin menambah sesak Martadinata saat liburan tiba. Memang Bandung kota mode yang tak pernah mati. "Nenek-nenek saja, masuk FO dengan gaya yang modis," ujar Andi, warga Batam heran.

Menariknya, penjaga toko di Bandung bisa dikatakan cantik. Apalagi dengan bahasa Sunda menambah gairah Bandung sebagai kota mode. (robby patria)

1 komentar:

Ruziana mengatakan...

wow bandung..kota yang penuh kenangan hmm...
ingat waktu masih lajang sering travel membelah dinginnya kota kembang hehehe..
kapan lagi bisa kesana ya..