Minggu, 24 Agustus 2008

Ketika Mastur Taher Merasa Sama dengan Fahri dalam AAC

Wakil Bupati Kabupaten Bintan Mastur Taher mengakui tak pernah dilibatkan dalam kebijakan strategis di Kabupaten Bintan. Dia juga sudah pecah kongsi dengan Bupati Ansar Ahmad sejak enam bulan mereka dilantik DPRD Bintan pertengahan 2005. Apakah benar Mastur ingin merebut kekuasaan dari tangan Ansar?

Suasana Sabtu (19/4) malam di lagit Kota Tanjungpinang dihiasi dengan hiasan kilauan bintang. Hotel Melia Tanjungpinang terlihat ramai karena ada pertemuan pengurus DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Tanjungpinang.

Jarum pendek jam di dinding Hotel Melia menujukkan pukul 22.00 WIB. Ketika saya memasuk lobi hotel, sosok lelaku berkulit hitam dengan tinggi 162 centimeter menggunakan pakaian koko warna kream, celana kain coklat dan menggunakan sendal datang menjumpai saya.

Wajahnya terlihat tegang. Rambutnya acak-acakan. Dari penampilannya, terlihat bukanlah seorang pajabat. Tapi kesedehanaan itu memang terus menghiasi dikala menjadi anggota DPRD Kepri dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sampai menjadi Wakil Bupati Bintan.

Ya, dialah Mastur Taher yang saat ini sedang menjadi buah perbicangan baik itu kalangan politisi, birokrat, sampai kalangan buruh di Kepri bahkan Nasional.

Yang menjadi pertanyaan, sampai sejauhmana Mastur tidak terlibat dalam berbagai aksi dan pembebasan hutan lindung di Kawasan Bintan Buyu.

Dengan ramah, Mastur mempersilakan Batam Pos untuk duduk di meja bundar di lobi hotel Melia. Ada enam kursi di meja itu.

" Mau minum ape? Tanya Mastur. "Minta air putih aja pak," kata saya kepada Mastur. Kemudian dia memanggil pelayan hotel untuk memesan minuman air mineral merek Aqua. " Mau tahu goreng gak? Tanya Mastur lagi? "Saya hanya menolak dengan mengatakan, " Sudah makan tadi Pak."


Mastur sengaja meninggalkan pertemuan dengan kader PKS yang serius tengah mempelajari taktik stratregis memenangkan pemilu. Kader yang ikut dalam pelatihan tersebut memang kader terbaik PKS dan sudah lama berkecimpung di PKS. Mastur ingin menjelaskan masalah yang dia hadapi sebenarnya dan meluruskan opini yang berkembang saat ini.


Mastur mulai bercerita dari, hari Jumat (18/4), Pemuda Pancasila (PP) Kabupaten Bintan menggelar demo agar Sekretaris Daerah Bintan Azirwan yang saat ini menjadi tersangka kasus dugaan suap anggota Komisi IV-DPR-RI Al Amin Nasution membeberkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pihak yang terlibat.

Ya, intinya dalam aksi tersebut PP meminta Azirwan membeberkan dugaan keterlibatan Bupati Bintan Ansar Ahmad sebagai atasan Azirwan. Yang menambah berat, dan menjadi buah pikir Mastur adalah ajudannya sebagai Ketua PP Bintan aktif menggerakkan aksi tersebut.

Seolah-olah, aksi pernyataan sikap tersebut diseting oleh Mastur Taher. Belum lagi ulah anggota Komisi IV DPR dari Fraksi PKS Jalaludin mengakui adanya titipan dari Pemkab Bintan sebesar Rp30 saat melakukan kunjungan kerja ke Bintan Januari 2008 yang lalu.

Bertambah sudah beban Mastur Taher. Seolah-olah, PKS melakukan gerakan politik tertentu untuk menjatuhkan Ansar dan mendudukkan Mastur Bupati Bintan, jika Ansar terlibat dalam kasus pembebasan Hutan Lindung seluas 6 ribu hektar itu.

Mastur mengatakan dirinya semakin tertekan dengan kondisi yang terjadi saat ini. Tak pernah terpikirikan sebelunya jika jabatan wakil bupati mebuat dia tertekan seperti sekarang ini.

Banyak pihak menggaitkan ulah Fraksi PKS di DPR mengembalikan uang ke KPK adalah bagian dari rencana PKS untuk mendudukan Mastur sebagai Bupati Bintan. Ditambah lagi dengan sikap ajudan Mastur Alek yang melakukan aksi demo di bawah bendera Pemuda Pancasila (PP) yang meminta Azirwan membeberkan semua pihak yang terlibat.

Menurut Mastur, opini masyarakat sudah menjurus kearah sana. " Padahal, tak pernah ada niat saya untuk menjadi Bupati. Jika saya ditinggal dan menjadi ban bocor saat ini, mungkin ini sudah menjadi nasib saya. Kendati demikian, saya tak akan menggunakan cara licik untuk menjatuhkan Ansar," ungkap Mastur dengan serius.

Menurutnya, selama menjadi wakil Bupati Bintan selama dua tahun, hanya enam bulan, dia diberikan peran sebagai wakil Bupati. Setelah enam bulan pertama sejak di lantik dua tahun lalu, peran Mastur yang tertera dalam kontrak politik dengan Ansar seakan pupus.


Dia menyatakan, setelah enam bulan menjalani roda pemerintahaan, Mastur banyak mengahabiskan kagiatan pribadi. Maklum acara pemerintahan semuanya dihandle oleh Ansara sebagai bupati.

" Saya jarang mewakili pemerintah untuk acara tertentu baik itu penyerahan uang bantuan atapun peresmian kegiatan pemerintah. Jika pun tak ada bupati, pasti yang mewakili kepala daerah Sekda ataupun Asisten. Sehingga banyak kegiatan pemerintah yang tak pernah koordinasi dengan saya," ujar Mastur.

Padahal dalam kontrak politik bersama Ansar, Wakil Bupati berfungsi menjalankan tugas ke dalam. Sedangkan Bupati lebih berperan dalam mengurus masalah ke luar seperti urusan inverstasi. Sedangkan masalah perizinan dan hal lain di lakukan oleh wakil bupati. Kontrak politik tinggal kontrak. Mastur sudah sering kali menanyakan masalah tersebut ke Ansar maupun ke DPRD melalui Fraksi PKS. Tetapi, semuanya sia-sia.


Dari pengakuan Mastur, dia tak ada yang dekat dengan kepala Dinas sampai camat sekalipun. Menurut Mastur, setingkat camat pun mulai meremehkan perannya sebagai wakil bupati. Mastur mencontohkan, Maret, Mastur melakukan kunjungan kerja ke Tambelan. Saat itu, dia hendak membawa kepala dinas yang berkaitan dengan kepentingan pembangunan di Tambelan. Tetapi, sayangnya setelah melakukan konsultasi dengan Sekda Bintan Azirwan, Mastur tak dibenarkan membawa kepala dinas. Ditakutkan akan terjadi sesuatu.

" Saya pun pergi sendiri ke Tambelan dengan menggunakan kapal perintis dan pulang dengan kapal ikan," imbunya.

Peran Mastur di Bintan memang hanya sebagai 'ban bekas yang sudah bocor'. Tak dapat digunakan sama sekali. Ketika ditanya apakah tidak melakukan kegiatn lain atas dasar kreatifitas sendiri, Mastur tertawa.

" Saya sudah berusaha. Paling saya hanya bisa main bola bersama warga dan meresmikan kegiatan yang dilakukan PKS. Jika kegiatan pemerintah saya tak dapat jatah,'' imbuhnya.




Ketelibatan Mastur di Hutan Lindung


Proses pengalihan hutan lindung di Bintan menuurut Mastur sama sekali tak melibatkannya. " Apalagi itu program besar. Kegiatan penyerahan bantuan untuk RT dan RW saja dia tak dikasi tahu," imbuh Mastur.


Mastur mulai mempelajari berkas hutan lindung sejak kasus tersebut terkuak di media massa.

" Saya langsung memanggil semua pejabat yang berwenang dan meminta mereka menjelaskan masalah tersebut sampai rinci. Karena banyak wartawan yang menelpon ke saya menyakan masalah tersebut. Sehingga saya harus membuka file hutan lindung itu. Sejak saat itu baru saya mengetahui prosesnya. Tetapi saya memang tak pernah dilibatkankan dalam masalah itu," jelasnya.

Apakah Mastur menyesal tak dilibatkan? Dengan tegas dia mengatakan, tak ada rasa penyesalan. Memang beredar rumor di kalangan masyarakat, masa wakil bupati tak mengetahui prosesnya tersebut, " Saya katakan memang dengan jujur saya tak mengetahui," papar Mastur.

Penangkapan Azirwan dan Al Amin Nasution di Hotel Ritz Carlton Jakarta, Rabu (9/4) membuat Mastur kaget.

" Saya mendapat info dari wartawan yang menanyakan kabar tersebut. Saat itu Saya sedang berada di Jakarta untuk memberikan kuliah subuh di TVRI," imbuhnya.

Memang Azirwan sebelum berangkat ke Jakarta, memberitahu ke Mastur. "Tapi saya tak tahu jika tujuan Sekda ke Jakarta untuk bertemu dengan Al Amin.

Mastur juga menjelaskan, sikap FPKS di DPR membeberkan pengembalian uang sebesar Rp 30 juta ke (KPK) yang sempat diterima anggota Komisi IV DPR dari Fraksi PKS, Jalaluddin Satibi, saat meninjau Bintan Buyu, Januari lalu sangat disesalkan dan menambah runyam masalah.

" Saya sudah kasi tahu ke FPKS DPR mengenai masalah ini. Penyerahan uang tersebut memang baik. Tetapi janganlah di momen tidak tepat," katanya kesal.

Mastur merasa kecewa karena ada pihak yang mengkait-kaitkan penyerahan amplop tersebut ke KPK dengan upaya Mastur mengambil alih kekuasaan di Bintan dari Bupati Bintan Ansar Ahmad. " Mengait-kaitkan itulah yang menjadi pikiran saya. Saya sangat prihatin," katanya lagi.

Dikatakan Mastur, dia tidak mengenal sama sekali anggota FPKS bernama Jalaluddin Satibi yang datang ke Bintan pada Januari lalu dalam kapasitasnya sebagai anggota Komisi IV yang membidangi masalah alih fungsi hutan lindung di kawasan Bintan Buyu.

Selain menyesalkan sikap FPKS di DPR, Mastur juga mengaku menyesalkan kenyataan anggota FPKS di DPR sama sekali tidak mengerti persoalan yang terjadi di Bintan. " Saya marah dengan sikap FPKS. Mereka tak mengerti persoalan yang terjadi di daerah. Saya cek kawan-kawan ke sana, mereka tidak tahu persoalan daerah sini, kejadiannya bagaimana. Itulah yang saya sesalkan dengan DPP PKS.





Tak Ingin Menikam dari Belakang


Menyangkut hubungannya dengan Ansar Ahmad, Mastur mengatakan masih terjalin baik. " Kita secara pribadi masih baik. Saya sering berkomunikasi dengannya terkait masalah ini melalui telpon. Saya sudah jelaskan tak ada niat untuk merebut kekuasaan. Mudah-mudahan bupati menanggapi positif," ungkapnya.

Andaikata Ansar terlibat masalah hutan lindung, apakah siap menjadi Bupati tanya Saya? Mastur menggeleng-gelengkan kepala. "Saya tak berpikir sampai sejauh itu. Jangan hubungkan masalah ini dengan jabatan bupati. Biarkan masalah hukum diselesaikan secara hukum. Mudah-mudahan cepat selesailah," ujar Mastur.

Mastur berniat menghabiskan kepemimpinan bersama Ansar sampai 2010. Dia pun tak berminat lagi untuk kembali maju mencalonkan diri menjadi bupati.

" Saya kemungkinan besar diminta untuk mengabdi ke Lingga. Karena saya dinilai kelompok tengah yang bisa meredam perpecahan saat ini. Untuk di Bintan biarlah pemimpin baru nantinya," terangnya.

Mastur sempat menceritakan bahwa dirinya sempat menonton film Ayat-Ayat Cinta (AAC) di Jakarta, saat terjadi penangkapan Azirwan.

"Saya menonton bersama isteri," imbuhnya.

Setelah direnungkan, jelas Mastur, dirinya merasa tak jauh berbeda dengan Fahri dalam tokoh AAC yang difitnah memperkosa Noura.

" Saya saat ini memang menghadapi isu ingin merebut kekuasaan. Ini yang menjadi tantangan berat saya. Jadinya mirip dikit dengan jalan cerita AAC itu. Tinggal dirubah saja sedikit, kondisinya sudah pas," tukasnya.

Dengan kondisi sekarang ini, Mastur hanya bisa bercerita kepada sang isteri. " Alhmadulillah isteri Saya selalu mendukung. Karena selain isteri, Saya tak punya temapt untuk curhat lagi," tuturnya dengan lembut.

Jarum pendek jam ditangan Saya pun menunjukkan pukul 11.00 WIB. Mastur dengan wajah lesu ingin terus bercerita yang intinya tak berniat untuk merebut kekuasaan.

" Saya tak terpikirkan untuk menjadi bupati. Jika pun menjadi Bupati, saya ingin dengan jalan yang benar. Bukan menikam dari belakang," tegas Mastur.(robby patria)










Tidak ada komentar: