Jumat, 02 Maret 2012

No free lunch.

Pemilukada Tanjungpinang yang dilaksanakan 2012 ini merupakan ajang pemilihan kepala daerah yang pertama tanpa diikuti oleh penguasa. Lebih dari 14 tahun Wali Kota Suryatati berkuasa.

Hanya saja, Suryatati belum mau melepaskan kekuasaan itu begitu saja. Ia pun mencalonkan anaknya Maya Suryanti menjadi pengganti. Maya diusung oleh dua partai yang berbasis Islam. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang jauh-jauh hari sudah melakukan deklarasi mendukung Maya.

Pilihan PKS ke Maya bukan tanpa alasan. Mungkin, Maya anak wali kota Tanjungpinang yang dianggap memiliki keuangan untuk modal 'perang' di pemilukada Tanjungpinang. Dengan duit, semuanya bisa diciptakan. Termasuk pencitraan.

Berdasarkan keterangan dari Ketua DPW PKS Abdurrahman, walaupun Maya belum berpengalaman di jagad perpolitikan, dia memiliki mentor politik yang sudah berpengalaman. "Maya memiliki mentor politik yang handal." Begitulah, kata Abdurahman ketika menjawab pertanyaan saya mengapa PKS tetap ke Maya.

Abdurahman tidak mau menjagokan kader PKS seperti mantan Bupati Bintan Mastur Taher, bahkan ketua DPD PKS Alfin M Nur untuk calon wali kota karena pelbagai masalah. Maklum, PKS tak mau kalah kesekian kalinya di perebutan kekuasaan di daerah. Sebagai contoh, di Lingga, jago PKS dari yang berasal dari kader internal Hanafi Ekra keok. Di Batam, mantan wakil wali kota Batam Ria Saptarika yang dianggap memiliki kans yang kuat menang malah menelan pil pahit. Ria tak bisa mengimbangi Ahmad Dahlan yang didukung Demokrat.

Begitu juga dengan pemilihan Gubernur Kepri 2010. PKS yang mendukung Nyat Kadir menderita kekalahan. Praktis, politisi PKS yang duduk di pemerintahan mulai berkurang.

Harapan PKS kini berada pada Maya. Mungkin saja Maya bisa diandalkan untuk menang karena didukung oleh Suryatati.

Lantas, apakah pemilih Tanjungpinang sudi dipimpin oleh dinasti Suryatati? Pertanyaan ini bisa terjawab tentu setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil akhir pemilu. Yang jelas, pemimpin Tanjungpinang lima tahun ke depan sudah ditakdirkan oleh Allah azza wa jalla. Mereka yang bersaing mendapatkan simpati rakyat hanya menjalankan rutinitas dan tentunya berusaha maksimal.

Mengingat pepatah no free launch atau tak ada makan siang gratis. Jabatan, kekayaan dan bahkan mencari istri pun harus berusaha maksimal. Ungkapan “tidak ada makan siang gratis” atau dalam bahasa Inggrisnya There no ain’t such thing as a free lunch digunakan untuk menunjukkan bahwa tidak ada sesuatu yang cuma-cuma di dunia ini.

Syahdan, di 1872, New York Times media terbesar di Amerika menceritakan bahwa makan siang gratis muncul sebagai tren umum di Crescent City (New Orleans). Manajemen memberikan makan siang gratis sebagai bentuk promosi, meskipun minumnya harus bayar. Pemilik bar  hakul yakin, pengunjung akan minum lebih dari satu kali. Jadi tetap saja ada seseorang yang membayar untuk sesuatu. Fakta bahwa model ini bertahan cukup lama, menunjukkan bahwa pertaruhan para pemilik bar tersebut dapat diterima secara bisnis. Dan pepatah ini berlaku hingga 2012. PKS dan PPP mempertaruhkan kredibilitas partai itu ketika mengusung Maya. Ya, no free launch.Apalagi itu di politik. Semua memiliki keinginan untuk menang dengan cara apapun. Termasuk menggadaikan jati diri!


*terbit di harian koran peduli 2 Maret 2012











1 komentar:

Anonim mengatakan...

tulisan yang bagus..sangat menginspirasi tapi tidak akan memberi arti kepada dua partai itu..yg emang haus banget akan kekuasaan sehingga melupakan mulianya Islam