Jumat, 16 Maret 2012

Merasa Diawasi

 Syahdan, seorang ulama besar memberikan perhatian lebih kepada muridnya. Akibat perhatian berlebih itu, menyebabkan muncul kecemburuan dari murid lain.


Pada suatu saat, murid yang tak mendapatkan perhatian bertanya kepada sang guru. "Mengapa perhatian guru kepada kami tidak sebanding dengan murid itu?" kata salah satu murid kepada gurunya.

Mendengar pertanyaan tersebut, sang guru langsung mengetes seluruh muridnya. Ia meminta seluruh murid membawa burung dara dan sebilah pisau. Mereka diminta memotong burung tersebut di tempat yang sepi sehingga tak dilihat siapapun termasuk Allah Azza Wajjalla.


Kemudian, seluruh murid bertebaran mencari tempat yang aman. Ada yang masuk kamar, ke tempat sepi lainnya bersumbunyi momotong burung tersebut.

Setelah disembeleh, seluruh murid kembali berkumpul di depan guru. Hanya satu murid saja yang tidak memotong burung. Yakni murid yang dikasihi guru.

Kemudian ia ditanya mengapa tak memotong burung? Ia pun menjawab, "Di manapun saya bersembunyi mencari tempat yang tidak bisa dilihat Allah, saya tidak menemukannya. Oleh karena itu burung ini tidak saya potong karena Allah selalu melihat apa yang saya dilakukan."

Mendengar jawaban murid kesayangannya, sang guru tersenyum. Jawaban tersebut menjadi alasan mengapa sang guru memberikan perhatian lebih dibandingkan dengan murid lain yang membawa burung yang sudah berlumur darah.

Andai mahluk Allah merasa diawasi oleh yang Maha Besar, ketika mereka menjalankan amanah, maka sebagai insan yang bertakwa, pastilah takut dengan pengawasan Allah. Karena tidak ada yang bisa lepas dari pengawasan. Segala tindak tanduk akan berhati-hati karena ada yang mengawasi. Seorang copet pun yang akan beraksi di bus membatalkan aksinya ketika ada yang tahu niat jahat si copet. Apalagi yang mengawasi segala perbuatan mahluk adalah Sang Maha Pencipta Allah SWT.

Yang menjadi masalah, walaupun mereka tahu segala tindak tanduk mereka di dunia akan diperhitungkan walaupun sebesar biji zarah, tetap saja mereka melakukan tindakan tidak terpuji. Banyak yang lupa bahwa perbuatan mencuri uang rakyat merupakan perbuatan yang diharamkan.

Rasullullah sudah mewanti,Laknat Allah bagi penyuap dan yang menerima suap dalam hukum. (HR Ahmad, Abu Dawud dan at-Tirmidzi).

Dalam Quran Allah berfirman,"Sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui (QS Al-Baqarah 188).

Dari ayat dan hadits ini sudah jelas bahaya memberi suap termasuk mencari makan dengan tidak halal. Masih kah kita melakukannya? Semoga saja kita selalu menjadi mahluk yang merasa diawasi sehingga kita terjadi dari perbuatan keji dan mungkar. (KP 16/3/2012)

Tidak ada komentar: