Minggu, 03 Januari 2010

Ketika Penerimaan CPNS Jadi Idola Masyarakat

Ingin Merubah Nasib, Menapaki Masa Tua dengan Tenang

Terik panas matahari tak menyurutkan langkah Yenny, 25, memandang papan pengumuman formasi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di lingkungan Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), di halaman kantor Pos Tanjungpinang, Km3. Butiran keringatnya terlihat menetes ke lantai. Sesekali dia mengusap wajahnya dengan menggunakan tisu warna putih. Jika lulus seleksi administrasi tahun ini, sudah dua kali dia mengikuti tes menjadi CPNS setelah diwisuda program sarjana Sebtember 2007.

"Saya ingin merubah nasib, mudah mudahan lulus jadi PNS," kata-kata itu meluncur manis dari bibir Yenny yang sedikit basah dengan olesan lipstik tipis ketika berjumpa dengan Tanjungpinang Pos di kantor Pos Tanjungpinang, kemarin.



Ya, mungkin itulah motivasi ribuan masyarakat di Kepri yang akan mengikuti tes CPNS kabupaten/kota dan provinsi tahun ini. Mereka berdatangan dari pelosok desa. Mulai daerah terpencil seperti dari Kecamatan Tambelan yang jaraknya 210 mil dari Pulau Bintan sampai dari Tanah Jawa pun akan mengikuti tes yang akan digelar akhir November. Padahal kursi yang diperebutkan jumlahnya atusan, sedangkan jumlah peserta tes mencapai ribuan orang. Tak salah jika ada yang berani memberikan uang sampai ratusan juta jika ada jaminan diterima jadi CPNS.

"Kita harapkan prosesnya transparan," kata lulusan jurusan manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) YKPN Yogyakarta itu, sambil mencatat syarat yang dibutuhkan hingga contoh amplop lamaran.

Sampai dengan Sabtu (7/11), jumlah pelamar untuk di Pemprov Kepri mencapai 576 pelamar. Diperkirakan, untuk Pemprov Kepri akan diikuti ribuan pelamar. Daerah se Kepri, membutuhkan 3.000 CPNS. Tenaga guru, kesehatan, dan tenaga teknis merupakan jurusan formasi yang paling banyak dibutuhkan di tingkat kota. Sedangkan di level provinsi, jumlah tenaga teknis yang paling banyak dibutuhkan. Maklum provinsi ini masih membutuhkan banyak pegawai untuk mengurus masalah teknis.

"Kita membutuhkan banyak tenaga teknis karena pegawai yang ada saat ini masih kurang," ujar Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kepri, Muhammad Nur.

Kemarin, Yenny baru mengantarkan berkas lamarannya. Sebenarnya, Rabu (11/11), berkasnya lamarannya sudah siap untuk dimasukkan ke kantor Pos. Ketika tiba di kantor Pos, dia melihat papan pengumuman di sana. Timbul tanda tanya, ketika melihat pengumuman di kantor Pos. Jabatan yang dia lamar tidak cocok dengan pengumuman. Pengumuman di koran tidak sama dengan formasi yang sedang di baca di kantor Pos. Misalnya, di koran diumumkan, jurusan manajemen diterima 22 orang untuk bidang arsiparis. Padahal di papan pengumuman di kantor Pos , tidak ada jurusan manajemen untuk arsiparis. Yang ada, jurusan manajemen diterima hanya untuk jurusan perecanaan dan evaluasi, serta analisis tata praja.

"Pengumuman di koran itu sepertinya salah. Karena kode arsiparis digabungkan dengan analisis tata praja. Mungkin banyak pelamar yang salah kalau tak membaca pengumuman di kantor Pos. Saya terpaksa menulis ulang lamaran. Kamis baru diantar lagi ke kantor Pos," ujar wanita kulit putih yang masih lajang itu.

Bukan hanya Yenni yang tak beranjak memandang papan pengumuman. Yoyok juga serius melihat papan pengumuman takut berkasnya salah. Kalau tak sesuai dengan kode jurusan dan formasi, bisa-bisa harapan untuk menjadi CPNS tertutup. Lulus administrasi baru mereka bisa mengikuti tes tertulis.

Yenny menambahkan, harapannya berkasnya bisa lolos administrasi. Sehingga masalah sekecil apapun diteliti supaya tidak menyalahi aturan yang sudah ditetapkan. Dari bentuk legalisir dari kampus hingga letak alamat lamaran pun diperhatikan sesuai dengan contoh yang sudah dikeluarkan Pemprov Kepri. Contoh surat lamaran itu dipajang di papan pengumuman kantor Pos.

Mungkin Yenni tak ingin seperti Pramono, salah satu karyawan perbankan di Batam gagal mengikuti tes tahun lalu akibat
berkas legalisir dari kampusnya dianggap tidak sah oleh panitia.

"Saya terpaksa ke Bandung untuk legalisir kembali agar tahun ini bisa lolos administrasi."

Alasan Pramono ikut tes karena ingin aman tak khawatir akan PHK atau kontrak tak diperpanjang. "Apalagi di bank sekarang banyak menggunakan sistem outsourcing. Status kita jadi tak jelas. Padahal umur terus bertambah," ujar Pramono mengikuti tes CPNS.

Yenni sendirinya sudah siaga belajar soal dari buku yang banyak dijual di toko buku. Dari pengalaman, bahan soal biasanya ada yang membahas tentang Kepri dan masalah umum tentang pemerintahan. "
Saya akan fokus belajar psikotes," imbuhnya.

Senada dengan Yenni. Yani, Ibu satu anak itu mengikuti tes untuk membantu keuangan keluarga. Karena pendapatan suaminya yang berkerja di perusahaan tidak mencukupi untuk kebutuhan
keluarga yang kian besar.


Sedangkan menurut Yahya Zailani, warga Km9 Tanjungpinang, tiga orang anaknya akan mengikuti tes tahun ini. Anaknya sudah memasukkan lamaran. Ada yang memasuki dua lamaran di Pemkab Bintan dan di provinsi. Jika lolos keduanya, tentu akan dilihat peluang yang paling besar untuk lolos.

Alasan Yahya menyuruh anaknya mengikuti tes agar anaknya hidup sejahtera bisa memenuhi kebutuhan hidup. Ketiga anak Yahya Zailani memiliki kualifikasi pendidikan yang berbeda. Dua orang sarjana ekonomi lulusan universitas terkemuka di Yogyakarta. Sedangkan satu lagi lulusan Akademi Perawat di Tanjungpinang.

Yahya mengatakan, satu anaknya bekerja di perusahaan, sedangkan dua lagi menjadi pegawai honorer. Menurutnya, jika anaknya sudah menjadi PNS, mereka siap mengarungi hari tua. Tapi yang lebih penting, kata dia, sebagai anak daerah, harusnya mereka bisa menjadi abdi masyarakat dan bisa memberikan sumbangsih pemikiran untuk mengisi pembangunan di daerahnya sendiri.

"Kita prihatin jika anak daerah malah jadi penonton di negeri sendiri. Seperti tahun sebelumnya lulusan CPNS itu diisi oleh dari daerah lain. Padahal tujuan dari pembentukan provinsi ini untuk kesejahteraan masyarakat Kepri," katanya.

Dia menambahkan, dengan menjadi PNS, hari tua anaknya lebih terjamin karena ada pensiun. Sedangkan swasta tidak ada uang pensiun. "Apalagi gaji yang diterima PNS cukup besar, tidak seperti kami dulu. Gaji masih kecil," kata Yahya, yang langsung mengantarkan dua berkas lamaran anaknya ke kantor Pos Tanjungpinang.

Hanya saja, dia khawatir, penerimaan PNS kali ini tidak transparan.
"Jika anak-anak pejabat sudah punya jatah, maka peluang yang tak punya bekingan pun tipis untuk lolos. Semoga penerimaan CPNS tahun ini bersih dan jujur," imbuhnya.

Sejalan dengan Yahya, Huzrin Hood, tokoh utama pembentukan Provinsi Kepri meminta agar pemerintah memperhatikan anak daerah dalam penerimaan CPNS. "Saya mengusulkan, jika nilai mereka sama, maka anak daerahlah yang diutamakan. Jangan orang luar yang diterima sedangkan anak daerah yang memiliki kemampaun malah diabaikan.***

Tidak ada komentar: