Minggu, 03 Januari 2010

Demi Marwah

Ketua Umum Badan Perjuangan Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau (BP3KR) Huzrin Hood menyatakan akan mengikuti pimilihan gubernur Kepulauan Riau yang akan dilaksanakan Juni 2010. Majunya tokoh penting terbentuknya Provinsi Kepri tak lain dan tak bukan untuk menegakkan marwah anak jati Melayu di negeri sendiri yang selama ini terlihat belum terwakilkan maksimal.

Keseriusan Huzrin untuk mencalonkan diri menjadi calon gubernur akan dideklarasikan dalam waktu dekat. Tokoh pejuang BP3KR seperti Muhammad Buang dan dedengkot BP3KR lainnya memberikan dukungan kepada Pemangku Kerajaan Bentan itu. Bukan tanpa alasan mereka memberikan dukungan kepada Huzrin. Dialah bersama tokoh masyarakat berjuang sekuta tenaga menjadikan daerah ini dulunya kabupaten menjadi sebuah provinsi termuda di Indonesia.

Jika Huzrin serius maju mengikuti pilkada gubernur, maka dia berhadapan dengan Gubernur Kepri saat ini Ismeth Abdullah. Itupun jika Ismeth kembali maju untuk periode kedua. Jika Ismeth tak maju, maka Huzrin dipastikan calon terkuat dibandingkan dengan calon lainnya yang belum berani muncul ke permukaan. Sesungguhnya majunya Huzrin dan Ismeth di pilkada Kepri merupakan pertarungan yang seimbang antara perjuang dan penguasa saat ini.

Popularitas Ismeth sebagai kepala daerah diuji dengan ketokohan Huzrin sebagai pejuang yang sudah mendekap di penjara demi memperjuangkan hadirnya provinsi baru di Nusantara. Lantas siapa yang akan mendampingi Huzrin? Partai mana yang akan digunakannya sebagai perahu politik? Huzrin belum menyebutkan secara gamblang siapa yang akan jadi wakilnya untuk merebut kekuasaan. Dan partai mana yang akan dia gunakan pun belum diberitahu. Yang jelas, jikalau mantan bupati Kepri ini tak mendapatkan perahu, maka ia menggunakan jalur independen yang masih bisa mengantarkannya bersaing dengan calon lainnya. Peluang untuk mendapatkan kursi parpol masih terbuka. Bisa saja ia menggunakan jalur Partai Demokrat melalui adiknya kandungnya Husnizar Hood yang juga ketua DPC Demokrat Tanjungpinang.

Huzrin memang tak bingung mencari parpol. Sedangkan Ismeth yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Golkar pasti menggunakan partai itu jadi tiket ke Kepri satu. Jauh-jauh hari, salah satu pengurus DPD Golkar Kepri menyatakan Partai Beringin kembali mencalonkan Ismeth sebagai cagub untuk kedua kalinya. Lalu siapa yang akan digunakan Ismeth jadi wakilnya. Apakah masih HM Sani. Sangat logis Ismeth akan mencari wakil yang bisa memecah suara Huzrin di pedesaan. Mungkin Ismeth berpikir dua kali kembali menggunakan Sani. Pasalnya, pilkada lima tahun lalu, Sani yang diharapkan meraup suara di Karimun ternyata gagal. Pasangan Ismeth-Sani waktu itu kalah.

Ismeth yang sudah ngetop di perkotaan tidak terlalu banyak bekerja keras. Nama- nama yang berasal dari melayu yang diharapkan memiliki nilai jual di golongan masyarakat hinterland menjadi pertimbangan Ismeth untuk memecah kantong suara Huzrin.

Bagitu juga Huzrin. Dia kemungkinan besar akan menggunaakan wakil dari Batam. Apalagi Batam sebagai kota penentu pemenang pilkada di Kepri. Dengan jumlah penduduk 915 ribu, dari 1, 8 juta penduduk Kepri, sudah tentu Batam yang paling strategis untuk dikuasai setelah Pulau Bintan. Untuk itu, Huzrin akan memilih wakilnya dari Batam dengan harapan bisa meraup suara menandingi Ismeth yang tak asing lagi di Batam.

Peta dua kubu sebenarnya sudah mulai terlihat dari pemilu legislatif. Di mana, suara aggota DPD Aida Ismeth, istri Ismeth Abdullah meraup sekitar 125 ribu pemilih. Jumlah ini menurun dibandingkan dengan suara Aida pada pemilu 2004 berjumlah 250 ribu. Sedangkan suara Hardi Hood yang juga adik kandung Huzrin mendapat suara sekitar 36 ribu. Walaupun jauh tertinggal dari Aida, Hardi setidaknya memilik massa yang cukup mumpuni. Bisa saja, suara Hardi adalah perwakilan dari suara Huzrin. Sedangkan suara Aida, representasi suara Ismeth di pilkada nanti.

Lantas, apakah Ismeth bisa menang melawan Huzrin? Belum tentu. Bisa jadi, Huzrin diuntungkan dengan figur pejuang provinsi. Ada yang beranggapan, biarkan Huzrin diberikan waktu untuk memimpin Kepri yang juga hasil perjuangan dia bersama dengan kawan-kawan. Huzrin juga bisa menjual isu putra daerah harus jadi tuan di negeri sendiri. Langkah nekad Ismeth menggganti Kepala PU Ismanulah dengan pegawai Departemen PU
menunjukkan Ismeth tak pro anak daerah bisa menjadi senjata Huzrin untuk meraih pemilih. PIlkada Kepri nanti diperkirakan sekitar lima pasang cagub. Sedangkan pasangan yang bertempur keras antara Ismeth dan Huzrin. Sedangkan pasangan lain bisa jadi boneka untuk memecah suara di antara keduanya.

Figur seperti Nyat Kadir, Asman Abnur, Harry Azhar Azis, Gempur Adnan, Idris Zaini, Ria Saptarika, Soerya Respationo, HM Sani, Nurdin Basirun, Syamsul Bahrum, Ansar Ahmad, Andi Masmiyat, dan Ahmad Dahlan bisa diandalkan untuk menjadi wakil Ismeth dan Huzrin pada pilkada nanti. Tetapi semuanya berpulang kepada pemilih di Kepri. walaupun jumlah penduduk di Kepri
terdiri dari beragam etnis, bukan mustahil negeri Melayu dipimpin anak Melayu sendiri. Kita tidak perlu mengimpor kepala daerah dinas dan pejabat tinggi lainnya dari daerah lain. Kita bisa mencontohkan Gubernur Jakarta dari putra Betawi, walaupun sumber daya di luar Betawi lebih banyak. Bagitu juga di Sumatera Barat, Pulau Sulawesi, Aceh, Bali dan daerah lainnya. Sudah saatnya, anak daerah bangkit untuk mewujudkan pemerintahaan yang bersih dan membawa amanah perjuangan provinsi termuda ini. Ya, semua itu demi marwah.****

Tidak ada komentar: