Minggu, 03 Januari 2010

Ketika APBD Kepri Tersedot Pusat Pemerintahan di Dompak




Ismeth Bangun Masjid yang Bisa Menampung 4.000 Jamaah

Pusat Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau di Dompak, Tanjungpinang diperkirakan selesai Juni 2010, bertepatan habisnya masa jabatan Gubernur Ismeth Abdullah. Tetapi banyak pihak meragukan mega proyek yang menelan Rp1,9 triliun itu selesai tepat waktu. Di antara bangunan megah yang sedang dikerjakan, ada masjid yang menjadi maskot kebesaran Islam di Tanjungpinang nantinya.

Dari jauh, bangunan besar itu berdiri kokoh. di sanalah pusat pemerintahan Kepri nantinya berada. Untuk sampai ke Dompak bisa menggunakan pompong nelayan. Waktu yang dibutuhkan relatif singkat. Saat Tanjungpinang Pos ke sana, Kamis (31/12), bersama dengan anggota DPRD Kepri dari daerah pemilihan Tanjungpinang, Lis Darmansyah, Surya Makmur Nasution, dan Muhammad Sadar, waktu tempuh cuma 5 menit dengan menggunakan speed milik Dinas Perhubungan kota Tanjungpinang.

Baru 2010, masyarakat Tanjunginang bisa ke Dompak dengan menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat. Itupun jika jembatan selesai dikerjakan. Saat ini pemerintah sedang membangun jembatan utama yang menghubungkan Jalan Wiratno, depan Ramayana dengan Dompak. Panjang jembatan sekitar 900 meter. Diperkirakan Juni 2010, jembatan tersebut bisa selesai dan dibuka untuk umum.

Selain jembatan utama, Pemprov juga membangun jembatan kedua, yang menghubungkan Dompak Darat dengan Dompak Laut. Jembatan ini bisa dilalui dari Stisipol Tanjungpinang. Dari jembatan utama, dari kejauhan sudah terlihat kubah masjid besar Dompak. Pembangunan masjid yang menelan dana Rp105 miliar itu dikerjakan PT Waskita Karya. Perusahaan yang sudah berpengalaman di dunia kontruksi Indonesia.

Jalan menuju masjid juga dibuat lebar hingga 60 meter, dengan dua jalur. Jalan-jalan utama di sana semuanya dibuat lebar. Sayangnya belum diapal. Di pinggir jalan sejumlah pekerja sedang mengerjakan taman-taman kota yang nantinya menambah daya tarik Dompak sebagai kota baru yang disulap jadi pusat pemerintahan. Dulu daerah ini hanya tempat pengusaha menambang bauksit. Entah siapa yang mempunyai ide, sehingga DPRD Kepri menyetujui Dompak laut menjadi pusat pemerintahan Kepri. Sebelumnya Pemprov merencanakan Dompak darat untuk dikembangkan.

Masih banyak bekas bauksit di sana. Hutan bakau yang seharusnya hijau di sekitar Dompak kini sudah mengering. Hanya ranting bakau tersisa. Jangan bayangkan daerah ini hijau. Yang ada tanah menguning. Ya, bekas galian bauksit yang dominan. "Limbah bauksit yang menyebabkan bakau itu mati," kata Ketua Komisi III DPRD Kepri Lis Darmansyah, kemarin.

Masjid yang dibangun provinsi itu berada di atas lahan seluas 7 hektare. Luas bangunan mencapai 1.600 meter per segi. Masjid itu juga dilengkapi dengan menara setinggi 70 meter. Nantinya masjid ini tak hanya digunakan untuk salat semata. Warga yang berkunjung ke masjid bisa menikmati indahnya pemandangan Pulau Bintan. Karena letak bangunan berada di bukit tertinggi di Dompak. Sebelah kiri, kita akan melihat laut lepas dan pulau-pulau kecil yang mengelilingi Bintan. Sebelah kanan masjid, terlihat pemandangan kota Tanjungpinang yang mulai sesak dengan bangunan perumahan.

Maklum, usia Tanjungpinang sudah 200 tahun lebih. Tak heran lagi, kota ini seperti sesak akan bangunan. Rusaknya tata kota, menyebabkan kurang indah untuk dilihat. Pembangunan mendatang memang harus mencari

lahan baru seperti di Dompak.
Masjid yang belum bernama itu akan dilengkapi lift. Di menara, disediakan satu lift. Sedangkan di masjid juga disediakan lift. Hal itu dilakukan untuk memudahkan orang yang cacat menunaikan salat.

Menurut Afrizal, petinggi PT Waskita yang mengerjakan proyek tersebut, masjid nantinya bisa menjadi maskot Kepri. "Bisa menjadi tempat wisata nantinya," kata Afrizal menjelaskan.

Dibandingkan dengan Masjid Raya Batam, masjid di Dompak terlihat lebih besar. Di bawah masjid tersedia bangunan serbaguna yang bisa menampung ribuan orang. Ruangan itu persis di bawah masjid. Ruangan pertemuan itu bisa dikelola untuk pertemuan, pernikahan, dan pusat kajian Islam. Dari penjelasan Afrizal, masjid ini bisa menampung 4.000-an jamaah saat salat.

"Jika satu meter luas digunakan tiga orang, maka luas masjid 1.600 meter bisa menampung 4.000-an jamaah. Di lantai dua juga bisa disediakan untuk salat jika dilantai satu sudah sesak. Dalam masjid memang tidak seperti Masjid Raya Batam yang bebas dari tiang. Bagian tengah masjid Dompak terdiri diperkuat empat tiang utama.

"Desain utamanya masih ada kemiripan dengan masjid Batam," kata Surya Makmur, Sekretaris Komisi I DPRD Kepri menambahkan. "Enaknya di sini pemandangannya bagus."

Pihak kontraktor berjanji, masjid selesai dikerjakan Juni mendatang. Sekarang proses pengerjaannya sudah 60 persen. Bangunan utama masjid sudah berdiri tegak. Rumah Allah itu dikerjakan 120 orang. Mereka berusaha

memasang kubah masjid.


Kontraktor memang dikejar waktu. Masalah utama yang mereka hadapi, banyak pekerja masuk rumah sakit karena serangan wabah malaria. "Tapi kita selalu mencari pekerja baru untuk mengejar waktu yang sudah ditetapkan. Insya Allah Juni, masjid sudah bisa digunakan untuk salat," kata Afrizal. Sayangnya, letak masjid tersebut berjarak ratusan meter dari kantor gubernur dan perkantoran provinsi lainnya. Dari kantor DPRD Kepri lebih dari 1 kilometer.


DPRD pun Pesimisitis Siap Diakhir Jabatan Ismeth


Pembangunan pusat pemerintah di Dompak merupakan proyek prestisius yang dipaksakan. Dimulai tahun 2007 dan berakhir Juni 2010, proyek multiyeas ini menyedot Rp1,9 triliun uang rakyat. Ketika DPRD Kepri meninjau langsung proyek yang sedang dikerjakan itu, rasa pesimistis pun muncul proyek di sana siap tepat waktu.

Gedung Lembaga Adat Melayu (LAM) yang dikerjakan PT Superita saat ini baru membangun pondasi bangunan. Belum berdiri tiang bangunan. Kontraktor baru mengerjakan sekitar 21 persen dari total kontruksi yang ada. Padahal proyek tersebut harus siap dikerjakan Juni mendatang. "Jika tidak siap, maka
kontraktornya bisa diganti," kata Ketua Komisi III DPRD Provinsi Kepulauan Riau Lis Darmansyah, Kamis (31/12), kepada Tanjungpinang Pos, di lokasi bangunan yang menjadi kebanggan adat nantinya itu.

Pihak kontraktor beralasan, lambannya pengerjaan proyek LAM karena sudah lima kali pindah lokasi. Menurut salah satu pekerja, dengan kondisi tersebut menghambat pembangunan. Lagi pula pemerintah baru melaksanakan lelang proyek 2008. Proyek bisa dikerjakan 2009.

Lis mengatakan, jika proyek tersebut tidak siap, maka akan dicari jalan keluarnya. Bisa saja kontraktor yang mengerjakan proyek tersebut diganti dengan kontraktor baru. Ataupun tetap memberikan kesempatan kepada kontraktor, tetapi mereka didenda sesuai dengan perjanjian awal.

"Kita tetap yakin, proyek ini tidak akan siap sesuai jadwal. Kecuali mereka menggunakan jin," kata Lis politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini.


Lagi pula, dilihat dari jumlah pekerja yang mengerjakan bangunan itu tidak sebanding dengan jumlah pekerja yang mengerjakan proyek lainnya di Dompak. Hanya belasan orang yang terlihat bekerja di sana saat Tanjungpinang Pos meninjau lokasi pembangunan. Sedangkan bahan bangunan seperti pasir, batu granit, terlihat masih menumpuk di samping pondasi.

Dalam daftar proyek pembangunan pusat pemerintahan, pembangunan gedung LAM ini ditangani oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepri. Proyek itu tak masuk dalam pos anggaran Dinas Pekerjaan Umum yang biasanya melaksanakan pembangunan proyek fisik.
Bangunan LAM, merupakan salah satu proyek yang tidak akan selesai tepat waktu. Tak jelas alasan yang dikemukakan kontraktor penyebab lambannya proyek tersebut dikerjakan.

"Seharusnya pemerintah tegas dalam melakukan pengawasan semua proyek. Jangan sampai lengah mengawas. Akibatnya kan bisa fatal. Proyek tak siap. Padahal sudah kita dianggarkan," kata Lis. Gedung LAM termasuk bangunan yang paling dekat dengan kantor Gubernur Kepri.

Dari 10 proyek di Dompak, yang dianggarkan dengan tahun jamak, kantor gubernur termasuk proyek yang paling cepat pengerjaannya. Nilai proyek yang dikerjakan PT Jaya Kontruksi itu sebesar Rp258 miliar. Sekarang rialisasinya 60 persen. Kontraktor juga yakin, Juni bangunan sudah siap dikerjakan. Dari pantauan Tanjungpinang Pos, pekerja sedang melakukan pemasangan kramik warna kecoklatan di lantai dua bangunan yang sudah diatap itu.

Emil Mirza, bagian keselamatan bangunanan mengatakan, pada Mei pengerjaan bangunan sudah tuntas. Kantor Gubernur empat lantai dilengkapi dengan tiga lift. Dua lift untuk umum. Sedangkan satu lift khusus untuk gubernur. Lift tersebut hanya bisa digunakan dari lantai satu ke lantai empat. Hal ini memang diciptakan supaya gubernur terpilih di pilkada Kepri Juni mendatang lebih cepat bergerak.

Lantai empat khusus untuk ruangan gubernur dan wakil. Sedangkan lantai tiga bangunan tersebut untuk sekretariat daerah. Lantai berikutnya untuk asisten dan kepala biro. Sedangkan untuk kepala dinas dan badan sudah disiapkan bangunan tersendiri. Letaknya di samping kantor gubernur. "Semua kepala dinas dan badan berkantor di sana," kata Emil.

Di belakang kantor gubernur dibangun aula yang nantinya dijadikan kawasan pertemuan. Setidaknya ada empat bangunan utama yang mendampingi kantor gubernur.
Menurut Emil, bangunan itu bisa digunakan 2010. Tetapi menurut Surya Makmur, bangunan itu secara kasar memang siap Juni. Tetapi apakah mau pegawai Pemprov pindah dengan kondisi belum tersedianya listrik. Jembatan saja belum ada.

"Saya kira, 2011 baru Pemprov pindah ke Dompak," kata Surya. Kantor Gubernur Kepri, kata Emil, memiliki ciri khusus bernuansa Melayu."Inilah yang membedakan bangunan yang pernah mereka kerjakan di daerah lainnya di Indonesia.

Tidak ada komentar: