Minggu, 15 Desember 2019

Soerya dan Isdianto, Siapa yang Calon Gubernur?



Saling menunggu siapa menjadi nomor satu nampaknya terjadi di internal PDIP Kepri jelang pengambilan formulir calon gubernur dan wakil gubernur Kepulauan Riau 2020-2024.

Plt Gubernur Kepri Isdianto maju mundur antara mengambil mulai Jumat hingga Minggu tak jadi mengambil formulir. Akhirnya, Senin diperkirakan Isdianto dan Soerya Respationo akan mengambil formulir dari internal PDIP.

Karena bagi calon eksternal yang akan mendaftar melalui PDIP sepertinya nihil. Karena calon calon yang ada saat ini seperti Huzrin Hood dan Ismeth Abdullah tak berminat menggunakan partai banteng. Karena mereka juga tahu, PDIP pasti lebih memilih kader mereka antara Isdianto, dan Ketua DPD PDIP Kepri Soerya Respationo.


Partai tentu lebih terhormat mengusung kader sendiri daripada mengusung calon lain yang berada di luar partai. Apalagi dua orang kader PDIP itu mumpuni untuk menjadi calon kepala daerah guna mengikuti pilkada 2020.

Soerya setidaknya sejak pilkada pertama kali digelar Provinsi Kepri sudah mengikuti pilkada di tahun 2005. Saat itu Soerya Respationo berpasangan dengan mantan Walikota Batam Nyat Kadir. Pada tahun itu, “dewi fortuna” belum berpihak kepada Soerya Respationo. Nyat dan Soerya kalah dengan pasangan Ismeth Abdullah berpasangan dengan Muhammad Sani. Kedua pasangan ini mendapat 172.923 suara.



Kemudian di tahun 2010, Soerya Respationo kembali mengikuti pilkada bersama dengan Muhammad Sani yang juga dimotori oleh PDIP. Pada Pilkada kali ini, Soerya berhasil memenangkan pertandingan mengalahkan calon lainnya seperti Aida Ismeth.

Di pilkada ketiga tahun 2015, Soerya Respationo kembali dicalonkan PDIP maju bersama dengan Ketua DPD Golkar Kepulauan Riau Ansar Ahmad. PDIP dan Soerya harus menerima kenyataan. Pasangan yang dijagokan banyak partai ini kalah dengan Muhammad Sani yang didukung koalisi dimotori Demokrat.

Jika Soerya mengikuti lagi pilkada Kepri 2020, maka yang paling banyak mengikuti pilkada adalah Soerya Respationo dengan rekor empat kali. Itu pun mengikuti dengan didukung dengan partai yang sama yakni PDIP. Rekor dua kali kalah dan sekali menang dipegang Soerya. Lebih dari 20 tahun berkarir di bidang politik, Soerya dipercaya menjadi Ketua DPD PDIP Kepri. Ia mulai menjadi anggota DPRD Batam hingga menjadi anggota DPRD Provinsi Kepri.

Sedangkan Isdianto bagi kader PDIP lainnya adalah orang baru. Ia dekat dengan PDIP ketika ingin merebut posisi wakil gubernur Kepri. Kedekatannya dengan Soerya Respationo memuluskan langkah adik Muhammad Sani itu menjadi orang pertama di Kepulauan Riau. Jejak Isdianto sebagai ASN mentok di Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kepri. Ia memilih mengundurkan diri sebelum waktunya agar bisa dicalonkan menjadi wakil gubernur.

Pilihan itu ternyata tepat. Walau terkesan dipaksakan, langkah Isdianto malah melebihi harapan. Ia ditetapkan menjadi Plt Gubernur Kepri sehari setelah Gubernur Nurdin Basirun ditetapkan menjadi tersangka. Kini kedua politisi PDIP itu pada hari ini Senin akankah menjawab pertanyaan publik, siapa yang akan diusung oleh PDIP di pilkada Kepri. Apakah Soerya sebagai gubernur dan Isdianto sebagai wakilnya. Atau Isdianto sebagai gubernur dan Soerya sebagai wakilnya? Pertanyaan inipun akan dijawab lebih pasti ketika keduanya mendaftar di KPU.



PDIP hanya perlu satu partai tambahan untuk memuluskan paket PDIP. Saat ini partai pemenang di Kepulauan Riau ini menguasai 8 kursi di DPRD Kepri. Sedangkan dari partai lainnya seperti Golkar, PKS, dan Nasdem belum banyak bicara soal calon gubernur. Walikota Batam Muhammad Rudi disebut sebut dari internal NasDem akan mengikuti pilkada Kepri. Jika Rudi turun gunung, maka pertandingan di pilkada akan tambah ramai. Apalagi tokoh senior seperti Ismeth Abdullah dan Huzrin masih berjuang mendapatkan partai sebagai perahu untuk mengikuti kontestasi 2020.

PKS dan Golkar maupun Partai Demokrat tak memiliki calon yang dari internal guna mengikuti pilkada. Ketua DPD Golkar Kepulauan Riau Ansar Ahmad memilih fokus di Senayan menjadi wakil rakyat.Sementara Ketua DPW PKS Kepri Raden Hari Cahyono memilih menjadi pimpinan DPRD Kepri daripada mengikuti pilkada. Hal yang sama juga dipilih Ketua Partai Demokrat Kepri Apri Sujadi.

Ia lebih memilih melanjutkan periode kedua mengikuti pilkada Bintan dibandingkan mengikuti Pilgub. Lalu Ketua DPD Gerindra Kepri, Syahrul juga lebih memilih bermain aman jadi walikota Tanjungpinang. Partai partai ini nampaknya lebih bermain aman dibandingkan mengikuti kompetisi dengan mencalonkan kader sendiri.

Dan ternyata 2 juta penduduk Kepri, kita masih gelap soal kaderisasi di partai politik. Sehingga untuk mengikuti pilkada lima tahun sekali partai seperti kesulitan kader potensial untuk disiapkan menjadi calon kepala daerah.***

Tidak ada komentar: