Kamis, 15 Agustus 2019

Keberanian Politik Ibrahim dan Kerelaan Sarah


Nabi Ibrahim merupakan Nabi Allah yang cerdas baik dalam politik dakwah.Nabi kekasih Allah yang rela menyerahkan semua yang dimilikinya termasuk anak kesayangannya tunduk kepada perintah Allah.

Siapa yang rela menyembelih putra satu satunya yang dinantikan selama puluhan tahun? Ya, hanya Nabi Ibrahim yang mampu melakukan itu. Walaupun akhirnya Allah ganti anaknya Ismail dengan seekor kibas atau kambing. Sampai saat ini menjadi kegiatan rutin seluruh umat Islam di dunia untuk mencontoh Nabi Ibrahim melakukan kurban dan dibagikan kepada khalayak ramai.


Politik Nabi Ibrahim yang berani melawan raja yang zalim saat itu merupakan keberanian tanpa tandingan. Walaupun akhirnya Ibrahim dibakar di oleh Raja Namrudz saat berkuasa. Lagi- lagi, karena sudah berjuang di jalan Allah, api itu menjadi sejuk layaknya air yang menyebabkan tidak memakan selembar bulu dan menghanguskan kulit Ibrahim. Firman Allah," Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim." Al-Anbiya' 21:69.

Istri Nabi Ibrahim pun diuji ketika Ibrahim menikah kembali untuk kedua kalinya dengan alasan untuk mendapatkan keturunan. Sarah yang sebelumnya tidak mendapatkan anak merelakan suaminya untuk menikah dengan seorang budak pemberian Raja yang bernama Hajar.
Menikahnya Ibrahim dengan Hajar dikaruniakan seorang anak yang bernama Ismail. Sarah diuji kesabarannya dengan meminta suami tercinta membawa Hajar dan anaknya tinggal di tempat lain yang kini disebut dekat Ka'bah.

Dari kedua perempuan hebat itu akan lahirlah nanti Bani Israel dari istri pertama dengan keturunannya Zakaria, Daud dan Isa. Sedangkan dari istri kedua Ibrahim lahir bangsa Arab yang besar saat ini menjadi keturunan Nabi Muhammad SAW.
Ismail dan Hajar pun bersama Ibrahim tinggal di sana. Kemudian Ibrahim kembali ke Sarah.Tanpa diduga di usia yang sudah lebih 90 tahun Sarah melahirkan anak yang diberi nama Ishaq. Yang nantinya memiliki anak bernama Ya'kuf dan memiliki keturunan bernama Yusuf. Manusia  terganteng di dunia.

Ibrahim pun membangunkan Baitullah yang saat ini jutaan warga di seluruh dunia rutin beribadah di sana.Tempat pertemuan jutaan manusia berdoa dan mengikuti jejak jejak Ibrahim bersama Ismail maupun Hajar ketika berlari lari kecil mencari air untuk memberikan Ismail yang haus ketika itu.
Banyaknya cobaan yang dialami Ibrahim membuat Sang Pemimpin menjadi kekasih Allah. Ibrahim menunjukkan kecintaan kepada mahluk tidak boleh kalah dari kecintaannya kepada Sang Pencipta. Allah pun mengingatkan Nabi Muhammad SAW dengan firmanNya ," Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan yang patuh kepada Allah, serta hanif; dan ia bukanlah golongan musyrik." An-Nahl 16:120.

Dan inilah ujian terhadap umat umat saat ini. Ketika ujian dunia terkadang menyilaukan mata. Melupakan akhirat dan mencari dunia sebanyak banyaknya. Dengan cara apapun asalkan mencapai keinginan nafsu nafsu duniawi.
Di politik kita lupa bahwa ada yang mengawasi, sehingga sanggup menghalalkan segala cara untuk merebut kekuasaan agar dipandang terpuji dan menjadi sanjungan banyak orang. Tak jarang hal hal yang jelas salah dibuat menjadi seolah olah benar. Padahal nurani berkata itu salah.

Padahal tidak ada satupun yang terlewat dari catatan malaikat apapun yang diperbuat di dunia. Ada penomena nanti jika sudah dapat baru bertobat dan menggunakan hasil kerja untuk menutupi kebusukan. Menyelimuti wajah dengan topeng yang seolah olah paling menjadi manusia yang baik, padahal itu adalah semu.
Kita perlu banyak belajar dari kisah kisah Ibrahim pun ketika muda mulai menunjukkan perlawanan dengan nuraninya di saat ayahnya seorang penyembah berhala.Dengan tangannya berhala berhala yang disembah ayahnya dihancurkan. Ditinggalkan yang paling besar sehingga membuat warga marah sampai raja pun juga marah.
Berisiko, iya pasti.Tapi Ibrahim dengan keyakinan tanpa batas melakukan itu dengan kesadaran bahwa tindakan ayahnya selama ini salah.

Hidup memang penuh ujian.Di sekolah pun, kita harus ikut ujian tertulis untuk bisa melangkah ke jenjang pendidikan berikutnya. Ya, ujian - ujian akan terus kita lalui untuk bisa menjadi tangguh. “Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Q.S. Al-Baqarah: 286).
Dan pelaut yang hebat pasti pernah melewati badai.Di sanalah ujian ia sebagai pelaut. Begitu pula seorang politisi, pengusaha, pendakwah, pasti jatuh bangun sebelum mencapai kepuasan. Bukankah Abraham Lincoln beberapa kali gagal sebelum ia terpilih menjadi presiden Amerika. Bukankah Thomas Alva Edison banyak menemui kegagalan sebelum ia menciptakan lampu yang terus terang saat ini.

Majalah Forbes mengutip ucapan Edison," “Saya bukan gagal 10.000 kali. Saya tidak gagal satu kali pun. Saya berhasil membuktikan bahwa ada 10.000 cara yang keliru. Ketika saya telah mengetahui cara-cara yang keliru, akhirnya saya akan menemukan sebuah cara yang benar."
Bukankan Bill Gates, berhenti dari Universitas Harvard dan akhirnya dia menjadi pengusaha yang mengubah dunia dengan Microsoftnya.

Dan akhirnya kita pun perlu berkurban sebagai rasa syukur apa yang sudah kita capai saat ini. Jika capaian itu belum maksimal atau belum sesuai keinginan, anggaplah itu ujian agar kita terus memiliki rasa kecukupan.Dengan pandai bersyukur kita akan cukup dan pandai bersyukur atas nikmat nikmat hidup dunia.
“Maka dirikanlah salat karena Rabbmu dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah”. (Al-Kautsar: 2).***



Tidak ada komentar: