Kamis, 15 Agustus 2019

Sejarah Itu Berulang



Gubernur pertama Kepri pernah berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kemudian tak sampai satu dasawarsa, Gubernur ketiga juga berurusan dengan KPK. Urusan yang dilarang yakni diduga soal rasuah.

Kepri ini provinsi yang dibuat dengan perjuangan darah dan air mata. Beberapa darah menetes di jalan akibat demontrasi yang dikejar aparat guna menjadikan Kabupaten Kepri daerah otonomi baru.
Tak begitu jauh nasib dari saudara tua, Provinsi Riau masih unggul soal gubernur yang ditangkap KPK akibat korupsi. Tiga gubernur Riau ditangkap KPK. Dan Kepri dua gubernur menjadi tahanan KPK. 


Corrupt itu artinya kotor, korupsi dan jijik.Itulah menjadi salah satu hambatan menjadi negara maju jika sendi sendi pemerintah diisi dengan pejabat pejabat yang korup atau mudah disuap. Tak tercipta pelayanan publik yang maksimal.
Kita sadar, sesungguhnya Provinsi Kepri ini kaya. Saking kayanya, beberapa bupati juga jadi tahanan komisi anti rasuah. Misalnya dua Bupati Natuna juga berurusan dengan KPK. Bupati Anambas yang pertama juga sangkut dengan hukum akibat korupsi. 

Sekda Kabupaten Bintan juga tak kalah berurusan dengan KPK soal suap untuk memuluskan pembebasan hutan lindung di Bintan untuk proyek pembangunan.
Padahal semua pejabat itu tahu, menerima suap dan pemberi suap sama sama dilaknat Allah. Itu ancaman bagi penerima suap. Peringatan yang disampaikan Baginda Nabi Muhammad SAW lebih dari 1400 tahun lalu bagi siapa saja yang menjalani proses kehidupan.

Dalam sebuah hadist riwayat Bukhari dan Muslim di dalam kitab al-Minhaj fi Syarh Sahih Muslim ibnu al-Hajjaj dikutip NU.online, diceritakan bahwa suatu ketika Abdullah bin al-Lutbiyah ditunjuk untuk menjadi pemungut zakat di Bani Sulaim. Usai menyelesaikan tugasnya, ia kembali menghadap Rasulullah dan melaporkan hasil zakat dari masyarakat Bani Sulaim. Akan tetapi, Rasulullah mendapati ada hal yang tidak benar dalam laporan al-Lutbiyah. Dalam kasus ini Nabi mengumumkan kelakuan Lutbiyah kepada khalayak ramai.

Nabi juga tidak mau mensalatkan ketika ada umatnya terbunuh saat perang ketika namun mengambil harta rampasan perang. Nabi memerintahkan sahabat nya saja yang menyalatkan.
Dan kita pun mudah lupa. Mereka yang pernah melukai hati rakyatnya karena menyalahkan gunakan amanat memimpin dengan melakukan korupsi itu kembali ingin memimpin. 

Banyak kawan dari luar Kepri bertanya ada apa dengan gubernur kalian? Ya, jadi yang malu bukan hanya keluarga pelaku, tapi juga rakyat pemilik kedaulatan negeri ini. Tertangkapnya Gubernur Kepri melengkapi menjadi 109 kepala daerah yang berukuran dengan KPK.

Terus dianggap itu sebagai musibah seperti terkena bencana gempa bumi, banjir, atau tsunami, tentu tidak. Itu ujian atas keimanan yang sangat dilarang dalam Islam. Sejauh mana Iman pemimpin atas godaan suap atas jabatan yang dia diberikan amanah untuk berbuat baik. Kasus bencana dengan korupsi itu tak sama. Kalau tidak ditangkap, maka seorang yang memanfaatkan jabatan akan kaya raya di atas penderitaan rakyatnya. Berapa banyak negara dirugikan atas kelakuan sang pejabat.

Rusaknya lingkungan hidup, hancurnya ekosistem maupun tanah akibat kebijakan yang tidak seharusnya diberikan kepada pihak lain yang tak sesuai peruntukannya. Soal amanah itu memang berat. Dan gunung, langit sampai menolak memegang amanah.

"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. Al-Ahzab: 72).

Dan banyak kisah amanat itu dikhianati di depan mata kita sendiri. Dan sejarah juga kembali terulang soal rasuah.Mereka tak mau menjadikan itu peringatan. Lalu jatuh di lubang yang sama.***

Tidak ada komentar: