Jumat, 23 November 2012

Membaca Kuasai Dunia, Tak Membaca Dekat Kemiskinan


Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al ‘Alaq :1-5).
 Ayat di atas menunjukkan bagaimana Allah SWT telah mengutamakan kewajiban membaca bagi hamba-hamba-Nya. Karena dengan membaca setiap manusia dapat memahami dan mempelajari sesuatu yang tidak diketahuinya. Dan dengan membaca seseorang dapat memperoleh informasi dari orang lain.

Negara disebut maju dan berkembang kalau penduduknya atau masyarakatnya mempunyai minat baca yang tinggi dengan dibuktikan dari jumlah buku yang diterbitkan dan jumlah perpustakaan yang ada di negeri tersebut.  Di Indonesia,  sebagai masyarakat negara kepulauan dengan 17 ribu pulau menghadapi masalah untuk pemerataan pembangunan sumber daya manusia. Hal inilah menyebabkan minat baca masyarakat terbilang rendah. Banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan minat baca masyarakat, hanya saja minat baca masyarakat masih tetap berjalan di tempat.



Usaha membangkitkan minat baca masyarakat sudah dilakukan.  Guru,
pustakawan, penulis, media masa pun tak ketinggalan membuat gerakan seperti Gerakan 1000 Buku yang dilakukan salah satu media massa di Kepri. Bahkan politisi yang duduk di DPRD Kepri, seperti Iskandarsyah bersama dengan elemen cendikiawan muda yang ada di Kepri pada Juni ini akan mendeklarasikan Gerakan Kepri Sadar Membaca. Salah satu upaya menumbuhkembangkan budaya membaca. Hadir Duta Baca Indonesia Kick Andi saat gerakan tersebut diresmikan.

Alasan mendasar mengapa perlu dibangun gerakan sosial seperti itu karena, mereka menyadari minat membaca masyarakat Kepri terbilang rendah. Dan itu juga menyebabkan sampai saat ini raksasa toko buku seperti Gramedia belum membuka cabang di Tanjungpinang. Padahal daerah ini pusat pemerintahan Kepri. Gerakan Kepri membaca diharapkan bisa terjun langsung ke tengah-tengah masyarakat pesisir memberikan ilmu kepada warga dan siswa di sana.

Tentu kita harus mengurut dada, di Harian Kompas (29/2/2012),  bukan hanya minat baca masyarakat Kepri yang rendah, Indonesia secara menyeluruh pun masih rendah. Kondisi saat ini tercatat satu buku dibaca sekitar 80.000 penduduk Indonesia. Karena angka produksi buku di Indonesia sampai saat ini masih belum membanggakan. Masih setara dengan Malaysia dan Vietnam, padahal jumlah penduduk Indonesia 240 juta jiwa.

Misalnya  2011, tercatat produksi buku di Indonesia sekitar 20.000 judul. Dari sisi oplah, Indonesia memang lebih tinggi jika dibandingkan Malaysia. Untuk penerbit besar, umumnya satu buku dicetak sebanyak 3.000 eksemplar. Adapun di Malaysia sekitar 1.500 eksemplar per buku, atau hampir sama dengan penerbit kecil di Indonesia.

Yang lebih memprihantinkan, berdasarkan studi lima tahunan yang dikeluarkan oleh Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006, yang melibatkan siswa sekolah dasar (SD), hanya menempatkan Indonesia pada posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel penelitian. 'Posisi Indonesia lebih baik dari Qatar, Kuwait, Maroko, dan Afrika Selatan (Republika, 8/7/2010). Bahkan, penelitian Human Development Index (HDI) yang dikeluarkan oleh UNDP untuk melek huruf pada 2002 menempatkan Indonesia pada posisi 110 dari 173 negara. Posisi tersebut kemudian turun satu tingkat menjadi 111 di 2009.

Lebih menyedihkan lagi, berdasarkan data Center for Social Marketing (CSM), perbandingan jumlah buku yang dibaca siswa SMA di 13 negara, termasuk Indonesia. Di Amerika Serikat, jumlah buku yang wajib dibaca sebanyak 32 judul buku, Belanda 30 buku, Prancis 30 buku, Jepang 22 buku, Swiss 15 buku, Kanada 13 buku, Rusia 12 buku, Brunei 7 buku, Singapura 6 buku, Thailand 5 buku, dan Indonesia 0 buku.

Jika kita lihat minat baca masyarakat Kepri terhadap koran, juga terbilang rendah. Dengan penduduk mencapai hamper 1,7 juta jiwa, media harian yang terbit di Kepri hanya 6 enam media harian: Batam Pos, Tribun Batam, Posmetro, Haluan Kepri, Koran Peduli dan Tanjungpinang Pos. Oplah dari enam harian tersebut masih di bawah 80 ribu per hari. Tanjungpinang Pos misalnya, setiap hari hanya terbit dengan tiras 3.000 eksemplar. Koran Peduli di bawah 3.000. Batam Pos pernah terbit di angka 21.000 eksemplar ketika ada kasus kematian Presiden Soeharto. Sedangkan Tribun Batam masih di bawah Batam Pos pada saat 2009. Di Jakarta satu media dibaca 12 orang. Sedangkan di Kepri, satu media maksimal dibaca tak sampai 8 orang. Artinya minat masyarakat terhadap media masih kurang. Bahkan media harian jarang rutin setiap hari dibaca di Anambas, Natuna, Lingga maupun di Bintan.

Tentu yang membaca media massa itu masyarakat perkotaan. Mereka yang tinggal di pesisir Kepri nyaris alpa membaca media massa.  Masih ditemukan, mereka hidup di daerah pesisir, sering kali tidak berjalan seimbang. Mayoritas masyarakat pesisir dalam kondisi yang memprihatinkan, dan minim kesejahteraan dalam kehidupan ekonominya sehingga jauh dari upaya peningkatan kemampuan sumber daya manusia dengan cara membaca.

Efek dari minimnya minat baca salah satu faktor meyebabkan Indek Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia yang masih rendah. Walaupu IPM dinilai dari lama siswa sekolah. IPM Indonesia menurut United Nations Development Program, tahun 2011 di urutan 124 dari 187 negara yang disurvei, dengan skor 0,617. Peringkat ini turun dari peringkat 108 pada tahun 2010.

Di kawasan ASEAN, Indonesia hanya unggul dari Vietnam yang memiliki nilai IPM 0,593, Laos dengan nilai IPM 0,524, Kamboja dengan nilai IPM 0,523, dan Myanmar dengan nilai IPM 0,483, katanya. Di ASEAN, peringkat pertama dalam hal kualits manusia adalah Singapura dengan nilai 0,866. Kemudian disusul Brunei dengan nilai IPM 0,838, disusul Malaysia (0,761), Thailand (0,682,) dan Filipina (0,644).

IPM Kepri tahun 2010 menurut Badan Pusat Statistik (BPS) berada di 75,07. Jauh dibandingkan dengan Singapura yang sudah mencapai rata rata di atas 86. Tak kalah penting jika kita mengamati, kunjungan masyarakat ke Pustaka Daerah Kepri, kelompok pelajar yang mengunjungi perpustakaan pada Januari 2011 misalnya, sebanyak 1.085 orang. Sementara kelompok masyarakat umum 346 orang pada Maret. Mahasiswa pada Januari 1.462 orang. Padahal, di Pustaka Daerah Kepri tersedia 13.499 buku dan 53.148 eksemplar didata dari 2007 – 2010. Jumlah penduduk Tanjungpinang dan Bintan mencapai 300 ribu jiwa. Tentu angka di atas bukan angka yang mengembirakan untuk melihat indikator minat membaca masyarakat.  Pemerintah memang dituntut berusaha keras menarik minat baca masyarakat baik di kota maupun di daerah pesisir di Kepri.

Dengan Membaca Menguasai Dunia

Dunia pun mencatatat dengan tinta emas sejarah kejayaan perkembangan Islam yang menguasai dunia pada saat zaman kekhalifahan Islam. Ilmuwan Islam dalam berbagai bidang pengetahuan, baik itu ilmu kedokteran, ilmu matematika dan sebagainya. Sebagai contoh, Al Khawarizmy melalui karyanya yang monumental, “Aljabar”.

Kegemilangan Islam di masa dahulu diperoleh dengan adanya kegemaran membaca dan mempelajari ilmu dan pengetahuan yang ada di alam semesta sebagai ciptaan Allah. Namun kegemaran membaca pada saat sekarang ini malah dimiliki oleh orang-orang non muslim seperti bangsa Jepang. Hingga tidak heran jika Allah telah meninggikan beberapa derajat bangsa Jepang dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka miliki. Padahal, andai kita menyadari, dengan membaca, sebagai perwujudan pelaksanaan perintah Allah, kaum muslimin dapat meningkatkan ilmu pengetahuan sehingga dengannya Allah akan meninggikannya beberapa derajat. Allah juga telah memerintahkan manusia untuk memperhatikan ciptaan Allah dan mempelajarinya hingga bermanfaat bagi kehidupan di dunia.

Amerika, China dan India merupakan tiga negara yang memiliki budaya membaca yang tinggi. Tak heran, saat ini tiga negara itu disebut penguasa dunia dengan kekuatan ekonomi dan militer. Prasetiantoko pun menyebut laporan CLSA Asia-Pasific Markets, sebuah lembaga investasi berjudul Chindonesia: Enter the Komodo, berisi prospek perekonomian di tiga negara China-India-Indonesia, di mana ketiganya dianggap sebagai triangle kekuatan ekonomi di Asia.

Ada pepatah Selandia Baru yang perlu kita renungkan,. “Ko te manu kai i te miro nona te ngahere, ko te manu kai i te matauranga nona te ao.” Artinya, burung yang makan dari pohon Miro memiliki hutan, burung yang makan dari pohon pengetahuan memiliki dunia. Hampir mirip dengan buku adalah gundang ilmu. Dengan ilmu itu kita bisa melihat dunia bahkan bisa sukses hidup di dunia dengan berilmu.

Selandia baru negara yang kecil, namun Index Pembangunan Manusia tahun 2009 yang salah satu ukurannya melek huruf, Selandia Baru menduduki peringkat 20 dari 182 negara, sedangkan Indonesia berada di peringkat  111 jauh di belakang Malaysia yang berada di peringkat 66 dan Thailand 87. Hal itu disebabkan, masyarakat Indonesia belum banyak yang sadar pentingnya membaca. Terutama  mereka yang tinggal di pesisir jauh dari fasilitas.


Salah hasil kajian Dr. Farrukh Saleem, Direktur Lembaga Eksekutif Pusat Penyelidikan dan Pengkajian Keselamatan (CRSS) Pakistan, Ia menemukan orang-orang Yahudi yang jumlahnya sedikit itu, tetapi ternyata telah memberikan pengaruh yang luar biasa pada dunia dan perkembangannya selama ini.

Jumlah Yahudi di dunia saat ini hanya berkisar 14 juta orang. Tujuh juta di antaranya hidup di Amerika, lima juta di Asia, dua juta di Eropa, dan 100.000 di Afrika. Jika kita bandingkan jumlah Yahudi dengan umat Muslim di dunia, maka bagi setiap orang Yahudi ada 100 orang Muslim (1:100). Anehnya, walau jumlah mereka sedikit, tapi menguasai dunia.

Banyak sekali orang-orang yang berpengaruh di dunia ternyata kebanyakan adalah orang-orang Yahudi. Beberapa di antara mereka adalah: 1. Albert Einstein, ilmuwan zaman modern paling terkemuka dan disebut oleh majalah Time sebagai ‘Manusia Abad ini’ ialah seorang Yahudi. 2. Sigmund Freud - melalui teori Id, Ego dan Super-Ego ialah Bapak psikoanalisis, juga seorang Yahudi. 3. Karl Marx (Penggagas Paham Komunis) ialah seorang keturunan Yahudi dari ibunya yang merupakan Yahudi asal Hongaria.

Dan sekarang coba lihat sederetan nama-nama orang Yahudi yang memiliki pengaruh kuat dalam sistem pemerintahan: Richard Levin, Presiden salah satu universitas tersohor di Amerika, Yale University ialah seorang Yahudi. Maxim Litvinov (mantan Menteri Luar Negeri Uni Soviet),  David Marshal (mantan Perdana Menteri pertama Singapura),  Yevgeny Primkov (mantan Perdana Menteri Rusia dan mantan Kepala KGB), Jorge Sampaio (mantan Presiden Portugal),  Pierre Mendes (Perdana Menteri ke-143 Perancis) dan Bruno Kreisky (mantan Kanselir Austria).

Orang Yahudi  juga menguasai media massa terbaik dunia. Mereka antara lain: Wolf Blitzer (CNN), Barbara Walters (ABC News), Eugene Meyer (Washington Post), Henry Grunwald (Ketua Editor Time),  Katherine Graham (penerbit The Washington Post),  Joseph Lelyyeld (Editor Eksekutif, The New York Times). Dan Max Frankel (The New York Times). (mujahidsamurai.multiply.com)

Jadi, mengapa mereka itu begitu berkuasa? Bayangkan! Sejak 105 tahun terakhir, dari 14 juta orang Yahudi, sudah ada 180 orang Yahudi yang memenangkan hadiah nobel. Misalnya: 1.Benjamin Rubin, dia adalah orang memperkenalkan pemakaian jarum suntik. 2. Johas Salk, merupakan penemu vaksin polio yang pertama. 3. Gertrude Elion menemukan obat yang pertama untuk mengobati penyakit leukemia. 4. Baruch Blumberg menemukan vaksin Hepatitis B.5. Paul Ehrlich menemukan metode perawatan yang modern untuk penyakit sifilis. 6. Elie Metchnikoff memenangkan hadiah Nobel untuk penyakit berjangkit. 7. Bernard Katz memenangkan Hadiah Nobel karena kajian mengenai transmisi neuromuskular. 8. Andrew Schally merupakan penerima Nobel dalam kajian endokrinologi (berkaitan dengan sistem endokrin dan kencing manis). 9. Aaron Beck menemukan terapi kognitif  (perawatan mental dan fobia).10. Gregory Pincus membuat pil KB yang pertama.11. George Wald memenang Nobel bagi penelitian mengenai mata manusia. 12. Standley Cohen dianugerahi hadiah Nobel dalam penelitian di bidang embriologi (janin dan perkembangannya).13. Willem Kolff menemukan mesin dialisis ginjal (pencuci darah).14. Stanley Mezor menemukan mikrochip pertama.
15. Leo Szilards membangun reaktor nuklir pertama. 16. Peter Schultz penemu kabel serat optik untuk jaringan internet.17. Benno Strauss penemu besi tahan karat - stainless steel.18. Emile Berliner penemu mikrofon untuk telefon dan 19. Charles Ginsburg penemu alat pita perekam suara.  Apa sebenarnya yang membuat mereka begitu menguasai dunia saat ini? Jawabannya ternyata ada pada tiga hal  yaitu: Pendidikan, Pelajaran dan Ilmu.

AS mempunyai 5.758 universitas dan India punya 8.407. Pada 2004, Shanghai Jiao Tong University membuat penelitian tentang ‘Ranking Akademik Universitas-Universitas Dunia’ - dan menakjubkan - tidak ada satu pun universitas yang berasal dari negara Islam yang berada di urutan 500 besar sekalipun.

Data yang dikumpulkan dari UNDP, tingkat melek huruf (bisa membaca) di negara maju ialah hampir 90 persendan di antara negar-negara itu ada 15 negara yang memiliki tingkat melek huruf 100 persen. Lalu bandingkan dengan negara-negara yang berkembang lainnya, penduduknya beragama, rata-rata tingkat melek hurup sekitar 40 persen.  Dan tidak ada satu pun negara yang mempunyai tingkat 100 persen persen melek huruf.

Sekitar 98 persen penduduk di negara maju menamatkan pendidikan mereka sekurang-kurangnya sampai tingkat sekolah dasar, sementara hanya 50 persen di negara dunia ketiga termasuk Indonesia. Sekitar 40 persen penduduk di negara maju belajar hingga tingkat perguruan tinggi, sementara hanya 2 persen di Negara berkembang.

Negara-negara berkembang mempunyai 230 ilmuwan bagi setiap (per) sejuta penduduk. Di AS ada 4.000 ilmuwan per sejuta orang, Jepang ada 5.000 per sejuta. Di seluruh negara Arab, jumlah ilmuwan sepanjang sejarah hanya mencapai 35.000 ilmuwan, dan hanya ada 50 tenaga ahli per sejuta (bandingkan dengan di negara maju yang punya 1.000 tenaga ahli per sejuta). Negara Islam membelanjakan 0,2 % dari APBN-nya untuk penelitian dan pengembangan (R&D). Sebaliknya, di negara maju membelanjakan 5 % dari APBN-nya.

Perhatikan lagi jumlah tingkat minat baca penduduk di negara Muslim dengan di negara Barat. Di Pakistan, hanya ada 23 koran per 1.000 rakyat Pakistan, sementara perkiraan di Singapura ialah 360. Di Inggris, jumlah judul buku per juta orang ialah 2.000, sementara di Mesir hanya 20.

Jadi, tak ada cara lain untuk menguasai dunia atau minimal melihat dunia dengan cara membaca. Pengarang terkemuka asal Timur Tengah, Al-Qarni, dalam bukunya Laa Tahzan  mengungkapkan banyaknya manfaat membaca di antaranya sebagai berikut :
Membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan. Ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk kebodohan. Kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan orang-orang malas dan tidak mau bekerja. Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berfikir.

Dengan sering membaca, orang bisa mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata . Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman. Dengan membaca orang mengambil manfaat dari pengalaman orang lain, kearifan orang bijaksana dan pemahaman para sarjana.


Zaman modern sekarang ini, hampir tak seorang pun yang meragukan kemampuan membaca dalam meraih manfaat dan kemajuan dalam kehidupan seseorang sekelompok masyarakat atau suatu bangsa. Kaum Muslimin sering menyandarkan hujjah (argumentasi) tentangpentingnya membaca pada perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Alaq ayat 1 yang mengandung filosofi tentang latar belakang perintah Iqraa
sebagai isyarat tentang pentingnya membaca bagi umat manusia untuk menunaikan peranannya sebagai Khalifah Allah di muka bumi.

Demikian para pakar dewasa ini menekankan pentingnya membaca sebagai salah satu persyaratan mencerdaskan kehidupan bangsa dan melancarkan ide-ide pembangunan lebih luas. Dasar pemikirannya,kemampuan membaca merupakan syarat minimal bagi suatu warga bangsa untuk bisa menerima ilmu dan pesan-pesan pembangunan melalui media komunikasi tercetak maupun media elektronik yang perkembangannya semakin hari kian pesat.  Dan Kepri sebagai provinsi kepulauan dengan jumlah pulau 2.406 harus fokus menumbuhkembangkan minat baca di tengah-tengah masyarakat pesisir yang  jumlahnya mencapai puluhan ribu orang.

Malas Membaca Dekat dengan Kemiskinan

Kita selaku warga Kepri justru harus sadar bahwa membaca adalah hal yang mudah, akan tetapi  rumit untuk dijadikan sebuah kebiasaan. Dengan mengubah pola pikir dan sadar akan membaca, justru membuat negeri kita ini jauh dari keterpurukan. Ini seperti  ungkapan  yang sudah sering kita dengar, “Orang yang malas membaca paling dekat dengan kebodohan. Kebodohan paling dekat dengan kemiskinan.”   Penegasan  kalimat tersebut menunjukkan betapa bodoh dan meruginya  orang-orang yang malas membaca. Bahkan Allah ribuan tahun lalu sudah mengingatkan pentingnya membaca. Bahkan Allah mengangkat derajat orang yang berilmu satu tingkat. Begitulah pentingnya membaca untuk terhindar dari kebodohan yang meluas.

Orang yang tidak bisa membaca bisa dikategorikan akan hidup sulit karena tidak bisa mengikuti perkembangan zaman. Pemerintah melalui Undang-Undang Pendidikan Nasional sampai mengamanatkan 20 persen dana APBN harus dialokasikan untuk pendidikan. Harapannya,240 juta penduduk Indonesia bebas buta hurup.

Menurut Badan Pusat Statistik Kepri tahun 2011, Angka Melek Huruf (AMH) penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 97,31 persen. AMH penduduk usia 15 tahun ke atas perempuan (96,49 persen) lebih rendah dibandingkan laki-laki (98,09 persen). AMH penduduk usia 15 tahun ke atas di daerah perdesaan (91,12 persen) lebih rendah dibandingkan daerah perkotaan (98,55 persen).

Rendahnya AMH penduduk usia 15 tahun ke atas disebabkan oleh rendahnya AMH penduduk usia 45 tahun ke atas. AMH penduduk usia 45 tahun ke atas sebesar 90,74 persen. AMH penduduk usia 45 tahun ke atas perempuan (86,51 persen) lebih rendah dibandingkan laki-laki (94,44 persen) Angka melek hurup di Kepri berdasarkan data di Kementerian Bappenas 95,81.

Padahal,  salah satu indikator pencapaian kesetaraan gender menurut MDGs adalah angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun. Kelompok penduduk usia sekolah ini adalah kelompok penduduk usia produktif, sebagai sumber daya pembangunan yang seharusnya memiliki pendidikan yang memadai dan keterampilan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Untuk itulah, pemerintah mewajibkan pendidikan 9 tahun bagi anak bangsa.

Mengutip pernyataan Direktur Eksekutif UNICEF Ann M. Veneman pada peringatan Hari Penghapusan Kemiskinan Sedunia (17 October 2009), hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa investasi sebesar $1 untuk pendidikan bagi anak perempuan akan menghasilkan peningkatan 10 kali lipat produktivitas lebih banyak dibandingkan dengan investasi pada anak laki-laki. Dengan demikian, mempercepat kesetaraan laki-laki dan perempuan yang melek huruf akan mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan produktivitas yang tinggi. Orang yang tidak bisa membaca dipastikan tak bias berkerja di sector forma. Hal inilah menyebabkan mereka yang buta hurup selalu berada dalam garis kemiskinan.

Di Kepri jumlah penduduk miskin menembus 128 ribu jiwa yang paling banyak berada di Batam, Karimun, Natuna, Anambas, dan Lingga.  Di lihat dari profil penduduk, mereka yang miskin itu bermukim di pedesaan dengan sebagian besar nelayan,  petani dan buruh bangunan. Kehidupan mereka jauh dari kebiasaan membaca. Pola hidup masyarakat pesisir jauh dari budaya membaca. Mereka lebih mementingkan mencari nafkah ke laut dibandingkan membeli buku dan menikmati bacaan.

Orang yang relatif tak mampu mencukupi kebutuhan hidup dasarnya dikatakan sebagai orang miskin. Untuk mengatakan bahwa orang itu bisa disebut sebagai orang miskin, banyak indikator digunakan. Namun, ada satu indikator yang terlupakan untuk menyebut orang miskin. Indikator itu adalah orang yang malas belajar.

Itulah yang dikatakan Aidh al-Qarni dalam bukunya berjudul ‘Isy Kariman (2006). Ulama dari Timur Tengah itu berujar bahwa orang yang tidak mau belajar adalah orang miskin. Orang miskin adalah orang yang tidak mau membaca kitab-kitab, tak ada hal baru yang dimiliki dan tak ada keajaiban dalam hidupnya, banyak lalai dan banyak lupa. Mengapa? Karena dia tidak membaca satu ayat pun yang mengguncangnya atau satu hadits pun yang akan membangunkannya atau satu kisah pun yang akan menakjubkannya atau satu bait syair pun yang akan menggoyangkannya atau satu pemisalan pun yang akan memberinya manfaat.

Aidh al-Qarni mengibaratkan hidup seorang penuntut ilmu seperti taman yang di dalamnya ada pepohonan-pepohonan, bunga-bunga, sungai-sungai, dan buah-buahan. Lalu, hidup seorang yang malas belajar ibaratnya seperti apa? Seperti padang pasir yang gersang, gundul, kering, dan lengang, kata Aidh al-Qarni.

Solusi

Maka dari itu, kalau masyarakat Kepri ini ingin lepas landas dari kemiskinan, maka harus ditingkatkan minat baca masyarakat. Yang harus dilakukan pemerintah guna membudayakan membaca di tengah dengan mengeksplorasi local content, yang mengandung keragaman budaya, bahasa, musik, alat permainan, hingga dongeng.

Pemerintah perlu dibantu dengan melakukan gerakan terpadu menuju terwujudnya masyarakat yang gemar membaca. Kita kembalikan karakter daerah bangsa yang positif melalui buku-buku bacaan yang kita hadirkan kepada anak-anak penerus bangsa. Terutama mereka yang berada di daerah pesisir. Kepri pernah menghasilkan ilmuan terkemuka seperti Raja Ali Haji,  dengan karya Gubahan Gurindam 12, di mana karya ini  sudah mendunia. Kepri juga berhasil menjadikan Bahasa Melayu menjadi Bahasa Idonesia atau bahasa persatuan.

Ya, berdasarkan pengalaman lebih dari 100 tahun lalu, di Kepri ini sudah ada kebudayaan membaca dan menulis yang  menomental.  Anak pesisir bisa engukir prestasi di jagad sastra Indonesa. Harusnya kebudayaan membaca masa lalu it terus tumbuh di kalangan generasi muda perkotaan maupun di daerah pesisir Kepri yang selama ini belum banyak terjamah.

Sebagai regulator, pemerintah berkewajiban dalam mengevaluasi kondisi yang ada. Kalau ingin mengembangkan minat baca anak, lanjut dia, isi bacaan, motivasi, fasilitas, dan kebiasaan membaca harus diperhatikan karena menyangkut pembaca itu sendiri. Selama ini di daerah terpencil, fasilitas untuk membaca itu memang tidak ada. Sehingga tak salah mereka yang tinggal di pesisir tak tertarik untuk membudayakan membaca.

 Contoh daerah pesisir di Kepri yang tidak ada pustaka misalnya di Kecamatan Tambelan, Kabupaten Bintan, berada 210 mil dari Pulau Bintan, di sana tidak ada pustaka. Hanya Taman Bacaan milik rakyat tersedia. Itupun cuma ada tak sampai 100 judul buku. Minimnya stok buku menyebabkan, Taman Bacaan itu sepi pengunjung.
  
Menurut Lamb dan Arnold (1976) minat baca di manapun baik itu di masyarakat perkotaan dan pesisir di pengaruhi empat factor seperti: Faktor fisiologis, intelektual, lingkungan dan  faktor psikologis. Jika factor lingkungan di masyarakat sudah terbentuk budaya membaca, maka akan mempengaruhi minat masyarakat untuk terus membaca.

Peneliti Ehansky (1963) dan Muehl dan Forrel (1973) yang dikutip oleh Harris dan Sipay (1980) menunjukkan, secara umum ada hubungan positif (tetapi rendah) antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata peningkatan remedial membaca. Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rubin (1993) bahwa banyak hasil
penelitian memperlihatkan tidak siswa semua yang mempunyai kemampuan intelegensi tinggi untuk menjadi pembaca yang baik. Secara umum, intelegensi anak tidak sepenuhnya mempengaruhi berhasil tidaknya anak dalam membaca permulan.

Pemerintah tak bisa sendirian dalam menggerakkan minat baca di masyarakat. Pemerintah harus dibantu oleh kalangan dunia pendidikan, media masa, gerakan masyarakat cinta buku untuk  bersama-sama merangkul pihak-pihak swasta yang mempunyai kepentingan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Di Kepri saat ini, peran swasta mulai nampak. Misalnya dengan melahirkan gerakan gerakan social yang mengajak untuk masyarakat pesisir cinta membaca.

Misalnya mereka bahu membahu, mensponsori pendirian perpustakaan-perpustakaan kecil di lingkungan masyarakat seperti desa/kampung dengan bantuan berupa sarana dan prasarana dan koleksi perpustakaan yang pengelolaannya diserahkan kepada Ibu-Ibu PKK atau Karang Taruna.  Untuk menumbuhkan pustaka di kampong-lampung, pemerintah harus berani menggelontorkan dana guna menunjang kegiatan itu.

Tak ketinggalan, peranan kepala sekolah sangat penting sebagai ujung tombak terhadap
pendirian perpustakan dan fungsi guru dan pustakawan sebagai pengembangan perpustakaan harus selalu mendapat perhatian serius dari pihak pemerintah daerah. 

Karena banyak sekolah dasar sampai menengah belum memiliki perpustakaan dan kalaupun ada sifatnya stagnasi  dan tidakberkembang karena kesulitan dana.  Dan itu benar-benar terjadi di daerah pesisir di Kepri.

Trobosan Pemprov Kepri yang  membangun Pustaka di tiap kabupaten merupakan langkah yang tepat dan perlu diacungi jempol. Hadirnya Perpustakaan Keliling yang sudah ada sekarang ini perlu ditingkatnya dan  diperluas jangkauannya termasuk ke daerah pulau. Nyatanya saat ini pustaka keliling hanya dinikmati masyarakat kota. Mereka yang di pulau-pulau belum mendapatkan fasilitas pemerintah itu. Ini harus mendapat perhatian serius dari kita semua kalau   menginginkan bangsa kita cerdas dan pandai sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang sudah maju.

Sir Arthur Quiller-Couch (1863-1944), adalah tokoh pendidikan terkemuka dari Inggris yang memasyarakatkan seni membaca melalui bukunya yang berjudul (antara lain) "The Art of Reading". Ia memasyarakatkan misinya ini ketika aktif memimpin Pusat Bahasa dan Kegiatan Membaca di Universitas Cambridge. Dasar pemikirannya, bila masyarakat malas membaca, maka proses pembodohan akan terus berlangsung hingga ke titik yang amat menyedihkan, di mana masyarakat menjadi mandul -- tidak melahirkan generasi yang brilian.

Hanya dengan kegiatan membaca, otak seseorang menjadi lebih brilian dibandingkan dengan mereka yang tidak suka membaca. Mereka yang suka membaca, batinnya menjadi kaya -- membentuknya menjadi matang, dewasa, rasional/logis, sehingga mampu menjadi pemikir yang memiliki ide-ide cemerlang dan juga mampu mengatasi masalah-masalah pelik yang timbul di dalam masyarakat, seperti iptek, sosial-ekonomi, hingga budaya.

Agar seseorang suka membaca, harus ada  pertimbangkan bahwa membaca itu untuk tiga kegiatan, yaitu yang bersifat "apprehension" (sekadar untuk tahu), "comprehension" (untuk memahami), dan hobi (hiburan).

 Bagi masyarakat pesisir,  agar semua orang suka, kemudian gemar membaca. Yang perlu dilakukan, antara lain: (1) pilih bacaan yang sesuai dengan keperluan masing-masing;. Pemerintah harus memperbanyak menyediakan buku, maalah dan media lain yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat pesisi. (2) Menyediakan ruang yang menyenangkan untuk membaca; (3) Memberikan pemahaman kepada mereka, bahwa membaca itu merupakan makanan otak dan batin; bisa dibayangkan bila otak dan batin kita kelaparan; (4) perlu menyediakan anggaran untuk membeli buku, seperti halnya kita menganggarkan uang kita untuk membeli makanan.

Perpustakaan umum Kepri juga harus mengambil peran penting. Karena merupakan institunsi pembinaan minat baca bagi seluruh masyarakat tanpa membedakan status. Tua, muda, miskin atau kaya dapat memanfaatkan koleksi perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan sarana bacanya. Perpustakaan umum berperan sebagai institusi penyedia saran baca bagi masyarakat. Minat baca tidak akan pernah terwujud tanpa ketersediaan sarana baca.

Eksistensi sebuah perpustakaan terletak pada pengguna perpustakaan dalam hal ini masyarakat umum. Atau mungkin resiko terburuk adalah pengguna akan meninggalkan perpustakaan dan menggunakan media lain untuk mencari informasi yang dibutuhkan. Indikasi ini sudah terlihat dari menjamurnya warung internet yang tak pernah sepi dengan pengunjung dan ini bertolak belakang belakang dengan minat kunjungan masyarakat ke perpustakaan. Kondisi di mana hubungan antara perpustakaan dan masyarakat berjalan kurang harmonis sehingga dapat berpengaruh terhadap motivasi masyarakat mengakses perpustakaa tentu sangat ironis.

Salah satu solusi yang dapat diambil untuk memecahkan masalah ini adalah dengan menerapkan prinsip hubungan masyarakat baik dalam kegiatan pengelolaan perpustakaan. Hubungan masyarakat (humas) merupakan fungsi manajemen untuk mengevaluasi opini publik, dari kebijakan yang diterapkan oleh perpustakaan dengan tujuan agar kebijakan yang dihasilkan benar-benar bermanfaat bagi publik perpustakaan sehingga tercipta hubungan yang harmonis dan saling mendukung di antara keduanya.

Dan akhirnya, untuk menguasai dunia dengan ilmu, untuk hidup selamat di dunia dan akherat juga harus dengan ilmu. Ilmu diperoleh hanya dengan membaca. ”Allah SWT akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [QS. Mujadilah : 11]

2 komentar:

tok pakeh temenggong mengatakan...

salam tuan

bagaimana menghubungi tuan ? saya ingin sekali bertanya tentang Tambelan. Hubungilah saya secepat mungkin. Email saya tokpakehtemenggong@gmail.com atau tokpakehtemenggong.blogspot.com

terima kasih tuan.

Robby Tambelan mengatakan...

robbyepatria@yahoo.com.tks