Jumat, 23 November 2012

Dari pilkada menuju negeri berbudaya


Kekalahan anak keluarga kepala daerah mengikuti pemilukada juga terjadi di Tanjungpinang. Maya Suryanti, anak Suryatati A Manan gagal menjadi pemenang. Pasangan Lis Darmansyah keluar sebagai pemenang pilkada pun sedang mencari bentuk ideal untuk membangun Tanjungpinang. Ya, mencari jati diri antarakota budaya, industri, pendidikan hingga perdagangan.


Kereta kuda pedati lembu
Singgah mari di tepi kuala
Tuan sutera saya belacu
Manakan boleh berganding sama




Lagu di atas dilantunkan dengan senyuman yang merekah dari kedua calon wali kota Tanjungpinang Lis Darmansyah dan Maya Suryanti, saat halal bihalal Kerukunan Keluarga Tambelan (KKT) di Aula SMPN4 Tanjungpinang, 1/9. Tahun 2010, semula ada isu Suryatati akan menjagokan Lis dari PDIP untuk menjadi wali kota. Namun tahun 2011 isu tersebut berubah. Suryatati membatasi tembok besar dengan meminta putrinya sendiri mencalonkan diri sehingga, lirik lagu manakan boleh berganding sama seolah-olah tepat dengan kondisi yang terjadi saat ini. Keduanya memang  tidak bergandeng sama. Mereka menumpuh jalan yang berbeda. Memupus prediksi banyak kalangan."Kami memang berpisah di ujung jalan," ujar Ketua DPC Partai Indonesia Perjuangan (PDIP) Tanjungpinang Suparno kepada KP, awal Oktober 2012 di kediamannya di Jl Wiratno.



Di halal bihalal warga Tambelan, Suryatati yang berdiri diapit kedua calon wali kota hanya tersenyum simpul, ketika keduanya melantunkan lagu itu. Jika dilihat dari penampilan kedua calon, tidak terlihat perperangan. Keduanya pandai menampakkan wajah bahagia ketika duet bersama lagu Menjeling yang dipopulerkan Siti Nurhaliza feat Salim.

Lis Darmansyah yang pertama kali menawarkan lagu itu untuk dinyanyikan bersama Maya. Tanpa banyak komentar, Maya menyetujui. Maklum lagu itu memang nyaman didengar. Hampir seribu warga Tambelan yang menyaksikan duet tersebut memberikan tepuk tangan yang meriah ketika keduanya mulai bernyanyi.

Wakil Wali Kota Tanjungpinang Edward Mushalli yang berada di kursi depan, langsung mengajak Rektor Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Prof Maswardi M Amin berdiri dan berjoget di depan ketika Lis dan Maya sedang menyanyi. Bukan hanya Edward dan Edward yang ikut berjoget, beberapa tokoh Tambelan juga ikut bergoyang, beberapa tokoh Tambelan ikut joget seperti merayakan kemenangan karena dua calon tersebut bisa berduet bersama.

"Ini momen langka. Dan harus dikasi tahu ke masyarakat Tanjungpinang, bahwa halal bihalal Tambelan menjadi perekat silaturahim antaracalon wali kota yang selama ini kita anggap perang dingin," ujar Maswardi, berkomentar melihat Lis dan Maya yang terkadang tersipu malu saat menyanyi bersama.

Menurut Maswardi, harusnya calon kandidat lain juga demikian. Mereka harus tetap menjaga hubungan baik. Memberikan contoh kepada warga bahwa, hubungan keduanya baik baik saja.

"Sehingga tak perlu kita di bawah karena berbeda pilihan sampai tak bertegur sapa, sedangkan calon wali kota mereka tetap mesra dengan menyanyi bersama. Ini pembelajaran politik yang baik."

Di setiap kegiatan, Maya dan Suryatati selalu bersama. Termasuk ketika mengadiri halal bihalal Tambelan, dan pelbagai acara halal bihalal lainnya yang dibuat organisasi lain.

Seolah-olah muncul sebuah pembenaran, ia tidak percaya diri menghadiri acara tanpa didampingi ibunya. Pun ketika Maya bersama wakilnya Tengku Dahlan mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). Suryatati sebagai wali kota ikut mengantar Maya. Akibatnya pun bisa ditebak. Tanggapan miring pun muncul. Suryatati langsung menjawab, bahwa pada saat ia hadir sebagai seorang ibu yang mengantar anak kandungnya mendaftar. Keraguan akan Maya memang banyak disebut banyak kalangan. Hal itu pun terus dibantah tim pendukung Maya, baik dari kalangan partai politik maupun organisasi kemasyarakatan yang dekat dengan Suryatati.

"Maya memiliki mentor politik yang hebat. Jadi jangan ragukan dia," ujar Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Provinsi Kepulauan Riau, Abdurrahman ketika menjawab pertanyaan wartawan yang meragukan kemampuan Maya menjadi wali kota, di salah satu hotel di Tanjungpinang, belum lama ini.

Menurut Abdurrahman, jangan anggap enteng Maya. Dia seorang dokter di mana memiliki daya pikir yang baik untuk menjawab tantangan pembangunan daerah ini. Pendidikan Maya tidak diragukan lagi ketika dia bisa menyelesaikan pendidikan dokter di Bandung.

Masalahnya, anggapan miring terhadap Maya menyebar di mana-mana. Pasalnya, Maya merupakan satu-satunya calon wali kota yang belum memiliki pengalaman di kancah dunia politik. Suryatati dianggap terlambat mengorbitkan Maya untuk melanjutkan politik dinasti.

Maklum, jika dihitung, Suryatati lebih 16 tahun jadi wali kota Tanjungpinang dimulai dari kota administratif hingga pemilukada langsung yang dia menangi selama dua kali. Pengalaman menjadi wali kota dan membangun daerah ini tentunya akan ditularkan kepada Maya anaknya.

"Kita heran saja. Seandainya Ibu Wali mempersiapkan Maya untuk jadi penggantinya, harusnya Maya sudah dilatih dahulu di DPRD Kota," kata pengamat sosiologi Tanjungpinang Suyito, awal November.

Bahkan, jelasnya, Menteri Dalam Negeri sudah mempersiapkan draf undang-undang terbaru yang kini dibahas di DPRD mengenai larangan dari keluarga penguasa untuk mencalonkan diri. Keluarga incumbent bisa mencalonkan diri sebagai kepala daerah jika sudah lima tahun habisnya masa jabatan.

Tapi, kata dia, dalam pemilu langsung, rakyat memiliki peranan penting untuk memenangkan kursi wali kota. Didukung dengan pendanaan yang tak terbatas, bisa saja Maya menjadi wali kota menggantikan ibunya.

"Kita lihat saja nanti, apakah masyarakat Tanjungpinang masih senang dengan gaya kepemimpinan Suryatati. Jika masih senang, maka peluang Maya menang masih terbuka lebar. Tapi jika masyarakat tidak suka dengan Suryatati, hitungan politiknya jelas, Maya pasti kalah," ujar dia.

Ketua DPD PKS Tanjungpinang Alfin M Nur menyatakan, mereka optimistis Maya akan menang di pemilukada Tanjungpinang. "Kita berusaha maksimal mengantarkan Maya menjadi wali kota. Pendapat miring mengenai Maya kita anggap sebagai sebuah dinamika demokrasi," ujar Alfin yang juga ketua tim sukses Maya-Tengku Dahlan. Partai yang mendukung Maya saat ini selain dari PKS ada Golkar, PPP dan PKNU. Jika dihitung jumlah kursi koalisi ini 9 kursi di DPRD Kota Tanjungpinang.

Kekuatan parpol di pilkada Tanjungpinang relatif seimbang. Koalisi PDIP-PAN, Gerindra dan PPI hanya beda dua kursi dengan koalisi yang mendukung Maya-Tengku Dahlan. PDIP-PAN didukung 7 kursi. Dengan mengusung Lis Darmansyah-Syahrul. Lis merupakan Wakil Ketua DPRD Provinsi Kepulauan Riau yang juga kader PDIP. Sedangkan Syahrul, sosok Ketua Persatuan Guru Republik (PGRI) Kota Tanjungpinang.

Sedangkan kandidat lainnya, Husnizar Hood didukung oleh Partai Demokrat, PKB dan PDK. Koalisi Demokrat PDK memiliki 5 kursi di DPRD Tanjungpinang. Husnizar  yang saat ini menjadi wakil ketua DPRD Tanjungpinang berpasangan dengan anggota DPRD Provinsi Kepri Rudy Chua. Pasangan ini dianggap sebagai kuda hitam yang bisa saja berpeluangan memenangkan pilkada Tanjungpinang. Apalagi belajar dari pilkada DKI Jakarta, pasangan Jokowi-Ahok berhasil menang melawan patahana Fauzi Bowo. Suara kalangan Tionghoa yang jumlahnya hampir 20.000 di Tanjungpinang salah satu keunggulan pasangan ini.

Sedangkan pasangan keempat Hendry Frankim-Yusrizal. Pasangan yang didukung partai PIB dan beberapa partai non kursi ini mengenjutkan banyak kalangan. Isu yang berkembang, pasangan ini dianggap untuk menghadang laju Rudy Chua dibantah Frankim. "Kami ikut pilkada untuk menang," kata dia.

 Masalahnya, Frankim yang berlatar belakang etnis Tionghoa juga diduga untuk memecah suara Rudy Chua. Karena pasangan ini sama-sama mengandalkan suara Tionghoa Tanjungpinang. Menurut Frankim, dia pernah lima tahun jadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia, tentunya telah memiliki jam terbang yang tinggi bagaimana mengelola pemerintahan.

"Apalagi pasangan saya Pak Yusrizal pejabat senior di Kepri. Mantan Bupati Kabupaten Anambas yang tentunya berpengalaman dalam memimpin daerah. Dari segi pengalaman, tentu kami lebih senior dan berpangalaman," kata Frankim yang saat ini sibuk turun ke rakyat untuk mengetahui apa yang jadi keinginan masyarakat Tanjungpinang. Frankim juga tak jarang terlihat gotong rotong membuang sampah bersama masyarakat.

Menurut pengamat politik dari Sekolah Tinggi Ilmu Politik Raja Haji Tanjungpinang, Zamzami A Karim, calon saat ini memang beragam latar belakang. Hanya saja, mereka belum memiliki program yang terukur untuk lima tahun ke depan. Program yang mereka tawarkan masih semu yang saat ini mengandalkan pencitraan di media.

"Karena kekuatan masing-masing kandidat merata. Tidak ada yang menonjol. Pertarungan di pilkada kali ini memang seimbang. Tapi rakyat udah punya pilihan siapa yang mereka dukung," ujar mahasiswa program doktor di salah satu universitas di Malaysia itu.


Mengembalikan kejayaan masa lalu


Tanjungpinang bukanlah daerah baru. Nama Tanjungpinang pernah berkibar sampai seantero jagad raya. Negeri ini penghasil gambir yang paling diminati Belanda. Bahkan sebelum Singapura berkembang seperti saat ini, Tanjungpinang yang merupakan pusat perdagangan di kawasan pesisir Sumatera. Tak heran karena majunya Tanjungpinang, menyebabkan Belanda maupun Portugis tertarik untuk menguasai daerah Melayu ini. Tanjungpinang jadi pusat perdagangan yang mengubungkan dengan Malaysia dan Singapura ketika itu. Kejayaan Tanjungpinang pun masih dirasakan ketika daerah ini pernah menggunakan mata uang dolar sebagai alat pembayaran. Dan jadi pusat pemerintahan Provinsi Riau.

"Saya sempat merasakan kejayaan perdagangan Tanjungpinang pada saat itu," ujar Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Tanjungpinang Bobby Jayanto belum lama ini. Sebagai pelaku usaha, ia paham kejayaan perdagangan yang terjadi di daerah ini.  Tanjungpinang mulai redup ketika pusat pemerintahan Provinsi Riau dipindahkan ke Pekanbaru. Sejak itu, aktivitas perekonomian menurun drastis. Apalagi, kebijakan pemerintah menjadikan Pulau Batam menjadi kawasan khusus di bidang industri dan perdagangan menyebabkan Tanjungpinang kian tenggelam.

Peran Batam yang dinaungi Menteri Teknologi BJ Habibie melesat jauh meninggalkan Tanjungpinang. Orang lebih mengenal Batam dibandingkan dengan Tanjungpinang. Padahal daerah ini sudah 227 tahun dibangun. Sedangkan Batam, baru dilakukan pembangunan tahun 1970. Batam diubah dari pulau yang tak bertuan menjelma menjadi pusat kawasan industri dan perdagangan. Daya tarik Batam menyebabkan daerah itu menjadi kawasan industri primadona investor. Inilah salah satu faktor, jumlah penduduk Batam cepat bertambah dari 40 ribu saat ini menjadi 1 juta jiwa lebih. Sedangkan Tanjungpinang belum menembus angka 230 ribu sampai dengan tahun 2012.

Kota Gurindam mulai kembali bergairah ketika pusat pemerintahan Provinsi Kepri dipindah dari Batam ke Tanjungpinang sesuai dengan Undang-Undang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau No25 Tahun 2002. Di mana dalam UU tersebut ditegaskan, Pusat Pemerintahan Kepri berada di Tanjungpinang. Padahal, Batam secara infrastruktur jauh lebih memadai dibandingkan dengan Tanjungpinang yang masih minim infrastruktur.Tak heran Ismeth Abdullah, ketika itu jadi Ketua Otorita Batam meminjam bangunan milik Otorita Batam untuk dijadikan kantor sementara pegawai Pemprov Kepri.

Historis kebesaran Tanjungpinang pada masa lalu menjadikan daerah ini pusat pemerintahan.Karena memang, daerah ini merupakan daerah yang sudah berjaya sejak abad 18. Kenangan sejarah itulah yang melekat menyebabkan tokoh pejuang Kepri seperti Abdul Malik, berusaha pusat pemerintahan tetap di Tanjungpinang.

"Biarlah Batam maju di bidang industri dan perdagangan. Karena Tanjungpinang sulit rasanya mengejar Batam di bidang tersebut. Tanjungpinang kita jadikan kota budaya dan pendidikan," kata Abdul Malik yang saat ini jadi Dekan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjungpinang.

Daerah ini, kata dia, memiliki nilai sejarah yang tinggi sebagai tempat lahirnya ide-ide besar. Sehingga budaya dan iklim pendidikan terus dipertahankan.Tradisi tulis menulis, pantun,hingga politik sudah berkembang pesat di Tanjungpinang. Mendahului daerah lain di Nusantara.
Harusnya, kata Malik, generasi muda saat ini harus lebih baik dari generasi sebelumnya baik itu Raja Ali Haji maupun Raja Ali Kelana.
"Karena fasilitas kita sebenarnya jauh lebih modern dibandingkan dengan fasilitas zaman dulu," ujar Malik yang saat ini sedang menyelesaikan pendidikan doktor di Malaysia itu yakin.

Hanya saja, menurutnya, pemerintah harus memiliki komitmen untuk melaksanakan pembangunan budaya, perekonomian, pendidikan dan lainnya. Sehingga, Tanjungpinang memiliki karekater yang kuat. Ia mencontohkan Malaka yang berhasil menjadi kota pariwisata di Malaysia.Tiap tahun jutaan orang ke Malaka hanya untuk berobat. Dan itu kebanyakan dari Indonesia.

"Saya kira Tanjungpinang bukan tidak mungkin menjadi pusat budaya regional dan internasional jika dikelola dengan baik.Karena kita memiliki potensi itu dibandingkan daerah lain. Peninggalan sejarah itu adalah aset berharga," kata Abdul Malik.

Sedangkan menurut Wakil Ketua Komisi  Keuangan dan Perbankan Dewan Perwakilan Rakyat(DPR) Harry Azhar Azis, perkembangan Tanjungpinang memang terbilang lamban dalam hal pembangunan infrastruktur dan sarana publik. Harry yang menghabiskan masa kecil di Tanjungpinang ingat betul, kawasan ia biasa  bermain di dekat bilangan Hotel Laguna, Tenis Ban, dan Pasar di Jalan Merdeka tidak banyak mengalami perubahan yang signifikan.Padahal itu sudah lebih dari 45 tahun.

"Jika kita bandingkan dengan kota sejenis lainnya, maka perkembangan Tanjungpinang saya katakan lamban. Tidak ada perubahan yang berarti di tata kota. Makanya, calon pemimpin Tanjungpinang ke depan harus memiliki visi dan misi yang kuat dan terencana dalam melaksanakan pembangunan," kata dia.

Permasalahan kota ini, menurutnya, masih pada tahap menyelesaikan masalah mendasar seperti Tanjungpinang akan mengalami keterbatasan jalan raya.Karena kondisi jalan di Tanjungpinang saat ini sudah terbatas. Apalagi 10 atau 20 tahun yang akan datang.Jika pemerintah tidak mengantisipasi dari sekarang, maka masyarakat akan stres seperti di Jakarta karena jalanan mulai macet. Pertambahan kendaraan disertai jumlah penduduk tidak disertai dengan pembangunan jalan baru sesuai dengan pertumbuhan penduduk. Padahal jumlah kendaraan baru terus bertambah. Pertumbuhan kendaraan di Tanjungpinang tertinggi. Kasubdit Regident Ditlantas Polda Kepri AKBP Patar Gunawan menyampaikan, di
Tanjungpinang saat ini roda dua berjumlah 191.031 unit dan roda empat 27.524 unit.

Harry melanjutkan, kedua tantangan pemerintah ke depan bagaimana meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sehingga dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, bisa membuka lapagan usaha di mana akhirnya menyerap lapangan pekerjaan dalam jumlah besar. Kita lihat saat ini, perekonomian masih digerakkan oleh dukungan dana APBD kota  APBD Provinsi Kepri dan APBD Kabupaten Bintan yang nilainya saat ini sekitar Rp3,8 triliun. Kekuatan perekonomian dari sektor industri masih minim.

Kebijakan ditetapkanya Tanjungpinang sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (FTZ) sejak disahkannya Undang-Undang No 44 Tahun 2007 belum memberikan dampak positif untuk pertumbuhan ekonomi. Hal ini, kata Harry, harus jadi evaluasi pemerintah ke depan. Mengapa FTZ di Tanjungpinang tidak bergerak sama sekali.Padahal dengan ditetapkannya Tanjungpinang sebagai kawasan ekonomi khusus harusnya menjadi stimulan percepatan pembangunan bidang ekonomi. Permasalahan hambatan perundang-undangan, dan masalah lahan harus diselesaikan. Sehingga daerah ini siap melayani investor yang ingin menanamkan modalnya.

"Saya masih punya mimpi Tanjungpinang nanti kembali menemui kejayaan sebagai kawasan yang maju. Memang masalah hambatan FTZ itu yang ada saat ini barang tidak bebas keluar masuk dari kawasan FTZ ke Bintan dan Tanjungpinang. Itulah jadi hambatan teknis.Tapi ke depan harus diperbaiki," kata dia.

Masalah ketiga menurut doktor ekonomi lulusan Okhlohama University, AS itu menyebutkan, pembangunan infrastruktur masih lamban.Menurut Harry, sejak daerah ditetapkan sebagai daeah otonom, harusnya di usia yang lebih 10 tahun, Pemko sudah memiliki sarana perkantoran yang memadai. Bukan seperti sekarang di mana beberapa kantor pemerintah masih menggunakan ruko untuk melayani kepentingan publik.

Suryatati saat ini memang sudah melaksanakan pembangunan sejumlah perkantoran di Senggarang. Hanya saja pusat pemerintahan terpadu itu belum selesai dikerjakan. Tahun 2013 dijadwalkan, perkantoran tersebtu bisa selesai.

"Ya, dengan anggaran yang terbatas, kita tak bisa langsung membangun perkantoran, kita selesaikan yang penting dahulu untuk pelayanan publik," ujar Suryatati ketika ditanya masalah kritik yang disampaikan Harry.

Pengamat politik dari Universitas UMRAH Suradji mengakui, selama ini memang pembangunan di Tanjungpinang di bidang infrastruktur masih kurang. Ke depan, pemerintah harus menjawab pertanyaan keinginan publik mendapatkan pelayanan yang maksimal. "Ibu wali memang berhasil membangun citra kota ini sebagai kota berbudaya terutama pantun. Tapi di bidang infrastruktur belum maksimal," kata dia.

Berbeda dengan Suradji, berdasarkan hasil survei integritas layanan publik versi Komisi Pemberantasan Korupsi, Kota Tanjungpinang, khusus indeks Integritas layanan berada dalam urutan ke 5 terbaik dengan score 5,59 dari 22 kota yang disurvei. Angka tersebut diatas  indeks Integritas Nasional (IIN) yaitu 5,42.  Sedangkan untuk indeks gabungan, Kota Tanjungpinang berada dalam urutan ke 4 dengan score 5,72 dari 22 kota yang di survei.

Indeks Integritas Layanan tertinggi 5 besar layanan Pemerintah Kota adalah Surabaya dengan score 6,13, diikuti 2. Samarinda (6,11), 3. Jogjakarta (5,89), 4. Ambon (5,60), 5. Tanjungpinang (5,59).

Dalam survei tersebut, KPK mengharapkan agar pemda mencapai angka 6 sebagai layanan standar minimum. Wan Samsi, Asisten Pemerintahan bidang Kesra Pemko Tanjungpinang mengatakan, KPK berharap seluruh Kota mencapai skor minimal adalah 6,00 sehingga harus meningkatkan pelayanan publik yang transparan. Demikian pula halnya Kota Tanjungpinang, berdasarkan survei integritas layanan yang dilakukan KPK menunjukkan peningkatan perbaikan yang pesat,  dan akan terus ditingkatkan sesuai dengan ekspose yang disampaikan KPK.

Walikota Tanjungpinang, Suryatati A. Manan, menyampaikan apresiasi atas peningkatan capaian layanan Kota Tanjungpinang, yang mengalami peningkatan pesat dibandingkan dengan survey yang sama oleh KPK pada tahun sebelumnya. Namun demikian, komitmen Pemko Tanjungpinang untuk terus meningkatkan pelayanan publik akan terus dilakukan, tidak saja pada item yang disurvey tetapi juga pada seluruh unit pelayanan yang ada.


Ini kemenangan rakyat

Pesta demokrasi Tanjungpinang sudah selesai dengan kemenangan Lis Darmansyah-Syahrul. Pasangan ini ditetapkan KPU sebagai pemenang Pilkada Tanjungpinang yang dilaksanakan Rabu (31/10). Lis Darmansyah-Syahrul menang dengan perolehan suara sebanyak 39.129 suara atau 46,01 persen. Sedangkan pasangan nomor urut 1 Maya Suryanti-Tengku Dahlan berada di urutan kedua dengan perolehan 26.616 suara atau 31,30 persen. Kemudian pasangan nomor urut 4 Husnizar Hood-Rudy Chua memperoleh 13.838 suara atau 16,27 persen dan pasangan nomor urut 3 Hendry Frankim-Yusrizal memperoleh 5.459 suara atau sebesar 6,42 persen.

Januari tahun depan, Lis-Syahrul akan dilantik menjadi wali kota. Tentu permasalahan-permasalahan yang ada di daerah ini sudah dikantongi sehingga ketika gong peresmian dimulai, Lis sudah menyingsingkan lengan bahu membahu bersama dengan semua komponen untuk melaksanakan pembangunan.

Indentitas Tanjungpinang sebagai kota yang budaya diharapkan terus dikembangkan. Indria Samego, salah satu penalis yang hadir saat debat kandidat memuji Tanjungpinang sebagai kota yang identik dengan pantun. "Saya suka pantun," ujar Indria ketika meminta kepada empat pasangan tersebut menggunakan pantun saat debat kandidat.

Suryatati A Manan, wali kota saat ini berhasil membuat citra Tanjungpinang sebagai kota pantun. Ia membuat trobosan perlombaan pantun di kalangan remaja hingga dewasa. Bahkan setiap acara pemerintahan, Suryatati tak lupa berpantun. "Pantun ini harus kita biasakan," ujar Tatik, nama yang biasa dipanggil.

Bagi Lis dan Syahrul, keberhasilan budaya pantun  yang sudah dikembangkan Suryatati akan terus dipertahankan."Apalagi saya memang suka pantun," ujar Syahrul. Menurut Syahrul, kebudayaan kebudayaan yang ada di Tanjungpinang pasti mereka lestarikan. Bukan hanya dilestarikan, namun dikembangkan. Hanya saja, tahap pertama yang akan dilakukan adalah membenahi infrastruktur Tanjungpinang dan permasalahan lainnya.

Sedangkan di tempat terpisah Lis mengatakan, kemenangan mereka di pilkada Tanjungpinang merupakan kemenangan rakyat Tanjungpinang. Sehingga setelah kemenangan ini Lis mengajak semua komponen untuk bersama-sama melaksanakan pembangunan di segala bidang. "Sudah saatnya bersama-sama kita membangun demi mensejahterakan rakyat," uja Lis.  Ucapan kebesaran hati dari lawan politik datang dari Maya, Husnizar dan Frankim.

Maya sendiri melakukan konferensi pers di Aston Hotel ketika mereka tahu dalam hitungan cepat, perolehan suara Lis lebih unggul. "Kami mengucapkan selamat kepada Pak Lis.Moga bisa melaksanakan pembangunan dengan baik," kata Maya yang akan kembali ke pekerjaannya membuka praktik kecantikan. Sedangkan Husnizar kembali menjadi anggota DPRD Tanjungpinang. Melalui DPRD saya juga membangun," kata Nizar. Sedangkan Frankim meminta dijadikan stag khusus Lis.

Akhirnya, lima tahun ke depan, Tanjungpinang akan dipimpin Lis Darmansyah bersama Syahrul. Tentu pembangunan dilaksanakan berdasarkan visi dan misi yang dituangkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). "Untuk mencapai visi dan misi, kita memerlukan sumber daya yang handal," ujar Lis.

Dalam waktu yang singkat ini, kata Lis, mereka akan berusaha mewujudkan janji kampanye seperti mangatasi masalah listrik, air, pertanahan dan lain lain.

"Fokus kami ke depan, tetap menjadikan Tanjungpinang kota pelajar di mana kualitas sumber daya manusianya bisa bersaing di taraf nasional," tegasnya.

Di bidang ekonomi, pasangan ini ingin status FTZ di Tanjungpinang dioptimalkan. Dengan demikian, peluang penciptaan lapangan kerja bisa lebih banyak. "Kita memerlukan trobosan baru bagaimana FTZ bisa berjalan sesuai harapan."

"Karena jika berfungsi dengan baik, Free Trade Zone itu akan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi Tanjungpinang," kata Wakil Ketua DPRD Kepri itu.***


terbit di KP/11/2012












1 komentar:

Unknown mengatakan...

https://kusren.blogspot.com/b/post-preview?token=aOoizkYBAAA.6xCCZ_vt4yvAT_64okkeyw.syaEwmLRGh6ieH8VGTujwg&postId=8539072624937240353&type=POST



PAK.NE TUGAS SAYA:KUSREN