Selasa, 23 Oktober 2012

Pertempuran di Menit Akhir

kantor wali kota
Empat pasangan calon wali kota Tanjungpinang saat ini sedang berusaha meraih simpati dari masyarakat Tanjungpinang. Mereka berharap, di waktu tersisa mengeluarkan kekuatan secara maksimal guna memenangi pertarungan: menjadi wali kota lima tahun ke depan.

Waktu kampanye calon di Lapangan Pamedan terlihat calon wali kota lebih banyak menjanjikan sesuatu yang abstrak tidak nyata. Sehingga retorika politik yang disampaikan juru kampanye di atas panggung bukan meresap ke dalam hati hadirin yang datang. Pesan  pada saat kampanye yang tentunya banyak modal itu tak singgah di lubuk hati pemilih.


Hal ini bisa saja disebabkan, calon yang ada tidak intens melakukan pendekatan personal yang nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan kampanye terbuka di lapangan.

Janji-janji kampanye masih sebatas awang-awang. Bentuk nyata untuk mewujudkan pemerintahan yang pro kepada rakyat belum bisa dijelaskan kandidat.

Permasalahan di Tanjungpinang yang mudah terlihat adalah tingginya biaya hidup, fasilitas jalan raya yang mulai sempit, arena bermain tidak ada, kerusakan lingkungan akibat membabibutanya perizinan bauksit, listrik yang tidak stabil. Selanjutnya permasalahan air bersih, dan tentunya ketersediaan lapangan kerja di sektor swasta yang minim.

Persoalan di atas harusnya dijawab dengan gamblang oleh kandidat. Tujuannya agar permasalahan itu bisa diselesaikan dalam waktu yang singkat.

Banyaknya persoalan di negeri ini harus kita tuntaskan supaya jangan ada juriga antarakita. Hal inilah diperlukan pemimpin yang mau mendengarkan masukan dari bawahan.

Pemimpin yang lahir dari rahim politik akan terbiasa menghadapi persoalan-persoalan yang berkembang di tengah-tengah publik. Di saat keputusan diambil dalam waktu singkat, diperlukan jam terbang.

Pemilih yang cerdas harusnya memilih pemimpin yang memliki kemampuan intelektual, integris, dan track recordnya bagus selama menjadi pemimpin.

Islam sudah mengatur dalam memilih pemimpin. Seandainya pemilihan pemimpin daerah menggunakan cara-cara islami, maka tidak akan ada lagi laporan yang masuk ke Bawaslu. Akhinya, masyarakat punya pilihan, mana yan terbaik  di antara empat pasang tersebut.***

18 Okt 2012/KP












1 komentar:

azizahnazi mengatakan...

pak roby, saya menangkap tentang penyelesaian singkat terhadap permasalahan di tanjungpinang.
menurut bapak, waktu yang singkat itu seperti apa pak?

karena kalau melihat masalah yang seabrek, saya pikir harus ada target waktu penyelesaian maslahnya.

makasih ya pak udah berbagi tulisannya :D