Jumat, 17 Maret 2017

Generasi Emas dan Masjid

Lihatlah salat berjamaah di masjid masjid di Kepri. Berapa banyak anak-anak maupun remaja yang mengikuti salat berjamaah? Mayoritas masjid diisi oleh jamaah yang berumur di atas 40 ke atas. 


Padahal, 1400 tahun lalu di Madinah, masjid adalah tempat pusat penyebaran ilmu di zaman Nabi Muhammad SAW. Sadar atau tidak, generasi kita saat ini lebih senang berada di mall, bioskop, pantai, gunung, kafe dan kedai kopi. Mereka lebih suka berada di tempat penuh keramaian dibandingkan dengan mereka berada di masjid.

Kita juga harus berusaha memebudayakan kebiasaan membaca di kalangan generasi muda yang mulai parah. Hal itu berdasarkan hasil penelitian UNISCO 2012 yang mendapatkan data bahwa penduduk Indonesia dalam setahun hanya membaca 0,001 buku per tahun. Indeks minat baca warga Indonesia baru mencapai angka 0,001. Artinya dalam setiap 1.000 orang Indonesia, hanya ada satu orang yang  memiliki minat baca secara serius.


Namun Indonesia adalah negara termasuk paling ramai di dunia di urusan media sosial. Bahkan Jakarta adalah termasuk lima kota dunia yang paling cerewet sejagat. Dengan minat baca yang rendah, namun Indonesia termasuk lima besar pengguna medsos, maka bisa dibayangkan apa saja yang dibahas. Tak heran, zaman banjir informasi sekarang ini menyebabkan banyak berintah yang tidak 

terverifikasi dengan baik sesuai dengan fakta menjadi konsumsi publik. Dan belum lama ini di acara pelantikan parpol awal 2017, Presiden Jokowi menyatakan demokrasi kita kebablasan. Padahal, berdasarkan Freedom House, kualitas demokrasi di Indonesia belum lah dikatakan baik seperti negara negara barat ataupun Amerika yang sudah 250 tahun lebih berdemokrasi. Kita baru saha belum dua dasawarsa berdemokrasi secara berdemokrasi.

Jika anda melihat anak-anak muda duduk di kedai kopi namun mereka lebih sibuk dengan gadget daripada bercakap dengan rekan rekannya yang duduk bersebelahan adalah hal yang biasa. Bahkan ketika masuk di masjid, kita sering mendengar bunyi suara ponsel bukanlah hal yang biasa. 

Oleh karena itu, mulailah saat ini kita membiasakan anak anak untuk mencintai masjid. Membuat mereka lebih bahagia berada di masjid. Karena 1400 tahun yang lalu, ketika Nabi Muhammad hijrah dari Mekkah ke Madinah, maka yang dibangun nabi pertama kali adalah masjid. Karena masjid  di masjid lah menjadi pusat peradaban ketika itu.

Kalau ada masjid yang sepi dari anak-anak, maka kita juga harus khawatir, siapa yang akan melanjutkan jika generasi tua tersebut sudah tiada. Kebiasanya baik membawa anak-anak ke masjid harus menjadi kultur. Karena hal itu akan membawa efek baik bagi perkembangan generasi muda yang datang. Karena hati mereka sejak kecil sudah dibiasakan dekat dengan masjid.

Bukankah Allah memberikan nilai lebih kepada pemuda yang selalu beribadah kepada Allah. Ada 7 golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya. Pada hari itu, tidak ada naungan, kecuali nanungan Allah. Golongan tersebut adalah pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh di dalam beribadah kepada Allah, seseorang yang hatinya senantiasa terpaut dengan masjid-masjid, dua orang yang saling mengasihi karena Allah, mereka bertemu dan berpisah karena Allah, seorang 
laki-laki yang diundang oleh seorang perempuan yang berkedudukan dan berwajah elok (untuk melakukan kejahatan) tetapi dia berkata, 'Aku takut kepada Allah!', seorang yang memberi  sedekah, tetapi dia merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan  oleh tangan kanannya, dan seorang yang mengingat Allah di kala sendirian sehingga menetes air matanya." (HR Bukhori).

Untuk membiasakan anak anak di masjid tidak bisa setelah ia dewasa. Sebab pembentukan karakter anak dimulai sejak usia dini. Jika anak sudah terbiasa dari usia dini berada di masjid, insya  Allah mereka tumbuh menjadi remaja, pemuda dan orang tua yang senantiasa cinta masjid.

Allah banyak memuji pemuda di dalam Al Quran. Karena proses dakwah Islam juga banyak disebarkan oleh kalangan pemuda Islam. "Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam Keadaan takut bahwa Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir'aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. dan Sesungguhnya Dia Termasuk orang-orang yang melampaui batas. " (Q.S.Yunus :83).

Alangkah strategisnya jika pemerintah daerah memberikan sedikit paksaan kepada anak-anak remaja baik usia SD, SMP dan SMA untuk senantiasa salat wajib di masjid. Jika sudah terbiasa maka tidak perlu dipaksakan. Sebab sudah membudaya. Untuk itu harus dimulai gerakan memakmurkan masjid bagi anak anak sekolah. Bahkan kalau perlu pemerintah melalui sekolah membuat kebijakan salat lima waktu di masjid seperti subuh, magrib dan isya. Inilah salah satu cara pembangunan karakter
religius guna melahirkan generasi emas Indonesia.***























Tidak ada komentar: