Rabu, 13 Januari 2016

Menjaga Pemilu

Pilkada serentak yang tengah berlangsung saat ini kesuksesannya tergantung kita semua.Bukanlah dibebankan kepada penyelenggara pemilu.Namun, Keberhasilannya ditentukan oleh seluruh elemen baik pasangan calon, penyelanggara pemilu, tim sukses, tokoh masyarakat, aparat keamanan dan yang terpenting masyarakat yang bersedia datang ke TPS untuk memberikan hak suaranya. 

   

Menurut Ketua KPU RI Husni Kamil Manik,  selama pilkada serentak yang diikuti 269 daerah Kabupaten kota dan 9 provinsi, saat ini masih berlangsung dengan baik.Bahkan Presiden Jokowi menyebutkan, dari beberapa kunjungan kerja di daerah pilkada tahun ini lebih senyap.Tentunya itulah keinginan Kita bersama agar pergantian kepemimpinan di daerah di Indonesia berlangsung dengan baik.   Pengalaman penyelenggara pemilu yang telah terbukti dalam pilpres dan pileg 2014 menjadi bekal dalam pilkada serentak terbesar dalam sepanjang sejarah Indonesia merdeka, bahkan di dunia. Keberhasilan pilkada serentak 2015 ini menjadi contoh untuk pilkada gelombang kedua 2017 dan gelombang ketiga 2018.Bahkan menjadi percontohan negara lain jika kita berhasil dalam melaksanakan pilkada. 

KPU sudah mengingatkan kepada seluruh jajaran adhock di bawahnya pulai dari PPK,PPS dan KPPS di tingkat paling bawah untuk menjaga integritas di setiap tahapan.Bahkan dengan adanya pengawas di tiap TPS akan menambah kepercayaan publik terhadap hasil pemilu serentak. KPU juga berusaha melakukan pengawasan dengan men scan formulir C1 yang berasal dari TPS di laman website KPU pada hari yang sama.Ditargetkan hari ketiga seluruh C1 dapat diupload dan siapapun bisa melihat untuk mengetahui hasil pemilu di tiap kecamatan, kabupaten/ kota sambil menunggu sidang pleno yang ditetapkan secara manual. 

Dengan demikian, hasil pemilu bisa dilihat oleh semua orang di dunia bukan hanya yang berada di daerah yang melaksanakan pilkada.  Pada dasarnya model konflik yang rawan itu akan terjadi di tahapan pada saat penetapan calon dan rekapitulasi. Dengan model rekapitulasi langsung ke PPK maka, prosesnya bisa lebih efiesien. Pada pilkada serentak kali ini titik penting perhitungan di PPK. Oleh karena itu strategi KPU melakukan scan C1 setidaknya dapat mengawal proses tersebut. Memang jika pada saat pengisian C1 terdapat kesalahan, maka di rekapitulasi tingkat kecamatan akan dilakukan pembetulan.Namun biasanya tidak terlalu berbeda jauh dari hasil C1.

 Belajar dari pengalaman pilpres 2014, yang tidak berbeda jauh dari model pilkada serentak sejumlah pihak yang membandingkan hasil scan C1 dengan perhitungan manual KPU hanya terjadi selisih 0,025 persen. Adalah situs kawalpemilu melakukan hal tersebut sehingga deviasi perbedaan dengan perhitungan KPU hampir sama hanya beda 0,0 25 persen. Lantas bagaimana dengan animo pemilih? Apakah bisa mendekati suara pilpres atau bahkan melebihi pilpres, maka pertanyaan tersebut bisa dilihat setelah tanggal 9 Desember.Namun secara nasional KPU menargetkan partisipasi pemilih 77 persen. Indonesia pernah menoreh sejarah dengan partisipasi tertinggi sebanyak 137 juta orang menggunakan hak suara pada pilpres lalu.Dan prestasi tersebut sebagai pemilih terbanyak di dunia mengalahkan pemilih di Amerika Serikat ketiga Obama terpilih tahun 2008 dengan angka pemilih 131 juta orang.

 Lantas apakah pilkada serentak tahun ini yang melibatkan lebih dari separuh penduduk Nusantara bisa mencapai 77 persen, maka jawabannya tergantung dari mana usaha tim sukses, penyelenggara pemilu melakukan sosialisasi mengajak warga memilih di TPS. KPU juga sudah berperan dalam melaksanakan kampanye kepada pemilih dengan memasang alat peraga kampanye dan memasang Iklan di media cetak dan elektronik.KPU juga berusaha melakukan pertemuan dengan warga dan melakukan dialog kepada warga ketiga petugas memgantarkan surat pemberitahuan C6 ke warga.Surat tersebut bukanlah undangan bak pesta pernikahan jika tak diundang haram kalau datang.C6 sebagai Surat pemberitahuan bahwa tanggal 9 Deaember 2015 mulai dari pukul 07.00 hingga 13.00 warga yang terdaftar dalam DPT DPTB1 untuk menggunakan hak suaranya.Bahkan jika tidak terdaftar dalam DPT maupun DPTB1 tetap bisa memilih dengan KTP maupun KK satu jam terakhir dengan menunjukkan KTP di TPS sesuai dengan alamat yang tertera di indentitas kependudukan yang dimiliki. 

Seperti itulah usaha KPU mengajak warga memilih.Dan sekarang tinggal bagaimana pasangan calon meyakinkan rakyat Untuk memilih mereka.Dan sejauhmana harapan publik tersebut bisa diperjuangkan oleh calon terpilih.
Jika pemilih merasa tak puas dengan kandidat yang ada, maka hal tersebut juga akan mempengaruhi partisipasi pemilih.Kita bisa mengambil contoh misalnya di Amerika.Ketika Obama terpilih pada periode pertama 2008, partipasi pemilih menembus 131 juta,namun di pilpres periode kedua kemenangan Obama, partisipasi pemilih lebih kecil dibandingkan dengan kemunculan Obama yang dianggap akan membawa perubahan di AS. Namun harapan tersebut tak terlalu mengembirakan sehingga di periode keduanya, Obama menang dengan tidak sebanyak periode pertama. Harapan publik kepada calon Gubernur, bupati atau Walikota sangat mempengaruhi kedatangan mereka ke TPS.Karena jika calon yang ada dianggap akan membawa perubahan, kemungkinan besar warga akan berduyun duyun datang ke tempat pemungutan suara.
Sekarang pilkada Kepri tinggal menanti lebih kurang dua minggu lagi. Besar harapan KPU dan kita semua maayarakat Kepri berduyun duyun datang ke TPS untuk memberikan hak suaranya.Dan siapapun yang menang adalah kemenangan kita bersama. Setiap pertandingan pastilah ada yang menang dan kalah.Dan KPU maupun Bawaslu bertindak sebagai wasit dalam pertandingan tersebut.Yang harus menjaga pertandingan berlangsung dengan fair. Belajar dari pengalaman pilpres dan pileg yang lebih rumit, KPU mampu melahirkan pesta demokrasi yang sudah diakui dunia. Semoga pilkada serentak ini bisa lebih sukses dari pemilu sebelumnya. Aamiin.                                                                      
terbit di SINDO BATAM 8 Desember 2015

Tidak ada komentar: