Minggu, 06 Juli 2014

Detik-detik yang Menentukan


Indonesia saat ini tidak memerlukan kita mengangkat senjata untuk melawan penjajah seperti zaman kolonial. Kita juga tak diminta berjuang sampai tetes daerah penghabisan, kehilangan harta benda, nyawa, dan kehormatan. 


Namun, negeri yang bernama Indonesia sekarang mengharapkan kita sebagai rakyatnya mengangkat tangan dan kaki melangkah menuju tempat suara guna mencoblos pada Rabu 9 Juli 2014. Mencoblos dengan kebebasan tanpa interpensi siapapun baik dari atasan hingga pimpinan wilayah.  

Mencoblos menentukan masa depan Indonesia lima tahun yang akan datang. Tentu kita berharap, apapun hasil pemilu pada 9 Juli harus kita hormati sebagai  pilihan rakyat yang sudah menggunakan haknya menentukan pilihan dengan menggunakan kebebasan hak yang dijaga oleh konstitusi kita dengan landasan Undang-Undang No 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.

Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, setelah India, Amerika Indonesia sudah teruji dalam menyelenggaran pemilu presiden di era reformasi pada tahun 1999, 2004 dan 2009. Maka di pilpres 2014, harusnya kita bisa menyelenggaran pemilu yang lebih baik lagi. Kita sudah banyak belajar dari pengalaman masa lalu. Apalagi pesta demokrasi tersebut dilakukan pada bulan Suci Ramadhan yang tentunya memiliki banyak kelebihan.

Jumlah pemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) di Indonesia saat ini 190,2 juta jiwa sedangkan di Kepri terdapat  1,3 juta dan di Tanjungpinang sendiri 146.545 pemilih. Itulah daftar pemilih yang diberikan hak untuk menggunakan suara. Kemudian ditambah Daftar Pemilih Khusus (DPK), Daftar Pemilih Khusus Tambahan (DPKTb) dan pemilih yang pindah pilih dengan menggunakan A5 atau DPTb.

Mereka yang tidak terdaftar di DPT, DPK, DPTB masih diberikan hak untuk memilih dengan menggunakan dokumen kependudukan seperti KTP, KK, paspor atau yang paling rendah surat keterangan lurah. Dan memilih di alamat yang tertera di dokumen kependudukan tersebut. KPU memberikan kemudahan bagi rakyat Indonesia guna menggunakan hak pilihnya dengan sebaik baiknya. Dan mereka yang sudah terdaftar tapi tidak mendapatkan surat pemberitahuan atau C6 juga masih bisa memilih dengan datang ke TPS dengan menunjukkan KTP.

Kita pun saat ini sudah diberikan informasi yang lengkap mengenai siapa calon pemimpin kita ke depan. Dengan itulah, maka pilihan pada Rabu 9 Juli 2014 dari pukul 07.00-13.00 penuhilah Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang sudah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Dan awasi segala bentuk kecurangan yang bisa dilakukan siapapun itu.

Karena pemilihan presiden tahun 2014 ini adalah tonggak sejarah baru yang akan membawa Indonesia menjadi negeri yang makmur jika proses pergantian kepemimpinan berjalan dengan baik. Pemilu merupakan jalan yang dianggap paling elegan saat saat ini sebagai cara pergantian kepemimpinan nasional. Sehingga apapun hasil yang diperoleh harus dihargai oleh semua pihak. 

Tentu kita sudah belajar banyak dari kegagalan pemilu di Mesir, Thailand, yang berakhir dengan kegonjangan hebat hingga kudeta kekuasaan yang bertentangan dengan semangat demokrasi. Oleh karena itu, riak-riak di tengah masyarakat yang bisa memantik permasalahan harus segera diselesaikan sehingga hasil pemilu 9 Juli bisa diterima semua pihak. Sehingga konsensus nasional Indonesia mewujudkan cita cita pendiri bangsa cepat diwujudkan dengan adanya pergantian kepemimpinan nasional yang berjalan baik. 
Satukan Perbedaan

Sejak dimulai masa pencapresan, mungkin banyak kalangan yang terlibat di dalam tim sukses pemenangan capres berbeda pendapat siapa pemimpin yang layak pemimpin negara besar seperti Indonesia. Hal itu bisa dimaklumi karena masing-masing tokoh menjatuhkan pilihan yang berbeda-beda. Sehingga semakin dimulainya masa kampanye, menyebabkan perbedaan kian kentara. Perang di media sosial hingga perang statement tak bisa dihindari lagi di media massa. 

Setiap perbedaan itu harusnya bisa diselesaikan setelah diketahui siapa pemenang dari kompetisi. Kita tak sedang menjalani perang Baratayudha seperti kisah Mahabarata. Indonesia sekarang sedang menjalani proses pemilu untuk melakukan pergantian pemimpin. Sehingga ketika selesai proses pemilu, maka selesai juga persaingan persaingan antargolongan, partai, serta kelompok manapun yang telah berbeda saat memberikan dukungan kepada pasangan calon presiden. Apalagi di bulan Ramadhan yang diharapkan membawa kebaikan terhadap bangsa Indonesia yang sedang berdemokrasi. Kita hendaknya bersalaman dan berpelukan karena tugas kita sebagai warga negara sudah selesai mengantarkan negara memiliki pemimpin baru  yang tentunya membawa harapan baru.

Di dalam Kitab Suci Al-Quran Allah berfirman, "Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu" (Lihat Q. S. An-Nisa 4): 5. Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa ulil amri, umara atau penguasa adalah orang yang mendapat amanah untuk mengurus urusan orang lain. Dengan kata lain, pemimpin itu adalah orang yang mendapat amanah untuk mengurus urusan rakyat.
Presiden atau pemimpin negara juga dikatakan khadimul ummah (pelayan umat). Maka, ketika seseorang selesai dilantik pemegang amanah, maka Ia harus menempatkan diri pada posisi sebagai pelayan masyarakat, bukan minta dilayani. 

Dan saat ini Indonesia sedang mencari pemimpin sejati itu guna mewujudkan cita cita menjadikan rakyat Indonesia adil dan makmur, serta mencerdaskan kehidupan bangsa.
Selamat memilih. Gunakanlah pilihan sesuai dengan lubuk hati yang paling dalam. Karena lima menit di bilik suara sangat menentukan wajah Indonesia lima tahun yang akan datang. (***) 6/7/14

Tidak ada komentar: