Senin, 23 September 2013

Pentingnya Kejujuran


 Seseorang bernama Idris ketika itu ia duduk di tepi sungai. Di saat sedang merenung, ia melihat sebuah buah apel yang dibawa arus sungai melintas di depan pandangan. Terlintas dalam hatinya untuk mengambil buah tersebut guna mengatasi kelaparan yang mendera.
 
Sejurus, Idris mengambil buah tersebut dan memakan hingga habis. Selesai menikmati buah dan perutnya terasa kenyang, dalam hatinya bertanya, buah tadi darimana? Apakah yang memiliki buah tersebut sudah mengikhlaskan. Apa jadinya jika pemilik tidak ikhlas. Padahal buah tersebut sudah menjadi darah dan  daging. Akhirnya untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan tersebut,  maka Idris pun mencari asal muasal buah yang dia makan. Sampailah ia pada sebuah perkebunan buah yang berada di bibir sungai. Kemudian di sana ia melihat banyak pohon buah. Ia pun bertanya, kepada pemilik kebun mengenai buah yang dimakan.

Pemilik kebun pun menjawab dengan segera. Saya ikhlas jika kamu memenuhi sejumlah persyaratan. Idris tanpa berpikir panjang menjawab setuju permintaan dari sang pemilik kebun agar buah yang dimakan bisa diikhlaskan.
Syarat yang diajukan pemilik kebun adalah, Idris harus menjadi pembantu pemilik kebun selama satu bulan. Idris pun menyetujui syarat tersebut. Setelah jadi pembantu, kemudian Idris harus menikah dengan anak pemilik kebun buah yang buta, tuli dan lumpuh. Selain itu, wajahnya buruk rupa. Mendapat syarat tersebut, Idris pun menyanggupi semua syarat itu agar ia mendapatkan makanan yang halal.

Akhirnya Idris pun melaksanakan pernikahan. Idris pun langsung menemui gadis tersebut dan mengucapkan salam. Ketika masuk ke dalam kamar, betapa kagetnya Idris, bahwa, yang menjawab salam adalah gadis yang memiliki suara yang indah dan lembut dengan rupa yang cantik. Kemudian, ketika Idris menatap wajahnya, maka seketika itu juga Idris terpana dengan kecantikan wajahnya yang cantik rupawan.

Perempuan yang berada di depannya, berbeda 180 derajat dengan yang disebutkan oleh mertuanya. Tanpa panjang lebar, Idris pun langsung meninggalkan kamar tersebut dan mencari mertuanya lalu bertanya. “Mana istri saya?” Tanya Idris penasaran kepada mertuanya. Karena ia tak menemukan ciri ciri wanita yang sesuai dengan perkataan ayahnya. Kemudian, sang mertua menjawab, itulah anak ku yang aku sebutkan. Lantas Idris menimpali, katanya anak bapak buta? Tuli dan cacat kakinya?”

Kemudian ayah perempuan itu menjawab pertanyaan Idris dengan berlahan. Pertama, anak saya buta karena sejak ia kecil hingga menikah dengan mu, ia tidak pernah memandang yang dilarang dalam agama. Anak saya tuli, karena ia tidak pernah mendengarkan pembicaraan yang buruk. Anak saya juga buruk rupanya, karena sampai saat ini tidak ada laki laki yang mau dengannya. Bahkan kakinya tidak ada, karena ia tidak pernah gunakan kakinya untuk melangkah ke tempat lain yang tidak bermanfaat. Mendengar jawaban mertuanya, Idris terpana dan bersyukur mendapat seorang istri yang cantik dan salehah.

Dan akhirnya, dari kedua pasangan ini, maka umat muslim se dunia akan mengenal ulama besar Muhammad bin Idris asy-Syafi`i ( Imam Syaffi) dari buah perkawinan mereka berdua.
 Dari kisah cerita ini, dapat dipetik kesimpulan, dari orang tua yang menjaga makanan yang diberikan kepada keluarganya, lahirlah generasi yang unggul. Bisa saja Idris ketika itu memakan dan tidak perlu meminta izin dari pemilik kebun buah. Namun, Idris menghindari makanan yang dia makan dengan cara-cara yang makruh. Ia sudi mencari pemilik kebun untuk meminta keikhlasan agar buah  yang dimakan menjadi halal.

Sulit Mencari Figur

Saat ini, harus kita akui kondisi bangsa Indonesia sedang krisis tokoh yang jujur. Andaikan pemimpin pemimpin, penyelenggaran pemerintahan bangsa ini memiliki sifat jujur, tidak menerima harta yang bukan dari jerih payah sesuai dengan peraturan yang ada, maka  negara kaya ini akan menjadi negeri yang rakyatnya sejahtera.
Akan tetapi, kondisi bangsa ini berada dalam krisis kejujuran. Mulai dari pengadaan kitab suci, hingga bantuan untuk anak yatim pun dikorupsi. Bahkan mengurus tanah orang mati pun dikorupsi. Apalagi, masalah anggaran infrastruktur rutin dan pengadaan.

Untuk itu, kakayaan gas, hutan, kelautan, emas, tembaga, bauksit, hasil perkebunan, industri, belum mampu menjadikan rakyat Indonesia sejahtera dan bahagia. Kita masih menyaksikan, 36 juta penduduk Indonesia dalam kategori miskin dengan pengeluaran per bulan Rp270 ribu, sesuai dengan angka kemiskinan yang disepakati pemerintah. Mereka yang pengeluarannya Rp270 ribu per bulan, maka termasuk miskin. Hal itu berbanding terbalik, dengan 40 orang terkaya di Indonesia.
Majalah Forbes belum lama ini mengungkapkan daftar 40 orang terkaya di Indonesia. Total kekayaan mereka mencapai 84,82 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 761,7 triliun (kurs Rp 9.000 per dollar AS).

Di posisi orang terkaya di Indonesia ditempati dua bersaudara, R Budi dan Michael Hartono, pemilik pabrik rokok Djarum dan Bank Central Asia (BCA) dengan kekayaan bersih 14 miliar dollar AS atau setara Rp 126 triliun. Menyusul Susilo Wonowidjojo, pemilik pabrik rokok Gudang Garam dengan kekayaan 10,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 94,5 triliun. Dengan kekayaan mencapai Rp 126 triliun, secara pendapatan mencapai Rp 345 miliar per hari.
Tragisnya, sekitar 29 juta warga yang tergolong miskin berpenghasilan kurang dari satu dollar AS atau Rp 9.000 per hari.
Dari pelbagai sisi baik itu ekonomi,pendidikan, sumber daya manusia, kita kalah dengan negara tetangga kita Singapura yang luas wilayahnya sedikit lebih besar dari Batam.

Kembali ke masalah kejujuran. Penduduk negeri ini menjadi heran bukan kepalang, di saat salah satu pesuruh di bank swasta syariah mendapat uang sebesar ratusan juta ketika sedang bertugas menjadi pembersih di bank itu. Uang tersebut dikembalikan ke manajamen bank tempat di mana ia bekerja.  Andai saja tidak mengembalikan ke bank, tidak ada yang tahu, kecuali Allah. Kejadian ini pun menarik perhatian media massa untuk memberitakan seluruh Indonesia kejadian yang dianggap langka tersebut.
Moment langka seperti inipun membuat PKS meminang cleaning service itu  menjadi caleg di 2014. Ya, sulitnya mencari orang jujur, sehingga pesuruh dijadikan caleg dengan harapan nilai kejujurannya membawa perubahan besar bangsa ini. Ya, walaupun akhir-akhir ini kita disugguhnya koruptor yang tersenyum mencuri uang rakyat ketika disorot kamera wartawan, setidaknya  masih ada mereka yang jujur dari 240 juta penduduk Indonesia. Mudah mudahan pemilu 2014, kita mendapatkan pemimpin yang jujur.  Tentunya mereka terpilih dengan cara-cara yang jujur pula. Dan tentunya membawa rezeki yang halal.***

Terbit di Tanjungpinang Pos Juni 2013



Tidak ada komentar: