Sabtu, 15 Oktober 2011

Membaca politik Suryatati Jaga Kekuasaan dan Politik Dinasti


Halal bihalal Kerukunan Keluarga Tambelan (KKT) Tanjungpinang 2010 di aula SMPN 4 Tanjungpinang berlangsung meriah. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kepulauan Riau Lis Darmansyah yang saat itu menjadi ketua panitia, berduet dengan Wali Kota Suryatati A Manan menyanyikan lagu romantis. Hampir seribu warga Tambelan yang hadir menyaksikan kemesraan dua pejabat daerah yang sudah lama menjalin komunikasi tersebut. Keduanya menebar senyum. Ya, itu setahun lalu ketika konstalasi politik di Tanjungpinang belum memanas seperti saat ini. 10 September 2011, setahun setelah kejadian itu kondisi sudah berubah 100 persen.
 Ratusan warga Tambelan yang hadir saat halal bihalal pun sepertinya tahu karena Suryatati yang datang sebagai wali kota membawa anaknya Maya Suryanti. Tujuannya mungkin mengenalkan Maya kepada warga Tambelan. Bukan hanya di acara halal bi halal, di tempat lain pun hal yang sama juga dilakukan. 

 Kemesraan Suryatati A Manan dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mulai retak ketika Lis Darmansyah dipastikan akan mengikuti pemilukada Tanjungpinang yang berlangsung 2012 mendatang. Suryatati yang telah diantar PDIP menuju tampuk pimpinan tertinggi Tanjungpinang selama dua periode pemilihan kepala daerah disebut banyak kalangan mulai menjauh dari PDIP ketika belum ada kata sepakat kalau PDIP akan mengusung anaknya. Semua masyarakat Tanjungpinang mafhum, Tatik dengan PDIP memiliki hubungan yang mesra. PDIP berjasa menjadikan Tatik wali kota selama dua periode. Dan Tatik dianggap memberikan perhatian yang cukup kepada PDIP. Tatik dan PDIP diibaratkan dua sahabat yang saling membutuhkan. Kebijakan wali kota selalu didukung Fraksi PDIP di DPRD Kota Tanjungpinang. 

Apalagi partai moncong putih selalu tampil sebagai pemenang di kota Gurimdam. Suryatati menyadari PDIP akan mengusung Lis sebagai calon wali kota dari partai pemenang pemilu di Tanjungpinang itu. Tanpa berpikir panjang, Tatik harus mencari alternatif partai lain jadi perahu anak sulungnya Maya Suryanti. Bukan hanya ingin meneruskan dinasti politik, Wali kota terlama di Kepri itu juga mungkin saja sedang mengincar posisi calon gubernur Kepri pada periode 2015-2020. Ataupun menjadi anggota DPR-RI atau Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Bagi tokoh yang ngetop seperti Tatik, menuju DPR, DPD merupakan keinginan yang logis. Tentu langkah Surtatati tak mulus jika Maya gagal jadi wali kota. Pasalnya, basis Suryatati terbesar di Tanjungpinang. Andaikata Maya menang, maka langkah Tatik akan mulus ke Senayan. 

Dengan pengalaman yang sudah mumpuni, 13 tahun jadi wali kota, rasanya bukan hal yang aneh jika Tatik bercita-cita lebih besar menjadi gubernur. Tatik yang sudah berpengalaman di pemerintahan dan politik pun harus mempersiapkan diri jauh-jauh hari. Ia terpaksa mencari partai lain dari PDIP yang ke depannya memiliki potensi untuk dijadikan kendaraan. Karena jika terus bertahan di PDIP, maka peluang dicalonkan pasti kecil. Mengingat PDIP pasti mengusung Ketua DPD PDIP Kepri Soerya Respationo jadi gubernur ke depan. Sedangkan dari Golkar, Ansar Ahmad bisa saja dipastikan ikut meramaikan calon gubernur. Sama dengan halnya Demokrat. Ahmad Dahlan yang kini didapuk jadi Dewan Pembina DPD Demokrat Kepri besar kemungkinan akan digadang-gadangkan menjadi calon gubernur dari partai tersebut. Hal itulah menyebabkan Dahlan melepas ketua DPD Demokrat Batam dan memilih loncat ke DPD Demokrat untuk mengamankan posisi lima tahun mendatang. Hitungan politik, peluang Tatik dicalonkan bisa melalui Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

 Pada saat halal bihalal belum lama ini, Maya Suryanti dan Suryatati menyempatkan hadir kegiatan PPP. Selentingan beredar, PPP besar kemungkinan akan mendukung Maya bersama partai Islam lainnya. Artinya jika wacana ini terwujud, Tatik mendapatkan perahu untuk anaknya mencalonkan wali kota bahkan memuluskan langkahnya ke provinsi? Pekerjaan yang berat selama setahun ini, bagaimana memoles Maya supaya dikenal masyarakat. Bahkan yang penting bagaimana Maya meyakinkan masyarakat dia mampu jadi pemimpin Tanjungpinang. Tatik sadar betul kandidat lainnya yang dihadapi Maya bukan sembarang figur. Di sana ada Lis Darmansyah yang sudah malang melintang menjadi anggota DPRD Tanjungpinang sampai provinsi. Juga dikenal bermayarakat. Dari strata lapisan bawah pun kenal dengan Lis. Selain itu, ada Husnizar Hood, wakil ketua DPRD Tanjungpinang. Dukungan keluarga Huzrin Hood terhadap Nizar juga akan jadi lawan berat Maya. Kalau Bobby Jayanto atau Rudy Chua mencalonkan, maka lawan Maya kian tangguh. 

Sedangkan Maya sendiri hanya mengandalkan popularitas Tatik. Maya belum memiliki pengalaman di dunia politik. Kemampuan Maya sebagai pemimpin belum pernah teruji untuk kepentingan publik? Suryatati memang harus mengeluarkan anggaran besar untuk memoles Maya supaya dikenal publik Tanjungpinang. Tentu mengurus 200 ribu penduduk Tanjungpinang tidak semudah memoles wajah manusia terlihat cantik seperti yang dilakoni Maya saat ini: Dokter kecantikan. Presiden Amerika Serikat yang terkenal tegas seperti Abraham Lincon percaya betul dengan pepatah, siapa yang meraih kekuasaan tanpa bersusah payah akan terjatuh tanpa kehormatan! Ujungnya, dinasti politik memiliki efek negatif. *** *

 Terbit di Koran Peduli Sabtu,15 Oktober 2011

Tidak ada komentar: