Halal bihalal Kerukunan Keluarga Tambelan (KKT) Tanjungpinang 2010 di aula SMPN 4 Tanjungpinang berlangsung meriah. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kepulauan Riau Lis Darmansyah yang saat itu menjadi ketua panitia, berduet dengan Wali Kota Suryatati A Manan menyanyikan lagu romantis. Hampir seribu warga Tambelan yang hadir menyaksikan kemesraan dua pejabat daerah yang sudah lama menjalin komunikasi tersebut. Keduanya menebar senyum. Ya, itu setahun lalu ketika konstalasi politik di Tanjungpinang belum memanas seperti saat ini. 10 September 2011, setahun setelah kejadian itu kondisi sudah berubah 100 persen.
Ratusan warga Tambelan yang hadir saat halal
bihalal pun sepertinya tahu karena Suryatati yang datang sebagai
wali kota membawa anaknya Maya Suryanti. Tujuannya mungkin
mengenalkan Maya kepada warga Tambelan. Bukan hanya di acara halal
bi halal, di tempat lain pun hal yang sama juga dilakukan.
Kemesraan Suryatati A Manan dengan Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP) mulai retak ketika Lis Darmansyah dipastikan
akan mengikuti pemilukada Tanjungpinang yang berlangsung 2012
mendatang. Suryatati yang telah diantar PDIP menuju tampuk
pimpinan tertinggi Tanjungpinang selama dua periode pemilihan
kepala daerah disebut banyak kalangan mulai menjauh dari PDIP
ketika belum ada kata sepakat kalau PDIP akan mengusung anaknya.
Semua masyarakat Tanjungpinang mafhum, Tatik dengan PDIP memiliki
hubungan yang mesra. PDIP berjasa menjadikan Tatik wali kota
selama dua periode. Dan Tatik dianggap memberikan perhatian yang
cukup kepada PDIP. Tatik dan PDIP diibaratkan dua sahabat yang
saling membutuhkan. Kebijakan wali kota selalu didukung Fraksi
PDIP di DPRD Kota Tanjungpinang.
Apalagi partai moncong putih
selalu tampil sebagai pemenang di kota Gurimdam.
Suryatati menyadari PDIP akan mengusung Lis sebagai calon wali
kota dari partai pemenang pemilu di Tanjungpinang itu. Tanpa
berpikir panjang, Tatik harus mencari alternatif partai lain jadi
perahu anak sulungnya Maya Suryanti. Bukan hanya ingin meneruskan
dinasti politik, Wali kota terlama di Kepri itu juga mungkin saja
sedang mengincar posisi calon gubernur Kepri pada periode
2015-2020. Ataupun menjadi anggota DPR-RI atau Dewan Perwakilan
Daerah (DPD). Bagi tokoh yang ngetop seperti Tatik, menuju DPR,
DPD merupakan keinginan yang logis.
Tentu langkah Surtatati tak mulus jika Maya gagal jadi wali kota.
Pasalnya, basis Suryatati terbesar di Tanjungpinang. Andaikata
Maya menang, maka langkah Tatik akan mulus ke Senayan.
Dengan
pengalaman yang sudah mumpuni, 13 tahun jadi wali kota, rasanya
bukan hal yang aneh jika Tatik bercita-cita lebih besar menjadi
gubernur.
Tatik yang sudah berpengalaman di pemerintahan dan politik pun
harus mempersiapkan diri jauh-jauh hari. Ia terpaksa mencari
partai lain dari PDIP yang ke depannya memiliki potensi untuk
dijadikan kendaraan.
Karena jika terus bertahan di PDIP, maka peluang dicalonkan pasti
kecil. Mengingat PDIP pasti mengusung Ketua DPD PDIP Kepri Soerya
Respationo jadi gubernur ke depan.
Sedangkan dari Golkar, Ansar Ahmad bisa saja dipastikan ikut
meramaikan calon gubernur. Sama dengan halnya Demokrat. Ahmad
Dahlan yang kini didapuk jadi Dewan Pembina DPD Demokrat Kepri
besar kemungkinan akan digadang-gadangkan menjadi calon gubernur
dari partai tersebut. Hal itulah menyebabkan Dahlan melepas ketua
DPD Demokrat Batam dan memilih loncat ke DPD Demokrat untuk
mengamankan posisi lima tahun mendatang.
Hitungan politik, peluang Tatik dicalonkan bisa melalui Partai
Persatuan Pembangunan (PPP).
Pada saat halal bihalal belum lama
ini, Maya Suryanti dan Suryatati menyempatkan hadir kegiatan PPP.
Selentingan beredar, PPP besar kemungkinan akan mendukung Maya
bersama partai Islam lainnya. Artinya jika wacana ini terwujud,
Tatik mendapatkan perahu untuk anaknya mencalonkan wali kota
bahkan memuluskan langkahnya ke provinsi?
Pekerjaan yang berat selama setahun ini, bagaimana memoles Maya
supaya dikenal masyarakat. Bahkan yang penting bagaimana Maya
meyakinkan masyarakat dia mampu jadi pemimpin Tanjungpinang. Tatik
sadar betul kandidat lainnya yang dihadapi Maya bukan sembarang
figur. Di sana ada Lis Darmansyah yang sudah malang melintang
menjadi anggota DPRD Tanjungpinang sampai provinsi. Juga dikenal
bermayarakat. Dari strata lapisan bawah pun kenal dengan Lis.
Selain itu, ada Husnizar Hood, wakil ketua DPRD Tanjungpinang.
Dukungan keluarga Huzrin Hood terhadap Nizar juga akan jadi lawan
berat Maya. Kalau Bobby Jayanto atau Rudy Chua mencalonkan, maka
lawan Maya kian tangguh.
Sedangkan Maya sendiri hanya mengandalkan
popularitas Tatik. Maya belum memiliki pengalaman di dunia
politik. Kemampuan Maya sebagai pemimpin belum pernah teruji untuk
kepentingan publik? Suryatati memang harus mengeluarkan anggaran
besar untuk memoles Maya supaya dikenal publik Tanjungpinang.
Tentu mengurus 200 ribu penduduk Tanjungpinang tidak semudah
memoles wajah manusia terlihat cantik seperti yang dilakoni Maya
saat ini: Dokter kecantikan. Presiden Amerika Serikat yang
terkenal tegas seperti Abraham Lincon percaya betul dengan
pepatah, siapa yang meraih kekuasaan tanpa bersusah payah akan
terjatuh tanpa kehormatan! Ujungnya, dinasti politik memiliki efek
negatif. ***
*
Terbit di Koran Peduli Sabtu,15 Oktober 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar