Irwan Lubis, Tak Lagi Kepala BI Batam
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Batam Irwan Lubis punya mimpi
Singapura mencontoh Batam dikemudian hari. Paling tidak Batam
menjadi kota moderen yang dibalut dengan budaya Melayu.
Sejak 30 Januari 2007 menginjakan kaki di Kota Batam, bertugas
menjadi Kepala Bank Indonesia Batam yang mengawas perbankan di
Provinsi Kepulauan Riau menjadi kesan tersendiri bagi Irwan Lubis.
"Batam sangat istimewa dibandingkan dengan kota lain yang pernah
saya kunjungi mulai dari Indonesia bagian timur, Sumatera, Jawa,"
ujar Irwan Lubis, Senin (9/2) di Kantor Bank Indonesia, di Batam
Centre.
Irwan akan mengakhiri masa tugasnya di Batam sampai dengan 13
Februari 2009. Dia akan diganti oleh Elang Tri Tripraptomo yang
sebelumnya menjabat Kepala BI Pontianak.
Irwan sendiri kembali ke Kantor Bank Indonesia Pusat di Direktorat
Pengawasan.
Selama di Batam Irwan berhasil menambah jumlah perbankan di Kepri
dan Batam. Sebelum dia bertugas jumlah Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) di Batam hanya delapan. Selama dua tahun, jumlah BPR
bertambah menjadi 15 unit. Sedangkan di Kepri bertambah menjadi 23
dari 11 unit.
Prinsipnya, biarkan BPR itu tumbuh. Masyarakat akan mendapatkan
banyak keuntungan dengan banyaknya lembaga perbankan di Batam atau
Kepri pada umumnya. Pilihan menggunakan jasa perbankan menjadi
banyak. Tetapi untuk 2009, BI Batam tidak akan memberikan izin
baru.
Dana investor itu akan terserap oleh masyarakat Batam. Belum lagi
dana dari pihak lainnya.
Selama di Batam, Irwan mengagumi sumber daya manusia di Batam yang
termasuk berkualitas dibandingkan dengan daerah lain. Dengan SDM
yang bagus, setiap kebijakan dari BI sebagai lembaga pengawasan
perbankan bisa berjalan dengan maksimal.
"Kita tak mendapatkan masalah dalam menjalankan kebijakan. Ini
keunggulan Batam yang didukung dengan SDM yang berkualitas,"
imbuhnya.
Selain itu, pejabat publik di Kepri, mulai dari gubernur,
walikota, sampai kepala dinas sangat terbuka. Sehingga mudah
melakukan komunikasi dalam membahas masalah perekonomian.
Jika disuruh kembali ke Batam, Irwan merasa senang. "Tetapi BI
Batam harus naik tingkat menjadi kelas II. Saat ini BI Batam masih
kelas III. Untuk naik status itu, harus ada kantor pusat perbankan di Batam.
Untuk itu, katanya, harus berjuang bersama-sama agar kantor pusat
perbankan buka di Batam.
"Bisa saja bank pembangunan daerah. Kesannya akan beda jika di
Batam ada kantor pusat perbankan," imbuh bapak tiga anak ini.
Selama 2 tahun 12 hari di Batam, Irwan memiliki tempat favorit
dikunjungi yakni di Tanjungpinggir, Sekupang.
"Di sana kita bisa melihat kemajuan negara tetangga yang sudah
modern dan letaknya tak jauh dari Batam. Seharusnya Batam bisa
seperti Singapura. Bahkan mengalahkan Singapura ke depannya. Ini
ilusi atau mimpi saya," ucap Irwan.
Bertugas di Batam yang berbatasan dengan negara tetangga membuat
Irwan harus menambah pengetahuannya jangan sampai ketinggalan
informasi. Kalau di daerah lain, cukup menguasai perkembangan
perekonomian regional saja, tetapi ketika bertugas di Batam
dituntut menguasai persoalan perekonomian daerah, regional, dan
global.
"Apa yang terjadi di Singapura, kita harus tahu karena erat
hubungannya dengan Batam. Ini yang berkesan saat tugas di Batam.
Kita harus mencari informasi terbaru supaya tak ketinggalan,"
tuturnya.
Untuk sementara Irwan di Jakarta akan menjadi "bujang lokal".
Sebab, istri dan anaknya masih tinggal di Batam sampai anak
pertamanya menamatkan pendidikan di SMAN 1 Batam.
"Saya jadi bujang lokal dulu, tunggu anak selesai ujian nasional
(UN)," katanya tersenyum.
Selamat jalan Pak Irwan, semoga karir bapak terus meroket, bukan
tidak mungkin menjadi Gubernur Bank Indonesia. (robby patria)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar