Sebuah peluru dari senapan serdadu Belanda menembus dada kiri bagian atas. Darahnya mengucur deras. Baju dinas polisi yang dia pakai berganti warna merah. Laki - laki itu roboh ke tanah. Ia berada di depan menghadang penjajah Belanda memasuki wilayah Selat Panjang 12 Desember 1948. Pendaratan Belanda di Selat Panjang menjadi saksi keberanian Adnan Kasim melawan Belanda. Nyawa taruhannya untuk tegaknya NKRI.
Lelaki yang roboh ke tanah akibat peluru Belanda itu dibawa ke Tanjungpinang dengan pesawat Belanda Catalina untuk diobati hingga menjadi tawanan di Tanjungpinang dan Tambelan sampai dengan penyerahan kedaulatan. Seorang polisi pemberani itu nantinya akan menjadi saksi sejarah. Karena ia ikut menjadi Kepala Seksi Keamanan mengawal Presiden Sukarno melakukan kunjungan kerja ke Pulau Buru tahun 1948. Dari Tambelan hingga ke Pulau Buru. Bukan perjalanan yang singkat bukan.
Bandara Tambelan (Tanjungpinang Pos) |
Tiga tahun sebelumnya Adnan menjadi wakil pemuda Riau menghadiri Kongres Pemuda Indonesia pertama di Yogyakarta pada tahun 1945.
Ketika pembentukan Provinsi Jambi, Adnan termasuk 11 orang yang ditugaskan menjalankan proses pemerintahan awal di sana membantu gubernur pertama Jambi di era awal dibentuknyan Jambi sebagai provinsi yang dikukuhkan dengan SK No. 009/KD/U/L KPTS. tertanggal 8 Februari 1957 dan sekaligus meresmikan berdirinya Provinsi Jambi di halaman rumah Residen Jambi (kini Gubernuran Jambi). Adnan juga pernah anggota Staf Pelaksana Kuasa Perang Daerah Jambi di tahun 1958.
Memulai karir sebagai polisi di tahun 1941, Adnan masuk sekolah polisi di Sukabumi ( Cursus Mantrie Politie di Politie School). Dan mendapatkan pangkat terakhir sebagai Kombes di tahun 1970.
Adnan yang dilahirkan di Tambelan merupakan sosok penting dalam sejarah Kepulauan Riau, Riau dan Jambi. Karena di tiga daerah itulah ia menjejakkan kaki dan mengabdi untuk negeri sebagai abdi negara mengamankan negara.
Di Kepulauan Riau, Adnan Kasim menjadi kepala daerah dua periode dari 1960 hingga 1969. Sebagai putra daerah sendiri mengabdi menjadi kepala daerah mengurusi masyarakat Kabupaten Kepulauan Riau.
Setelah tak lagi menjadi kepala daerah, putra daerah Tambelan itu dipercaya menjadi Asisten Kastaf Bidang Teritorial di Riau. Dan memulai karir politiknya sebagai anggota DPRD Riau di tahun 1970. Lalu menjadi Ketua DPRD Riau tahun 1979. Ia juga pernah menjadi anggota MPR RI dari Golkar pada pemilu 1977.
Dan Adnan menjadi Veteran Pejuang Kemerdekaan RI dengan keputusan Menteri Urusan Veteran No 131/kota/MUV/1964. Sebagai pejuang kemerdekaan, Adnan harusnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Namun ia ingin dimakamkan di pemakaman biasa karena ingin bersebelahan dengan ibundanya. Adnan dimakamkan di pemakaman umum di Pekanbaru, Riau.
Jejak perjalanan Adnan Kasim mulai dari sekolah hingga anggota MPR RI memberikan pelajaran penting anak-anak muda Tambelan bahwa pendahulu mereka adalah pejuang pemberani yang pernah beruang di era kemerdekaan. Bahkan ketika bertempur di Jambi, anaknya lahir dan ia berikan nama Gempur Adnan. Gempur Adnan lama berkarir di Kementerian Lingkungan Hidup.
Gedung Daerah saat ini menjadi saksi sejarah bagaimana anak anak Tambelan berdiam lama di bangunan Belanda itu. Bahkan di sebelahnya ada Rumah Adat Tambelan sejak tahun 1950 an sudah dipinjamkan untuk daerah sebagai kediaman pejabat negara sekelas Ketua DPRD Kabupaten Kepulauan Riau.
Ketika nama Adnan Kasim yang banyak jasanya untuk negeri ini, harusnya diabadikan untuk nama nama jalan, gedung bahkan bandara. Karena nama nama yang laik dikenang dalam ingatan sejarah anak anak generasi muda Tambelan, Kepri, hingga Riau.
Saat Ikatan Keluarga Tambelan (IKT) Tanjungpinang mengusulkan nama Adnan Kasim sebagai salah satu nama bandara Tambelan yang akan diresmikan Kementerian Perhubungan ataupun Presiden Jokowi, bukanlah tanpa alasan. Alasannya, Ia anak Tambelan yang pemberani, berjuang untuk NKRI, berjasa kepada negara dan daerah. Bahkan bukan tidak mungkin Adnan Kasim suatu saat menjadi salah satu usulan pahlawan nasional asal Kepulauan Riau. Menyusul tiga nama yang sudah ditetapkan pemerintah.
Saatnya Pemkab Bintan menimang nimang serius nama Adnan Kasim yang untuk dijadikan nama Bandara Tambelan. Dengan itulah setidaknya kita belajar berterimakasih kepada pendahulu yang sudah berjuang dan berjasa besar untuk daerah.
Jika di Tanjungpinang dan Provinsi Kepri tak ada nama Adnan Kasim baik di jalan jalan protokol, hingga gang maupun nama gedung, maka inilah saatnya Bintan mengabadikan nama Adnan Kasim sebagai nama proyek besar yang dari APBN yang menelan lebih dari 260 miliar rupiah.
Jangan sesekali melupakan sejarah (Jasmerah) kata Sukarno. Dengan tak melupakan sejarah, kita dianggap pandai berterima kasih dan menghargai namanya perjuangan yang mempertaruhkan nyawa. Ya, darahnya pernah menetes di bumi untuk melawan penjajah. Itulah pengorbanan besar. Dan kita saat ini belum pernah ditembak peluru musuh.**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar