Ingat, di Pilgub maupun pilkada kabupaten dan kota di Kepri tahun 2020 jangan terlalu serius membela calon yang ikut pilkada. Contoh pilpres 2019 berakhir dengan koalisi bersama untuk kepentingan bersama. Yang masuk penjara akibat membela capres tertentu, ya sabar nanti juga habis masa hukumannya.
Yang di jajaran bawah sampai gak teguran, putus silaturahmi, lapor melapor ke polisi, sementara di jajaran elit malah ngopi bersama dan tertawa bersama karena kepentingan tercapai. Bahkan sampai ada di-remove WhatsApp group karena beda pilihan dengan mayoritas anggota group. Di Tanjungpinang pernah ada group WA isinya orang terkenal bubar karena banyak beda dukungan politik.
Sering sering dengar lagu Ahmad Albar dengan judul Panggung Sandiwara. Bahkan rajin - rajin juga membaca tafsir kehidupan bahwa hidup dunia hanya permainan dan sendagurau belaka. Perbanyak literasi politik dan jangan bawa sampai ke perasaan. Politik ya, bagaimana kepentingan terpenuhi. Titik. Soal patsun politik, ya gak dikenal. Ideologi berbau agamais dan nasionalis terkadang bisa satu gerbong jika tujuannya sama. Tapi jika tujuannya beda, maka tidak akan pernah sama.
Bagaimana memahami dinamika politik, ya cukup baca buku dan membaca tren di media daring hingga medsos. Capek baca buku, ya ngopi. Jangan dukung mendukung ketika KPU belum menetapkan calon yang lulus verifikasi. Kita baru tahu siapa yang ikut kontestasi ketika sudah ditetapkan KPU pada Juli 2020. Jadi, sekarang baru manuver manuver kecil untuk mengejar target. Ramalan ramalan sahaje.
Yang kasihan ASN sudah mulai terbelah ke kubu A dan kubu B. Di kubu B, walau tak terlalu berkompeten, diangkat jadi pejabat eselon. Yang berkompeten dan mampu karena tak menonjol mendukung kubu B, ya antre saja di level staf dan kalaupun dapat jabatan jabatan kering.
Ternyata yang menang di Pilkada kubu A, maka pejabat yang bela kubu B siap siap terbang ke mana mana. Berkemas mencari jurus selamat. Dan akhirnya selamat pagi mari ngopi. Jangan lupa duha, biar rezeki lancar.
Punya teman di Pemprov Kepri doktor jebolan luar negeri, S1 hingga S3 bidang pendidikan, eh malah diletakkan di dinas yang gak ada hubungannya dengan pendidikan. Kemudian satu lagi jebolan UGM bidang komunikasi politik, eh malah di letakkan bidang soal ngurus simpan pinjam dan UMKM.
Itulah dinamika politik dan birokrasi negara +62. Jangan terlalu mengandalkan keahlian. Tapi pandai pandai berselancar. Pilpres 2019 memberikan pelajaran terbaik bagaimana bermanuver dan bagaimana mengakhiri permainan dengan kebahagiaan. The end.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar