JUJUR merupakan sikap yang selalu diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW baik dalam
ucapan dan perbuatan. Tidak ada pertentangan antara mulut dan hati ketika menghadapi
masalah. Kisah menarik tentang sahabat Nabi yang termasuk 10 orang dikatakan Nabi
Muhammad masuk surga adalah Abdurrahman bin Auf. Seorang sahabat yang kaya raya
dari segi harga yang banyak menginfakkan hartanya untuk perjuangan Islam.
Pada suatu hari, Abdurrahman memanggil penjaga kebunnya bernama Luqman. Ia
menjaga kebun yang luasnya sekitar 18 hektar. Kemudian Abdurrahman meminta Luqman untuk mengambil anggur yang ada di perkebunan untuk dimakan. Petugas yang sudah 18 tahun menjaga kebun Abdurrahman pun mengambil beberapa anggur untuk dihidangkan di depan majikan yang tengah menunggu guna mencicipi anggur yang ada di kebun.
Tapi, yang jadi masalah, anggur yang dipetik oleh Luqman dirasa begitu asam. Sehingga
berulang kali Luqman diminta untuk mengambil anggur yang manis. Hanya saja karena
tidak terbiasa memetik anggur, yang dihidangkan di depan Abdurrahman selalu anggur
yang asam.
Hal inilah yang menyebabkan saudagar Islam yang kaya tersebut bertanya kepada
Luqman. "Sudah berapa lama engkau menjaga kebun ini, sehingga engkau tidak bisa
membedakan mana anggur yang manis dan asam?" Tanya Abdurrahman kepada Luqman.
Kemudian mendapat pertanyaan dari majikan yang sepertinya sedikit kecewa, Luqman
menjawab," Saya sudah menjaga kebun selama18 tahun. Tapi saya tidak pernah diperintahkan untuk memetik anggur. Saya hanya diminta menjaga kebun saja," jawab
Luqman polos kepada Abdurrahman.
Abdurrahman tidak bisa berkata-kata mendengar ketulusan jawaban dari Luqman yang bertugas di kebun sesuai dengan perintah. Yang menarik dari kisah ini, Luqman sebagai karyawan tidak mengambil peran sebagai pemetik anggur. Walaupun setelah 18 tahun bertuga di kebun seluas 18 hektar, ia tak bisa membedakan mana anggur yang manis dan asam. Luqman juga bisa dikatakan sebagai contoh prilaku jujur yang perlu dicontoh di saat bangsa ini mengalami krisis kejujuran.
Dalam kehidupan berbangsa saat ini, nilai kejujuran tersebut mulai terkikis. Banyak kisah di mana kasus-kasus korupsi yang mendera bangsa terjadi karena hilangnya nilai kejujuran. Sampai pengadaan kitab suci Al-Quran pun harus dikorupsi.
Tentu kita masih berharap, buah kejujuran itu masih melekat di setiap individu Muslim.
Terutama saat melaksanakan ibadah puasa. Jujur dalam berucap dan bertindak berjalan dengan baik jika semuanya tidak bertentangan dengan hati nurani.
Banyak kasus korupsi yang mendera bangsa karena kita akui pejabat yang diberikan
amanah untuk memimpin terlalu menyianyiakan amanah tersebut. Bahkan dalam salah satu
hadits yang diriwayatkan Bukhari disebutkan, “Seseorang yang telah diberi amanah oleh
Allah untuk memimpin rakyat, kemudian dia tidak memimpinnya dengan jujur, maka dia
tidak akan memperoleh bau surga” (HR Bukhari).
Bau surga banyak dikatakan ulama sudah tercium harum wanginya dari jarak yang sangat
jauh, dari jarak yang harus ditempuh selama ratusan tahun perjalanan. Namun, bau surga
tersebut tidak akan dapat tercium oleh para pemimpin yang tidak amanah dan tidak jujur
kepada rakyat yang dipimpinnya. Mencium aroma surga juga tidak, apalagi masuk surga
bagi pemimpin yang tidak jujur dengan rakyat yang dia pimpin.
Tanjungpinang yang sedang melaksanakan pemilihan kepala daerah tentulah harus
mencari pemimpin yang jujur dalam ucapan dan tindakan. Hanya pemimpin seperti itulah
daerah ini bisa cepat maju.(*