Lihatlah salat
berjamaah di masjid masjid di Kepri. Berapa banyak anak-anak maupun remaja
yang mengikuti salat
berjamaah? Mayoritas masjid diisi oleh jamaah yang berumur di atas 40 ke
atas.
Padahal, 1400
tahun lalu di Madinah, masjid adalah tempat pusat penyebaran ilmu di zaman
Nabi Muhammad SAW. Sadar atau tidak,
generasi kita saat ini lebih senang berada di mall, bioskop, pantai,
gunung, kafe dan kedai
kopi. Mereka lebih suka berada di tempat penuh keramaian dibandingkan
dengan mereka berada di
masjid.
Kita juga harus
berusaha memebudayakan kebiasaan membaca di kalangan generasi muda yang
mulai parah. Hal itu
berdasarkan hasil penelitian UNISCO 2012 yang mendapatkan data bahwa
penduduk Indonesia dalam
setahun hanya membaca 0,001 buku per tahun. Indeks minat baca warga
Indonesia baru mencapai
angka 0,001. Artinya dalam setiap 1.000 orang Indonesia, hanya ada satu orang
yang memiliki minat
baca secara serius.
Namun Indonesia
adalah negara termasuk paling ramai di dunia di urusan media sosial.
Bahkan Jakarta adalah
termasuk lima kota dunia yang paling cerewet sejagat. Dengan minat baca
yang rendah, namun
Indonesia termasuk lima besar pengguna medsos, maka bisa dibayangkan apa saja
yang dibahas. Tak
heran, zaman banjir informasi sekarang ini menyebabkan banyak berintah yang
tidak
terverifikasi
dengan baik sesuai dengan fakta menjadi konsumsi publik. Dan belum lama ini
di acara pelantikan
parpol awal 2017, Presiden Jokowi menyatakan demokrasi kita kebablasan. Padahal,
berdasarkan Freedom House, kualitas demokrasi di Indonesia belum lah dikatakan
baik seperti negara
negara barat ataupun Amerika yang sudah 250 tahun lebih berdemokrasi. Kita
baru saha belum dua
dasawarsa berdemokrasi secara berdemokrasi.
Jika anda melihat
anak-anak muda duduk di kedai kopi namun mereka lebih sibuk dengan gadget daripada bercakap
dengan rekan rekannya yang duduk bersebelahan adalah hal yang biasa.
Bahkan ketika masuk di
masjid, kita sering mendengar bunyi suara ponsel bukanlah hal yang biasa.
Oleh karena itu,
mulailah saat ini kita membiasakan anak anak untuk mencintai masjid.
Membuat mereka lebih
bahagia berada di masjid. Karena 1400 tahun yang lalu, ketika Nabi Muhammad
hijrah dari Mekkah ke
Madinah, maka yang dibangun nabi pertama kali adalah masjid. Karena masjid
di masjid lah menjadi
pusat peradaban ketika itu.
Kalau ada masjid
yang sepi dari anak-anak, maka kita juga harus khawatir, siapa yang akan melanjutkan jika
generasi tua tersebut sudah tiada. Kebiasanya baik membawa anak-anak ke
masjid harus menjadi
kultur. Karena hal itu akan membawa efek baik bagi perkembangan generasi muda
yang datang. Karena
hati mereka sejak kecil sudah dibiasakan dekat dengan masjid.
Bukankah Allah
memberikan nilai lebih kepada pemuda yang selalu beribadah kepada Allah. Ada
7 golongan manusia
yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya. Pada hari itu, tidak
ada naungan, kecuali
nanungan Allah. Golongan tersebut adalah pemimpin yang adil, pemuda yang
tumbuh di dalam beribadah
kepada Allah, seseorang yang hatinya senantiasa terpaut dengan
masjid-masjid, dua orang yang
saling mengasihi karena Allah, mereka bertemu dan berpisah karena Allah,
seorang
laki-laki yang
diundang oleh seorang perempuan yang berkedudukan dan berwajah elok
(untuk melakukan
kejahatan) tetapi dia berkata, 'Aku takut kepada Allah!', seorang yang
memberi sedekah, tetapi
dia merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang
diberikan oleh tangan
kanannya, dan seorang yang mengingat Allah di kala sendirian sehingga menetes
air matanya." (HR
Bukhori).
Untuk membiasakan
anak anak di masjid tidak bisa setelah ia dewasa. Sebab pembentukan
karakter anak dimulai sejak
usia dini. Jika anak sudah terbiasa dari usia dini berada di masjid,
insya Allah mereka
tumbuh menjadi remaja, pemuda dan orang tua yang senantiasa cinta masjid.
Allah banyak
memuji pemuda di dalam Al Quran. Karena proses dakwah Islam juga banyak
disebarkan oleh kalangan
pemuda Islam. "Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan
pemuda-pemuda dari kaumnya
(Musa) dalam Keadaan takut bahwa Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan
menyiksa mereka.
Sesungguhnya Fir'aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. dan Sesungguhnya
Dia Termasuk
orang-orang yang melampaui batas. " (Q.S.Yunus :83).
Alangkah
strategisnya jika pemerintah daerah memberikan sedikit paksaan kepada anak-anak
remaja baik usia SD, SMP
dan SMA untuk senantiasa salat wajib di masjid. Jika sudah terbiasa maka
tidak perlu dipaksakan.
Sebab sudah membudaya. Untuk itu harus dimulai gerakan memakmurkan masjid
bagi anak anak sekolah.
Bahkan kalau perlu pemerintah melalui sekolah membuat kebijakan salat
lima waktu di masjid
seperti subuh, magrib dan isya. Inilah salah satu cara pembangunan
karakter
religius guna
melahirkan generasi emas Indonesia.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar