Harry Azhar Azis tengah saat di AS
Hotel Sempurna Tanjungpinang malam pertengahan Oktober 2008 kedatangan tamu istimewa. Ruangan pertemuan hotel yang sederhana sesak dengan pelbagai perwakilan dari tokoh masyarakat di Bintan. Dengan pencahayaan yang pas-pasan, suasana yang dibalut suasana Idul Fitri berlangsung dengan penuh makna.
Malam yang hening menjadi saksi, melihat, mendengar anak daerah yang kini menjadi anggota Komisi XI DPR-RI Harry Azhar Azis melakukan pertemuan menjelang pemilu. Momen itu juga disejalankan halal bihalal dengan warga Tanjungpinang.
Deretan puluhan kursi penuh dengan tokoh masyarakat. Saat jarum pendek jam dinding ruangan menunjukkan pukul 21.00, barulah Helmi, tokoh pemuda asal Tambelan memberikan kata sambutan sebagai tanda dibukanya acara tersebut.
Sebelum acara pertemuan khusus digelar, tamu yang datang diperkenankan untuk mencicipi makanan nasi. Harry terlihat asik berbicara dengan teman masa kecilnya di Tanjungpinang Erni dan Erna. Dua wanita kembar ini, memang tinggal di dekat rumah Harry di Tanjungpinang di Jalan Yusuf Kahar, di samping Hotel Sempurna. Erna dan Erni juga banyak tahu kelakuan Harry semasa kecil.
"Saya dulu suka berenang di tepi laut. Sampai badan saya hitam karena tak pakai baju. Erna dan Erni biasa melihat kalau saya sudah berenang,"
imbuh Harry mengingat masa kecilnya di Tanjungpinang sambil tersenyum simpul.
Setelah menyampaikan sikapur sirih, Helmi pun mengundang Harry Azhar untuk naik ke podium yang berwarna coklat. Harry pada malam itu menggunakan baju batik coklat, tampak menggunakan kopiah hitam. Dengan penuh percaya diri, dia memulai pembicaraan dan menceritakan kedatangannya di Tanjungpinang.
Harry Azhar merupakan anak pensiunan PNS di Kantor Pekerjaan Umum Tanjungpinang. Namanya Azis yang kini jadi nama belakang Harry. Sejak kecil dia sudah diingatkan sang ayah untuk terus belajar mengejar pendidikan setinggi-tinggi. Karena dengan pendidikan yang tinggi bisa merubah nasib untuk lebih baik.
"Kita bukan dari kalangan konglomerat. Kita ini hidup sederhana. Tak ada cara lain, untuk merubah nasib, harus melalui pendidikan," kenang Wakil Ketua Panitia Anggaran DPR-RI itu dengan nada yang lembut menyebutkan pesan sang ayah.Harry mengenyam pendidikan SD di Tanjungpinang. Lalu melanjutkan SMPN 002 yang tak jauh dari rumahnya.
Saat pulang ke kota gurimdam itu, dia sempat sedih. Karena SMP sudah menjadi hotel Laguna yang berhimpitan dengan Bestari Mal. Andaikan dana pendidikan dialokasikan pemerintah 20 persen sejak dulu, mungkin SMP 2 tidak menjadi mal. Minimnya dana, membuat sekolahnya harus dipindah ke Jalan Kuantan Km5.
Masa kecil pria yang kini rambutnya mulai menipis ini, dihabiskan di Tanjungpinang. Memang dia tidak menamatkan pendidikan SMP di Kota pantun. Tokoh politik dari Golkar itu melanjutkan pendidikan di Jakarta hingga meraih gelar sarjana.
Keluarga Harry di Bintan cukup sederhana. Sehingga untuk menambah uang jajan, Harry sempat berjualan roti di dekat Pelabuhan Sri Bintan Pura. Setiap pagi, dia berjualan roti dan kue-kue lainnya.
Suatu kejadian yang tak pernah dilupakan anggota Komisi XI DPR-RI itu, saat berjualan kue, ada anak buah kapal yang ingin membeli roti yang dijual. Karena Harry tidak membawa kantong untuk memasukan roti yang dipesan. Anak kecil yang kini Wakil Panitia Anggaran DPR itu harus
menelan air ludah. Sang pelaut batal membeli roti yang dijual dalam jumlah yang banyak."Dia hanya membeli dua keping saja. Karena tak ada bungkusan. Andai saya membawa kantong, tentunya, roti saya habis dijual. Masalah itu saya kasi tahu ke ibu," katanya.
Saat malam yang penuh dengan kilauan bintang meneteskan embun, konseptor ekonomi Partai Golkar dengan panjang lebar menjelaskan rencananya untuk kembali menjadi caleg dari Partai Golkar ke tokoh masyarakat yang hadir. Mantan Ketua Umum BP HMI 1983 ini, pernah dicalonkan parpol diera 90-an. Tetapi karena dia yakin, ilmunya masih belum memadai untuk duduk di Senayan, Harry enggan untuk menerima pinangan dari parpol.
Apa artinya jika duduk di DPR, tetapi tak bisa memberikan pemikiran untuk kemajuan bangsa. Salat istikarah dilakukan untuk menentukan pilihan menjadi caleg atau tidak saat itu. Kemudian Harry pun melanjutkan kuliah master di Amerika Serikat di University of Oregon, Bidang Economic Public Policy. Selama di AS, Harry harus kehilangan ibunda karena dipanggil Sang Khalik.
Pria yang memiliki jangot tipis itu kembali kehilangan orang tuanya saat dia menempuh pendidikan doktor di Oklahoma State University, Stillwater, Oklahoma-USA, 1994-2000. Sang ayah dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Taman Bahagia Tanjungpinang.
"Kedua orang tua saya tidak sempat melihat saya menyandang doktor dari AS. Saya tak punya uang waktu itu untuk pulang ke Tanjungpinang,
saat ayah sakit," katanya lirih dengan suara yang datar. Nada bicaranya nyaris seperti Akbar Tanjung. Ya, hubunganya dengan Akbar Tanjung cukup dekat. Apalagi Akbarlah yang mendorong Harry untuk maju menjadi caleg dari Golkar.
"Untuk apa berilmu jika tidak didermakan untuk bangsa ini," kata Harry mengikuti kata Akbar yang meminta dirinya menjadi caleg dari Golkar kala itu. Akbar masih jadi Ketua Umum Golkar sebelum digantikan Jusuf Kalla.
Harry yang menjadi aktivis HMI semasa kuliah pernah di penjara karena terlalu vocal terhadap rezim Soeharto. "Jika saya ingat kasus saya dipenjara, rasanya tak mau lagi masuk ke dunia politik. Tetapi untuk pengabdian, saya kembali terjun ke politik guna membela menyuarakan kepentingan ramai," ucapnya.
Harry mengatakan, jika terus bertahan di Tanjungpinang, sulit rasanya dia seperti sekarang ini. Untuk merubah nasib, dia harus ke Jakarta. Meningalkan Tanjungpinang untuk mengejar mimpi sekaligus merubah nasib lebih baik.
Setelah cita-cita digapai, kini tiba saatnya ayah dua anak ini untuk mengabdikan diri untuk Tanah Air melalui DPR. Tak mungkin, dengan kemampuan yang terbatas di bidang pendidikan, bisa memberikan kontribusi ke ke negara. Dengan kemampuan yang ada, sudah saatnya untuk memberikan pemikiran ke bangsa Indonesia. Jabatan strategis di DPR pun dipercayakan ke putra Tanjungpinang itu.
"Saya bermimpi, Tanjungpinang ini menjadi kota budaya. Biarlah Batam kota industri. Kota ini harus menjadi pusat budaya. Karena sumber bahasa Indonesia akarnya dari sini," ucap Harry.
Selain itu, Tanjungpinang harus memiliki universitas yang berbobot agar bisa menghasilkan sumber daya manusia yang handal. Andai saja setiap pemda di provinsi ini mau memberikan dana beasiswa untuk putra terbaik, maka setiap tahun akan lahir SDM yang pintar.
Setiap lima tahun akan lahir doktor-doktor baru di Tanjungpinang dan memimpin daerah ini.
"Jika kepala dinas dijabat doktor, tentulah mereka memiliki pemikiran yang bagus untuk pembangunan di Kepri. Negeri ini akan maju," ucap dosen Universitas Indonesia itu. Dengan pemikiran yang cemerlang, Harry kembali mencalonkan diri untuk pemilu legislatif dari Partai Golkar di nomor urut 1 saat pemilu 2009.
Dalam masa sosialisasi ini, seorang caleg harus sering ketemu masyarakat untuk guna mencari masalah yang terjadi. Tentulah dicarikan jalan keluarnya.Dia optimistis, duduk kembali ke Senayan untuk memperjuangkan kepentingan Kepri di Jakarta. Walaupun dari Kepri hanya mengirimkan tiga wakil ke DPR. Tetapi dengan posisi tawar yang tinggi, dan didukung dengan argumen yang mendukung, kepentingan Kepri akan didukung.
"Jika saya tak terpilih kembali, saya akan kembali ke habitat saya menjadi dosen pasca sarjana," tuturnya. Tetapi, sebelum masa penjoblosan itu tiba, sebelum perhitungan suara itu sampai, sebelum tahu siapa yang menang dan kalah itu datang, Harry akan bertarung merebut hati pemilih Kepri.
"Setidaknya saya sudah memiliki pengalaman di DPR, Saya sudah memberikan kontribusi untuk Kepri dan Indonesia. Untuk itu, tak salah jika saya ingin melengkapinya jika diizinkan Tuhan dan masyarakat Kepri tentunya," katanya.
Dari segi pengalaman pemerintah, Harry nyaris menjadi menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB). Saat terhadi reshuffle KIB, nama Harry bersama Paskah Suzeta diusulkan dar Golkar untuk menggantikan sejumlah menteri yang diistirahatkan SBY. Namun, atas pertimbangan, karir di Golkar, Paskah dipilih jadi menteri. Dari segi kemampuan, Harry tak kalah dari Paskah.
Bahkan banyak kalangan menilai, Harry lebih laik dari Paskah untuk memegang jabatan menteri. Saat pergantian kepemimpinan 2009, tidak menutup kemungkinan, penjual roti itu menjadi menteri. Warga Tanjungpinangpun akan mengukir prestasi. Memang kota ini sudah tak asing lagi menghasilkan tokoh nasional. Setidaknya untuk zaman reformasi, muncul kembali anak Melayu di pentas politik nasional.Amin. (robby patria)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar