Kamis, 24 November 2016

Tambelan yang Terlupakan


Saudara ku asal Tambelan.Kita harus berbangga, sejak 1955 Bupati Kepulauan Riau, sekarang Provinsi Kepulauan Riau, Adnan Kasim itu adalah orang Tambelan.Datuk nenek kita sudah berbakti kepada bangsa ini sejak jaman sebelum merdeka.
Jika 2016 Tambelan masih teraniaya dari segi infrastruktur, baik transportasi, pelayanan kesehatan, janganlah kalian risau.Biarkan mereka mereka itu malu dengan sendirinya jika mereka memiliki rasa malu. Dua bulan cukuplah kita kehilangan transportasi yang memadai.
Kita sebagai warga Tambelan sudah memberikan kontribusi besar baik dari segi sumber daya manusia yang sudah berpuluh tahun menjadi guru, mencerdaskan anak bangsa yang tersebar mulai dari Kalimantan Barat, hingga seluruh Kepri.

Ketika Keluarga Menjadi "Urat Nadi" Pendidikan Karakter

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”( (QS. Al Ahzab : 21).  Ayat ini menegaskan bahwasanya telah ada pada diri Rasulullah suatu contoh yang paling baik untuk diikuti hingga hari kiamat.

Nabi Muhammad dibesarkan dengan kebiasaan kehidupan masyarakat desa dengan sikap yang baik dan akhlak mulia. Nilai-nilai murni seperti lembut tutur kata, timbang rasa, amanah dan sabar membentuk karakter Nabi Muhammad dari kecil hingga pemuda. Pengalaman inilah jadi bekal menghadapi kaum Arab yang jahil. 
Sesungguhnya pendidikan karakter yang dicontohkan keluarga Nabi membentuk beliau memiliki empat sifat utama yang pertama Shiddiq yang artinya benar. Bukan hanya perkataannya yang benar, tapi juga perbuatannya juga benar. Sejalan dengan ucapannya. 

Dari Keluarga untuk Indonesia

Jika kita lihat di berita televisi dan media cetak tentang tindak kriminal yang dilakukan anak-anak SD,SMP hingga SMA sudah di luar kewajaran. Kejadian seperti itu menyebabkan timbul pertanyaan, apakah bisa bangsa sebesar Indonesia ini nantinya dilanjutkan oleh generasi seperti itu?

Kejadian siswa SMP memperkosa rekannya, mencuri, terlibat narkoba, menjadi mucikari, membunuh, tawuran, mencuri, pergaulan bebas, mencontek, merupakan contoh nyata yang bisa kita lihat di koran maupun di televisi terjadi di banyak daerah. Tidak terkecuali di Kepulauan Riau. Dengan menyebarnya kejadian yang menampilkan buruknya akhlak generasi mendatang tentu menyebabkan kekhawatiran bagi guru, orang tua, pengamat pendidikan dan tak terkecuali Presiden Republik Indonesia dengan generasi muda ke depan.

Andaikan mereka yang berbuat kejahatan tersebut memiliki pikiran dan karakter baik dan mendapatkan contoh baik di dalam lingkungan rumah mereka, sekolah, dan tempat bermain, rasanya sangat tidak mungkin anak-anak itu nekat melakukan kejahatan.

Peran Keluarga Menentukan Kemajuan Bangsa

Menjadikan lulusan penerus generasi bangsa ke depan memiliki karakter yang baik adalah impian seluruh orang tua dan pemimpin negeri ini. Karena dengan sumber daya yang handal lahir dari proses pendidikan keluarga yang berkualitas akan membawa Indonesia menjadi negara maju di 2045 atau 100 Indonesia merdeka. Atau kita terus terperangkap menjadi negara berkembang? Bahkan, negara gagal karena diisi oleh generasi muda yang kalah bersaing?

Isu terbaru menjadi kontroversi di Indonesia saat ini adalah munculnya situs anak-anak usia SD melakukan pergaulan yang tidak sewajarnya, pembunuhan, tawuran, pergaulan bebas, mencuri. Dan tentunya Lesbi Gay Bisexual Transgender (LGBT). Masalah tersebut tentulah bertentangan dengan akidah maupun tata kehidupan norma sosial kehidupan manusia yang sewajarnya. Bahkan jika kita melihat ke ribuan tahun lalu, Allah SWT pernah mengirimkan hukuman kepada kaum Nabi Ludt yang tidak mendengarkan perintah Allah terkait larangan hubungan mereka sesama jenis. 

Serius atau Main-main dengan Pendidikan

Peringkat kualitas anak-anak Indonesia usia SMP dan SMA dalam Program for International Student Assessment (PISA) 2012 menempatkan Indonesia peringkat 64 dari 65 negara yang disurvei. Yaitu negara yang tergabung dalam Organization Economic Cooperation and Development (OECD). Kita tertinggal jauh dari Malaysia, Vietnam apalagi Singapura yang berada di peringkat 2 setelah Tiongkok di puncak di survey bidang ilmu pengetahuan, membaca dan matematika.

Dari data World Bank diketahui, lebih dari 50 juta siswa dan 2,6 juta guru di lebih dari 250.000 sekolah ada di Indonesia. Data ini menjadikan Kita sebagai negara terbesar ketiga di wilayah Asia dan bahkan terbesar keempat di dunia (berada di belakang China, India dan Amerika Serikat). 84 persen sekolah berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan sisa 16 persen berada di bawah Kementerian Agama (Kemenag). Sekolah swasta pun memainkan peran penting.