Senin, 29 September 2008

Cinta Kahlil Gibran


Pabila cinta memanggilmu
Ikutilah dia walau jalannya berliku-liku
Dan, pabila sayapnya merangkummu
Pasrahlah serta menyerah walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu.

"Ku hancurkan tulang-tulangku, tetapi aku tidak membuangnya sampai aku
mendengar suara cinta memanggilku dan melihat jiwaku siap untuk
berpetualang"

"Tubuh mempunyai keinginan yang tidak kita ketahui. Mereka dipisahkan
karena alasan duniawi dan dipisahkan di ujung bumi. Namun jiwa tetap ada
di tangan cinta... terus hidup... sampai kematian datang dan menyeret
mereka kepada Tuhan..."

"Jangan menangis, Kekasihku... Janganlah menangis dan berbahagialah,
karena kita diikat bersama dalam cinta. Hanya dengan cinta yang indah...
kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan
duka perpisahan"

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... seperti kata yang tak sempat
diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu...

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada..."

"Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan
ini... pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan
datang"

"Apa yang telah kucintai laksana seorang anak kini tak henti-hentinya aku
mencintai

Dan, apa yang kucintai kini... akan kucintai sampai akhir
hidupku, karena cinta ialah semua yang dapat kucapai... dan tak ada yang
akan mencabut diriku dari padanya"

"Kemarin aku sendirian di dunia ini, kekasih; dan kesendirianku...
sebengis kematian...
Kemarin diriku adalah sepatah kata yang tak bersuara..., di dalam pikiran malam. Hari ini... aku menjelma menjadi sebuah nyanyian menyenangkan di atas lidah hari. Dan, ini berlangsung dalam semenit dari sang waktu yang melahirkan sekilasan pandang, sepatah kata, sebuah desakan dan... sekecup ciuman" (Kahlil Gibran)

Selasa, 23 September 2008

Ibu Ku

IBU melahirkan kita sambil menangis kesakitan. Masihkah kita menyakitkan-nya?
Masih mampukah kita tertawa melihat penderitaan-nya?
Mencaci maki-nya?
Melawan-nya?
Memukul-nya?
Mengacuhkan-nya?
Meninggalkan-nya?
Ibu tidak pernah mengeluh membersihkan kotoran kita waktu masih kecil,
Memberikan ASI waktu kita bayi,
Mencuci celana kotor kita,
Menahan derita,
Menggendong kita sendirian.

Sadarilah bahwa di dunia ini tak ada satu orangpun yang mau mati demi kita.Tetapi beliau justru satu-satunya orang yang bersedia mati untuk melahirkan kita…
Bacalah teman untuk renungan kita ke ibu. (*)

Kamis, 18 September 2008

Kebenaran Pemberitaan Pers Bukan Kebenaran Hukum


Jika ada perkara pemberitaan oleh pers sampai ke meja hijau, hal itu terjadi karena ada orang yang tidak senang dengan pemberitaan media massa.

Contoh yang terjadi, Letnan Jendral Purnawirawan Soeyono divonis 3 bulan penjara masa percobaan akibat pernyataannya di majalah Male Emperium (ME) pada tahun 2005 yang lalu. Kalimat yang dikatakan Soeyono kepada reporter ME adalah. "Mereka sudah mendapatkan balasan yang setimpal. Seperti anak Jendral Hartono mati karena kasus narkoba." Faktanya, anak Hartono bukan mati karena kasus narkoba, melainkan sebab penyakit lain. Akibat pernyataan ini, Soeyono dituntut oleh Jendaral (P) Hartono dengan tuduhan pencemaran nama baik. Sehingga akibat pemberitaan majalah ME tersebut, Soeyono divonis tiga bulan hukuman dalam masa percobaan oleh Pengadilan Negeri Jakarta.

Ini adalah salah satu contoh kasus yang disebabkan pemberitaan pers pada zaman reformasi. Dalam proses persidangan kasus ini, Atmakusuma daro Dewan Pers diminta pengadilan sebagai saksi ahli dari Dewan Pers. Dia katakan di dalam persidangan, kedua belah pihak yakni Soeyono dan majalah ME melakukan kesalahan. Untuk majalah ME, kesalahan yang dilakukan karena tidak melakukan cek dan ricek atas kebenaran anak Hartono mati karena narkoba.Mereka memuat berita tidak berimbang.Bahkan Hartono tidak dikonfirmasi saat berita itu dimuat.Sedangkan dari Soeyono, sebagai orang intelektual yang menjadi narasumber, tidak seharusnya dia melontarkan ucapatan seperti itu.

Pada kasus ini, wartawan ME juga tidak memilih informasi yang layak dimuat. Menurut Atmakusumah yang juga salah satu perumus undang-undang pers ini, wartawan harus bisa memilih informasi dari wawancara untuk dimuat dan tidak dimuat sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik yang mengalami revisi.Tidak semua hasil dari wawancara dari narasumber untuk dimuat dalam tulisan secara keseluruhan. Karena wartawan bukanlah notulen yang mencatat semua yang dikatakan nara sumber pada saat wawancara. Wartawan harus bisa memilih informasi yang layak dimuat dan tidak layak dimuat dari hasil wawancara sesuai dengan hati nurani tanpa mengabaikan kode etik.

Berbagai perkara hukum akibat suatu pemberitaan terjadi karena, pihak yang diberitakan merasa sakit hari dan terhina oleh pemberitaan tersebut. Sehingga obyek yang diberitakan harus diberikan ruang untuk membela diri pada saat berita itu dinaikkan oleh redaksi. Pada saaat berita negatif tentang seseorang diterbitkan tanpa konfirmasi, tingkat emosional orang yang diberitakan 100 persen marah, jika diberikan ruang khusus untuk membela diri,bisa jadi 50 persen dia tak marah atas pemberitaan tersebut.

Jika ada berita mengenai kasus korupsi, pihak yang diberitakan harus dikonfirmasi mengenai kebenaran pemberitaan tersebut. Biarkan masyarakat yang menilai benar atau salah suatu pemberitaan. Bukan wartawan yang menentukannya dengan memvonis dalam suatu pemberitaan.

Jika pers memberitakan dengan berimbang, walaupun dibawa sampai ke proses hukum, maka pengadilan akan mempertimbangkan sesuai dengan Undang-Undang tentang Pers Tahun 1999 No 40 dan Kode Etik Jurnalisatik. Dewan Pers bukan semata-mata melindungi pekerja pers dari pemberitaan, melainkan membantu masyarakat umum yang dirugikan akibat pemberitaan pers. Mana mungkin Dewan Pers bisa memantau 800-an media yang ada di Indonesia,padahal anggota Dewan Pers cuma 9 orang. Oleh karena itu, Dewan Pers bertindak jika ada laporan masyarakat yang dirugikan dari pemberitaan pers.

Dalam kasus tuduhan korupsi yang dilakukan oleh mantan Presiden Soeharto, oleh Majalah Time, Pengadilan Tinggi Jakarta akhirnya menyatakan Majalah Time tidak bersalah atas gugatan Soehato dalam pemberitaan tersebut karena telah melakukan perimbangan berita. Tetapi, dalam banding di MA, Soeharto dimenangkan MA.

Dan pada kasus Majalah Tempo memberitakan miring pengusaha Tommy Winata, pada tingkat pengadilan Tempo kalah, namun pada putusan kasasi Mahkamah Agung Tempo dimenangkan. Dan pimpinan redaksi Tempo Bambang Harimurti pun dibebaskan kembali.

"Itu semua terjadi karena Tempo sudah memberikan ruang kepada Tomi Winata untuk membela diri pada edisi yang bersamaan. Bagitu juga dengan kasus Majalah Time, Soeharto juga sudah diberikan peluang untuk menanggapi tuduhan dari pihak lain. Sehingga penegak hukum pun menyatakan Time dan Tempo tidak bersalah dalam pemberitaan.Walaupun Tomi sudah diberikan ruang untuk membela diri,namun proses hukum tetap berjalan, apalagi tidak memberikan ruang untuk membela diri, "kata Atmakusumah.

Hak jawab

Nara sumber ataupun pihak lain yang merasa dirugikan atas suatu pemberitaan bisa meminta hak jawab dan klarifikasi atas pemberitaan tersebut. Bersama DPR, Dewan Pers merumuskan untuk mengatasi masalah akibat pemberitaan, maka dapat ditempuh dengan empat cara, pertama melalui hak jawab. Objek pemberitaan bisa melakukan hak jawab dari suatu pemberitaan, kedua menggunakan Dewan Pers sebagai mediator agar hak jawab itu dimuat oleh media yang bersangkutan.Karena pemuatan hak jawab merupakan hak mutlak dari media yang bersangkutan berdasarkan pertimbangan profesionalisme, bukan karena tekanan.

Sedangkan yang ketiga, pihak yang dirugikan bisa menempuh jalur hukum untuk membela diri.Untuk cara yang ketiga ini banyak terjadi di Indonesia.Yang keempat, pihak yang dirugikan bisa memboikot media yang bersangkutan untuk tidak dibeli dan membacanya.Karena media tersebut tidak jujur dalam pemberitaan. Namun aksi boikot itu tak dilakukan dengan kekerasan.

Mengikuti putusan kasasi dari Mahkamah Agung sewaktu menangani perkara pemberitaan, kebenaran pemberitaan pers, bukanlah kebenaraan absolut, kebenaran pemberitaan menurut pers bukanlah kebenaran menurut hukum, kebenaran menurut pemberitaan pers adalah kebenaran menurut narasumber dan kebenaran pemberitaan pers adalah kebenaran ilusive (sulit dipegang) licin seperti belut.

Aparat penegak hukum tentunya berdasarkan kode jurnalisatik dan Undang-Undang Pers dalam menentukan putusan hukum. Jika pekerja pers bekerja sesuai dengan kode etik,maka media tersebut akan selamat. (robby patria)

Rabu, 17 September 2008

Mengejar Mimpi atau 'Latah' Berpolitik


Oleh: Robby Patria, SE


Pemilu tinggal tujuh bulan. Partai politik sudah mendaftarkan kader partai untuk bertempur mendapatkan kursi panas di DPR, DPRD provinsi, dan DPRD tingkat kabupaten. Sangat disayangkan, dalam pencalegan kali ini, ada dugaan terjadi Korupsi Kolusi Nepotisme(KKN) politik parpol baik itu yang terjadi di pusat sampai ke daerah.

Isteri ketua parpol dimasukkan menjadi caleg. Suami jadi kepala daerah, isteri jadi pejabat negara, anak juga dijagokan jadi anggota DPR. Satu keluarga kalau bisa jadi pejabat semuanya. Apakah sumber daya manusia di Kepulauan Riau ini tak berkualitas. Sehingga untuk posisi strategis, harus keluarga tertentu yang mengendalikannya?

Jika memang iya, maka sesungguhnya Kepri masih jadi komoditas pasar untuk oknum tertentu saja. Masyarakat Kepri, hanya jadi penonton dalam suatu adegan film. Saya tentunya akan malu, sebagai anak negeri hanya duduk diam tanpa harus terlibat banyak dalam pembangunan. Sungguh ironis jika masalah itu terjadi. Partai besar di daerah ini sepertinya tak memiliki sistem pengkaderan yang dengan baik. Tetapi untuk kasus pencalegan kali ini, memang unik. Terkesan mereka latah-ikut-ikutan jadi caleg. Padahal, kemampuan berpolitik masih masih diragukan.Walaupun katanya, lulusan luar negeri dari universitas ternama.

Contoh nyata pencalegan anak pejabat itu terjadi di Golkar. Dani Ismeth berada di urutan dua untuk caleg DPR-RI. Padahal, di Kepri hanya ada tiga kursi untuk duduk di DPR. Berdasarkan pengalaman pemilu 2004, kursi DPR diraih oleh Golkar, PDIP dan PAN. Kemungkinan yang ada, pemilu tahun 2009 juga tak banyak berubah. Pasar pemilih tradisional di Kepri masih mengirim wakilnya ke Senayan melalui PDIP, Golkar dan kursi ketiga bisa direbut PKS, PAN dan PPP.

Harry Azhar Aziz dipasang Jusuf Kalla di nomor satu dapil Kepri. Tetapi, mantan ketua umum PB HMI ini juga masih ragu, dengan suara yang akan diraihnya dalam pemilu kali ini. Sebab, Golkar menggunakan sistem suara terbanyak. Artinya, Dani Ismeth bisa berpeluang menang dengan menggalang dan didukung dengan dana yang tak terhitung. Ismeth sebagai penguasa di daerah ini takkan tinggal diam ketika anaknya bertarung merebut kursi di DPR-RI. Ismeth juga tak tinggal diam ketika isterinya Aida berjuang kembali menjadi anggota DPD-RI untuk kedua kalinya. Pergerakan Dani mulai terlihat. Ibu dan anak mulai melakukan kegiatan sosial terjun ke pemilih.

Jika nantinya Dani menang dan duduk di DPR, maka prestasi akan diukir. Bisa jadi, mendapat museum rekor Indonesia (Muri) dari Jaya Suprana. Karena bapak jadi gubernur, isteri jadi anggota DPD, dan anak jadi anggota DPR. Hal itu sungguh jarang terjadi di Indonesia. Penghargaan tersebut pernah diraih Bupati Jembrana I Gedhe Winasa. Tetapi Winasa telah tujuh penghargaan MURI berhasil disabet Winasa. Pertama, karena memperoleh suara terbanyak dalam Pilkada Bupati 2005 (88,9 persen). Kedua, menggelar parade kesenian Jegog terbanyak, saat acara pelantikan dirinya sebagai Bupati Jembrana untuk kali kedua. Ketiga,pemrakarsa sekolah gratis pertama (2004). Keempat, program kesehatan gratis pertama (2003).Kelima, proyek pengolahan air laut. Keenam, membebaskan pajak bumi dan bangunan bagi lahan dan sawah. Dan ketujuh, pasangan suami istri Bupati pertama kali di Indonesia. Seperti diketahui, Ratna Ani Lestari, Bupati Banyuwangi adalah istri Winasa.Bali, karena isterinya jadi Bupati dan berhasil menjalankan program pendidikan gratis.

Wabah anak ikut bapak menjadi anggota DPR kini memang dipelopori pengurus parpol di jajaran elit partai. Trend tersebut kini merambah ke daerah. Di jajaran elit partai, kita bisa melihat putra Amien Rais maju jadi caleg dari Partai Amanat Nasional. Dave Laksono, putra Agung Laksono maju jadi caleg dari Golkar. Putra Nababan (PDIP) anak Panda Nababan, Putri Paundrianagari (PDIP) anak Guntur Soekarnoputra, Agus Haz (PPP) anak Hamzah Haz, Anindya Bakrie (Golkar) anak Aburizal Bakrie, Maruarar Sirait (PDIP) anak Sabam Sirait, Puan Maharani (PDIP) anak Megawati Soekarno Putri, Muhammad Iqbal (PPP) anak Bachtiar Chamsyah, Edi Baskoro Yudhoyono (PD) anak Susilo Bambang Yudhoyono.

Dalam konteks lokal, ada isteri Ketua DPRD Kota Batam Soerya Respationo, Rekaveni maju menjadi caleg anggota DPRD Batam. Isteri Ahars Sulaiman dari PPP juga maju. Dan menariknya, Saidul Khudri dan isteri sudah duluan duduk di kursi DPRD dari PKB. Yang paling menonjol saat ini, tentunya wakil DPR ada Dani anak Ismeth Abdullah yang akan bersaing dengan Harry Azhar Aziz untuk memperebutkan satu kursi utusan wakil Kepri di DPR.,Masuknya anak maupun istri pejabat yang tak lain jadi menimbulkan bermacam macam tanggapan.

Apakah masuknya anak pejabat jadi caleg sebagai bentuk pelanggaran etika moral? Karena tak membiarkan orang di sampingnya yang memiliki kemampuan untuk maju. Padahal, jika saja isteri pejabat tersebut tak maju, tentulah, kader partai yang berjuang mati-matian membesarkan partai bisa maju.

Tetapi, dengan dicalonkannya anak ketua partai, isteri ketua parpol, maka, tak ada pilihan lain, kader partai yang memiliki kemampuan harus mengundurkan diri dengan teratur. Ya, bisa saja masih diberikan kepercayaan, tapi nomor urut sepatu.

Kenapa partai politik sebagai perwakilan masyarakat hanya terdiam. Seharusnya tindakan semacam itu harus di lawan apabila caleg yang diajukan tak berkualitas. Apalagi, sang caleg tersebut tak memiliki kemampuan sama sekali. Bagaimana nantinya mereka akan berjuang kepentingan masyarakat di dewan. Sedangkan mereka tak memiliki kemampuan. Apa yang akan mereka berikan untuk rakyat yang sudah memberikan gaji besar untuk bekerja membela kepentingan rakyat.

Bukankah, menjadi anggota DPR, DPRD banyak berurusan dengan pembuatan perundang-undangan. Yang akan terjadi nantinya, caleg karbitan tersebut akan duduk manis di kursi dewan. Menerima gaji, duduk dan pulang. Apakah caleg karbitan ini harus dipilih? Saya rasa tidak.

Rakyat akan menderita jika memilih caleg yang tak memiliki kemampuan baik dari akademis dan politik. Terlalu mudah mereka mencari kekayaan, jabatan dan nama dengan menjadi caleg.Bukankah pendiri bangsa ini menjadi pemimpin melalui proses yang panjang. Soekarno harus keluar masuk penjara untuk menjadi presiden. Rakyat menghargai Soekarno karena jerih payahnya membebaskan bangsa dari belenggu penjajah. Bapak bangsa telah berbuat, dan wajar rakyat memberikan penghargaan.

Tetapi yang terjadi di sekitar kita, mereka ingin jadi wakil rakyat tidak melalui proses yang panjang. Dengan menggunakan media massa mempengaruhui masyarakat melalui iklan, membayar media massa untuk menamfilkan fotonya, membagikan sembako, seolah-olah mereka jadi pahlawan. Ya, pahlawan yang kesiangan mencari belas kasihan.

Sekali lagi, pembelajaran politik memiliki proses yang panjang. Dalam arti kata, sangat riskan tiba-tiba ada caleg tanpa magang sama sekali dalam dunia politik. Semoga masyarakat tak terpedaya dengan caleg karbitan.***

Selasa, 16 September 2008

Cinta ITU



Kini dia jadi isteri Ku. Aku terus mencintainya hingga ajal memisahkan kami.Amin. foto by robby patria

Pernahkah kamu merasakan,
bahwa kamu mencintai seseorang,
meski kamu tahu ia tak sendiri lagi, dan
meski kamu tahu cintamu mungkin tak berbalas,
tapi kamu tetap mencintainya,
Pernahkah kamu merasakan,
bahwa kamu sanggup melakukan apa saja demi seseorang yang kamu cintai,
meski kamu tahu ia takkan pernah peduli ataupun
ia peduli dan mengerti, tapi ia tetap pergi.
Pernahkah kamu merasakan hebatnya cinta,
tersenyum kala terluka,
menangis kala bahagia,
bersedih kala bersama,
tertawa kala berpisah,
Aku pernah .........
Aku pernah tersenyum meski kuterluka !
karena kuyakin Tuhan tak menjadikannya untukku,
Aku pernah menangis kala bahagia,
karena kutakut kebahagiaan cinta ini akan sirna begitu saja,
Aku pernah bersedih kala bersamanya,
karena kutakut aku kan kehilangan dia suatu saat nanti, dan......
Aku juga pernah tertawa saat berpisah dengannya,
karena sekali lagi, cinta tak harus memiliki, dan
Tuhan pasti telah menyiapkan cinta yang lain untukku.
Aku tetap bisa mencintainya,
meski ia tak dapat kurengkuh dalam pelukanku,
karena memang cinta ada dalam jiwa, dan bukan ada dalam raga.
Semua orang pasti pernah merasakan cinta..
baik dari orang tua... sahabat.. kekasih dan
akhirnya pasangan hidupnya.
Buat temenku yg sedang jatuh cinta.. selamat yah..
karena cinta itu sangat indah.
Semoga kalian selalu berbahagia.
Buat temanku yg sedang terluka karena cinta...
Hidup itu bagaikan roda yang terus berputar,
satu saat akan berada di bawah dan hidup terasa begitu sulit,
tetapi keadaan itu tidak untuk selamanya,
bersabarlah dan berdoalah karena cinta yang lain
akan datang dan menghampirimu.
Buat temanku yang tidak percaya akan cinta... buka hatimu ...
jangan menutup mata akan keindahan yang ada di dunia
maka cinta membuat hidupmu menjadi bahagia.
Buat temanku yang mendambakan cinta.. bersabarlah..
karena cinta yang indah tidak terjadi dalam sekejab..
Tuhan sedang mempersiapkan segala yang terbaik bagimu. (*)

Kamis, 11 September 2008

Jejak Camp Vietnam, Tragedi Kemanusiaan yang Tersisa


Banyak diantara mereka yang tidak pernah mencapai tujuannya. Mereka yang kehilangan segala-galanya di tanah air mereka karena perang Vietnam, menjual harta terakhir agar bisa menaiki kapal kayu kecil terkadang bersama lebih seratus orang sekaligus, bertaruh pada kemungkinan terkecil yang ada.

Mereka dirompak, diperkosa, dan dibunuh bajak laut di Laut Cina Selatan. Sebagian lainnya terombang-ambing karena badai, kehabisan bahan bakar dan karam begitu saja. Mereka yang berhasil selamat pun menghabiskan waktu hingga beberapa bulan di laut lepas, bertahan sementara ada rekan seperjalanan yang sakit atau meninggal kelaparan.

Inilah sepenggal cerita yang tak mungkin sirna dimakan jaman.Nama Pulau Galang sepertinya tak begitu populer di bandingkan dengan mendunianya Batam. Tetapi, Galang menyimpan kenangan sejarah 250 ribu lebih pengungsi Vietnam. Tentunya Galang juga akan menjadi pulau yang tak akan terlupakan bagi mereka yang pernah tinggal di pulau yang tandus itu. Bagaimana kondisi Galang saat ini? Akankan menjadi tempat wisata budaya bagi Batam?

Ketika saya mengunjungi lokasi bekas kamp Vietnam pekan Selasa 13 November 2007, sisa-sisa kamp pengungsi itu tetap berada pada tempatnya, sebagian diperbaiki untuk menjadi monumen untuk mengenang masa lalu para pengungsi Vietnam.

Perjalanan ke pulau Galang dimulai ditengah panas triknya matahari.Dengan menggunakan bus, kami bersama dengan mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata kabinet Megawati, melihat-lihat objek wisata di Kepualauan Riau. Salah satunya kamp Vietnam di Pulau Galang.

Pulau Galang kini bersama Pulau Batam dan Pulau Rempang menjadi satu kesatuan otorita yang disebut Barelang (Batam-Rempang-Galang). Sebelum sampai di lokasi Vietnam, warga yang ingin sampai di kamp itu akan melewati daerah Muka Kuning di mana terdapat kawasan industri elektronika terbesar di Batam.

Setelah 20 menit dari Mukakuning, dari kejauhan sudah terlihat tiang jembatan pertama. Keseluruhan kawasan Barelang dihubungkan oleh 5 jembatan antar pulau dan yang pertama inilah yang memiliki rentang terpanjang. Dibangun pada jaman Habibie menjadi Ketua Otorita Batam, jembatan ini memang sungguh membentang megah antara Pulau Batam dan Pulau Tonton, sebuah pulau kecil sebelum mencapai Pulau Rempang. Berhenti sejenak, pemandangannya memang indah. Langit biru cerah, laut yang juga biru dengan deretan kepulauan Riau di kejauhan jadi pemandangan yang menyenangkan.

Perjalanan kembali berlanjut dengan menyeberang ke Pulau Rempang dan kemudian Pulau Galang. Kondisi jalan yang sempurna membuat perjalanan hampir 70 km ditempuh dengan cepat, hanya sekitar 45 menit tibalah di sebuah simpang tiga yang diberi papan penunjuk menuju arah Galang Refugee Camp Memorial.

Kami memasuki arah jalan ditunjuk, lebih kecil dan beraspal lepas dan diawali dengan pos retribusi. Memasuki beberapa ratus meter ke dalam, kami disambut sebuah papan penunjuk menunjukkan kata pagoda.

Semakin memasuki wilayah pengungsi, suasana begitu sejuk. Tiba-tiba terlihat sebuah tugu kecil dengan nama Humanity Statue. Dari penjelasan di dekat patung, tertulis bahwa patung itu didirikan oleh para pengungsi untuk mengingat musibah yang menimpa seorang wanita bernama Tinh Nhan yang diperkosa oleh sesama pengungsi di lokasi di mana patung itu berada kini. Tinh Nhan bunuh diri tidak lama sesudahnya.

Tidak jauh dari patung kemanusiaan itu di sebelah kiri terdapat areal pemakaman Ngha Trang. Terdapat 503 makam yang diperuntukkan baik untuk yang Buddhis dan Kristen. Di pintu gerbang terdapat sebuah tugu bertuliskan ”dedicated to the people who died in the sea on the way to freedom.

Yang menarik ketika memasuki wilayah itu, ada peninggalan beberapa bekas perahu pengungsi yang diangkat ke darat sebagai kenangan perjuangan untuk hidup yang lebih baik.

Sebagian besar kamp pengungsi ini memang direstorasi kembali seperti bekas penjara, rumah sakit milik UNHCR dan perahu, bahkan bekas kantor UNHCR dijadikan museum kecil, tapi sayangnya barak-barak para pengungsi ini dibiarkan rusak terbelit ilalang dan tanaman merambat seperti yang saya lihat di kamp Galang 2.

Ada sebuah papan petunjuk yang bertuliskan Gereja Protestan, tetapi gereja itu juga hanya menjadi reruntuhan. Dahulunya, ada dua bagian besar kamp pengungsi yang dinamakan Galang 1 dan Galang 2. Secara bercanda para pengungsi menyebut pekuburan Ngha Trang sebagai Galang 3. Kamp pengungsi ini dilengkapi dengan sarana rumah sakit dan sekolah dan youth center, atas bantuan UNHCR dan Pemerintah Indonesia. Para pengungsi Vietnam yang terdampar di pulau-pulau lain disatukan di Pulau Galang ini sambil menunggu proses repatriasi mereka ke negara-negara lain yang bersedia menerima mereka sebagai warga negaranya.

Dari banyak litaratur, pengalaman pahit getir kehidupan mereka pula selama di penampungan Pulau Galang. Ada banyak anak-anak yang kehilangan orangtuanya harus hidup seorang diri di kamp ini hanya tergantung pada kemurahan hati orang lain. Kebanyakan dari mereka harus bekerja mengolah tanah Pulau Galang untuk berkebun dan bertanam. Beberapa tangan-tangan kreatif membuat kerajinan dan suvenir yang dapat digunakan untuk mendapatkan penghasilan.


Dari catatan yang terbaca di museum, kamp pengungsi ini pernah menampung hingga 200 ribu orang. Dinding museum dipenuhi deretan pasfoto hitam putih yang bergambar para pengungsi yang memegang papan tulis kecil dengan nama mereka dituliskan dengan kapur tulis. Pada bulan Maret 2005 para mantan penghuni kamp pengungsi Galang dari seluruh dunia berkumpul kembali untuk melakukan napak tilas hidup mereka, mengenang sahabat dan kerabat yang tidak berhasil mencapai kehidupan dan kemerdekaan sebagai manusia.

Dari penjelasan Mursidi, penjaga museum itu, kunjungan hanya ramai pada hari libur. "Bisa mencapai 1.000 orang.Sedangkan pada hari biasa masih sepi," ujarnya.

Melanjutkan perjalanan mengelilingi kamp Galang 2. Sebuah papan menunjuk pada kata ’Catholic Church’.Kamipun berjalan menuju arah yang ditunjuk, menyeberangi sebuah jembatan kayu. Di kejauhan, seusai jembatan ada gerbang dengan tulisan yang terkelupas ’Nha To Duc Ne Vo Nhiem’ dengan tambahan Bahasa Inggris di bawahnya ’Immaculate Conception Mary Church’.

Gereja Maria Dikandung Tanpa Noda ini masih sangat terawat, walaupun seperti halnya semua bangunan di kamp pengungsi ini, dibangun dengan struktur kayu. Di halaman ada patung perahu dengan Bunda Maria di atasnya.



Kenangan Tragedi Kemanusian yang Masih Tersisa


Ketika Indonesia dihujat dunia internasional dengan pelanggaran hak azazi manusia di Timur Leste dan Aceh, seakan dunia lupa peran Indonesia dalam menyelamatkan 250 ribu pengungsi Vietnam. Sejarah pengungsi Vietnam di Pulau Galang, Batam, Kepulauan Riau masih terekam jelas melalui peninggalan sejarah di Kamp Vietnam.

Pulau Galang mencuat namanya sekitar tahun 1970-an. Tidak saja di Indonesia tetapi juga di dunia internasional.Adalah UNHCR (United Nation High Commission for Refugees,) atas persetujuan pemerintah pusat, saat itu masa pemerintahan Seoharto membangun perkampungan sementara untuk ribuan orang pengungsi Vietnam.

Para pengungsi Vietnam itu dikenal pada waktu itu sebagai "manusia perahu". Karena mereka meninggalkan Vietnam dengan menggunakan perahu, hingga sampai di Galang, dan beberapa bagian negara di kawasan Asia.

Dari keterangan petugas disana, dan foto-foto yang masih terpampang di musium Vietnam, setiap perahu itu ada yang berpenumpang sekira 40-100 orang.Mereka terdampar di sekitar pantai Tanjung Uban, Kepulauan Natuna, Pulau Galang dan di sekitar pulau-pulau kecil lainnya yang tidak berpenghuni. Pada waktu itu mereka ditemukan dan ditolong oleh patroli Angkatan Laut Indonesia dan para nelayan setempat.

Peristiwa sejarah itu terjadi pertengahan tahun 1970-an setelah berakhirnya perang Vietnam yang ternyata menghadapkan dunia internasional pada masalah serius para pengungsi. Kondisi politik di Vietnam yang membuat ratusan ribu warga Vietnam harus mencari perlindungan. Pemicu utamanya adalah jatuhnya Vietnam Selatan ke tangan kekuasaan Vietnam Utara atau Vietkong, selain situasi kaostis di Kamboja.

Peran Indonesia ketika itu, satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memberikan respons yang muncul terhadap masalah kemanusian berskala internasional.
"Karena letak Galang sebagai daerah strategis, maka dipilih sebagai tempat transit para pengungsi Vietnam. Sambil menunggu mereka secara administratif diproses untuk dikirim ke negara ketiga," tutur Mursidi, kepada wartawan di museum, saat mendampingi,mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata I Gede Ardika, Selasa (13/1).

Batam Pos, yang pertama kali ke lokasi itu, tak sabar membidikkan kamera Canon, untuk mengabadikan momen tersebut.Sayang, memory kecil, jadi banyak juga yang dihapus. Hanya foto sedikit bagus yang disimpan di kamera, he he he...

Dalam hati bekata ketika itu,"Jika tak sekarang saya memotret, kapan lagi bisa ketempat bersejarah ini. Karena tempatnya terlalu jauh dari Batam".

Teman-teman wartawan media cetak di Jakarta pun tak lupa berfoto di lokasi itu. Bahkan ada yang mengabadikan masuk dalam penjara untuk pengungsi Vietnam yang sudah tak terawat.

Penjara itu berfungsi untuk mengamankan warga Vietnam yang membuat ulah. Terdapat tiga pintu di penjara yang terbuat dari besi tersebut.


Untuk lebih jauh,berdasarkan litaratur dan cerita cerita Mursidi, UNHCR membangun kota baru di Galang untuk warga Vietnam. Semua sarana dan prasarana lengkap dan sangat memadai, seperti jalan yang teratur dan kualitas sangat baik yang menghubungkan dengan pelabuhan kecil yang digunakan sebagai lalu lintas suplai kebutuhan hidup para pengungsi itu. "Tempat ini dikenal dengan nama Pelabuhan Karyapura," katanya.

Dari pantaua Batam Pos, di sana juga terdapat restoran makanan laut, gedung pertemuan, sekolah, gereja, perumahan untuk pegawai lokal UNHCR, pagoda, rest area, camping ground, "Galang Memorial Hall".

Selain itu, jelas terlihat kubur pemakaman 500 orang meninggal di kampung Vietnam.
Ternyata, warga Vietnam bukan hanya menganut komunis, ada juga yang bergama Kriten.
Hal itu terlihat dari lambang kubur, di areal pemakaman yang teratur dan terawat baik.

Sedangkan untuk perumahan pengungsi dan sarana gedung lainnya yang sekarang ada tampak mulai roboh. Atap-atapnya hilang entah kemana.Sedangkan dinding rumah pun sudah lepas dari bingkai rumah, yang diselimuti ilalang.

"Wah pantasan dijadikan lokasi shoting uka-uka. Situasinya seram," celetuk Sari, wartawati Rakyat Merdeka Jakarta, melihat kondisi bekas perumahan Vietnam.

Peninggalan yang masih terawat, yakni tempat suci umat Budha (pagoda). Karena tempat ini dirawat orang-orang Budha. Bangunan itu masih terlihat berdiri megah.

"Biasanya juga digunakan tempat mengadu nasib. Bisa minta kaya," kata gait dari travel, yang membawa kami ke sana.

Kondisi iklim yang sejuk, dan hutan yang masih hijau sangat cocok untuk tampat kamping pramuka. Tak heran walaupun jauh dari Batam, wisata budaya Vietnam masih banyak dikunjungi. Jika anda pernah kesana, pasti akan kagum dengan kampung Vietnam ini. Nilai-nilai yang terkandung di balik pembangunan perkampungan tersebut, sangat menyentuh jiwa. Banyak pelajaran yang ada dibalik kampung tua, untuk masa depan kehidupan umat manusia.

Dari cerita, pengungsi Vietnam banyak membawa emas dari kampung halamannya. Benda itu lah ditukarkan dengan penduduk seempat untuk biaya hidup selama berada di Galang.

Banyak yang beranggapan, para pengungsi itu, banyak orang yang tergolong berada.

Setelah masa tragis itu, hilang dan berganti waktu, perkampungan para pengungsi Vietnam itu telah menjadi wilayah terbuka untuk dikunjungi masyarakat karena telah ditinggalkan para pengungsi.

Selama 18 tahun, mereka tingal di Galang. Dan akhirnya UNHCR/ badan PBB yang berurusan dengan masalah-masalah pengungsi dan pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Angkatan Laut pada waktu itu, para pengungsi Vietnam yang dilindungi di Pulau Galang telah berhasil dipulangkan. Sekitar 5.000 orang pengungsi kembali ke Vietnam.Sedangkan ribuan orang tersebar di negara-negara ketiga, di antaranya ada yang menuju Australia dan Amerika Serikat. Kanada menjadi negara peling banyak menampung warga Vietnam sebanyak 13 ribu orang. Kemudian disusul Australia sebanyak 7 ribu orang.

Ada kejadian yang tragis karena disebkan, banyak di antara mereka yang takut untuk dikembalikan ke Vietnam. Cara yang dipilih melakukan bunuh diri sebagai tanda protes pada keputusan UNHCR untuk menutup kamp pengungsi pada tahun 1996 dan mengembalikan kereka yang tersisa ke Vietnam.

Kini, di dinding museum dipenuhi deretan pasfoto hitam putih yang bergambar para pengungsi yang memegang papan tulis kecil dengan nama mereka dituliskan dengan kapur tulis.

Pada bulan Maret 2005 para mantan penghuni kamp pengungsi Galang dari seluruh dunia berkumpul kembali untuk melakukan napak tilas hidup mereka, mengenang sahabat dan kerabat yang tidak berhasil mencapai kehidupan dan kemerdekaan sebagai manusia.

"Sudah tiga kali mereka reuni.Yang terakhir tahun 2006. Yang datang cuma 10 orang," ujar Mursidi, penjaga museum yang sudah memutih kepalanya itu.

Perkampungan Vietnam yang sejuk dan indah serta jauh dari keramaian itu, bagi mereka hanya tinggal kenangan yang tentu sulit untuk mereka lupakan.

Areal permukiman Vietnam kini menjadi wilayah konservasi sebagai museum terbuka utuk umum. Tempat ini juga jadi bukti kepada dunia bahwa Indonesia memiliki komitmen tinggi dalam menegakkan nilai-nilai kemanusiaan yang penting dalam sejarah peradaban modern di Asia Tenggara. (robby patria)

Gerobak Hijau Eko


Gerobak hijau milik Eko (49), parkir di Perumahan Green Land, Batam Centre. Setiap sore saat Ramadan, pria yang usianya hampir setengah abad ini mangkal di perumahan tersebut. Eko, sosok pria yang jauh-jauh datang dari Banjarnegara hanya untuk berjualan es dawet di Batam.

Sudah dua tahun dia tinggal di Batam dan mencari perutungan dengan berjualan es dawet khas Banjarnegara. Di Batam, Eko indekos di Batam Centre. Luas kamarnya cuma 2x 3 meter. Dia datang ke Batam bersama dengan isteri dan satu orang anaknya.

Tinggal di kos yang sempit tak membuat lelaki yang selalu menggunakan kopiah itu lelah.Apalagi harus mendorong gerobak es dawetnya setiap sore. "Dari pada tinggal di Jawa, lebih baik saya mencari rezeki di Batam. Karena lebih mudah dibandingkan dengan di Jawa. Begini untuk bertahan hidup," tutur Eko.

Sudah lama Eko menguasai teknik membuat es dawet. Sejak di Banjarnegara, dia sudah berjualan es tersebut.

Seingat Eko, di Batam dulunya tak banyak yang berjualan es dawet. Tetapi sekarang sudah banyak yang jualan. Mulai dari Batuaji, Nongsa, Jodoh, sampai ke Batam Centre gerobak dawet mudah dijumpai.

Sampai di Batam, Eko langsung membuat gerobak. Untuk menghasilkan satu gerobak, biaya yang dikeluarkan Rp500 ribu. Di dalam gerobak disediakan dua termos untuk menyimpan es. Kemudian toples untuk cendol yang terbuat dari sagu. Ada lima gelas untuk pembeli yang sengaja minum di tempat. Gelas plastik untuk pembeli yang membawa pulang es. Pipet juga dia siapkan.
Gerobak Eko ternyata dilengkapi dengan kaca spion. Untuk apa ini pak? "Wah itu untuk jaga-jaga saja. Nanti dimarah polisi jika tak ada spion," katanya memberi alasan.

Awalnnya, Eko berjualan di depan kantor Imigrasi Batam. Banyak penggemar es Eko di sana. Tetapi, dia malah disuruh pindah oleh petugas satpol PP. Eko juga tak mengerti kenapa dia harus pindah. Tetapi, karena orang kecil yang tak punya kekuatan, Eko pun pindah mencari tampat jualan baru.

"Alasan saya disuruh pindah karena pemerintah ingin membersihkan lokasi. Kayak di Singapura itulo. Bersih tak ada gerobak di kantor pemerintah," ujar Eko.

Setelah itu, Eko pun mendorong gerobaknya untuk mangkal di samping Mega Mall. Setiap sore Eko berjualan di sana. Karena sebelum pukul 15.00, lokasi baru yang ditempati Eko bersih dari pedagang kaki lima.

Pemerintah hanya memberikan izin di bawa pukul 15.00 sampai malam.
Tak ada daya selain mengikuti perintah pemerintah setempat.

Dengan berjualan es dawet, Eko menghidupi keluarganya. Penghasilan Eko dalam satu hari bisa melebihi gaji pegawai negeri. Jika hari panas,rata-rata Eko membawa pulang Rp100 ribu. Jika dikalikan 30 hari, setidaknya sudah 3 juta. Jika lagi hoki, Rp300 ribu per hari pun dengan mudah diraih.

Padahal modal Eko untuk menjual es dawet cuma Rp50 ribu per hari. Dana tersebut untuk membeli gula aren yang dibuat sebagai cairan pemanis. Dan sisanya dibelikan sagu. Lalu kalo ada sisa, Eko menambah bumbu durian di dalam es tersebut.

Sungguh tak disangka, dengan jualan dewet, bisa menghasilkan uang jutaan rupiah. Penghasilan Eko ternyata mengalahkan gaji seorang jurnalis di Batam yang gajinya rata-rata 1 jutaan per bulan.

Hasilnya cukup enak. Kalo diminum saat berbuka puasa, membuat rasa haus pun hilang. Hebatnya, es dawet ini, kata Eko cepat mengembalikan stamina.

Warna es dawet made in Eko hijau kecoklat-coklatan. Per gelas, dijual cuma Rp3 ribu rupiah. Jika es tersebut tak habis dibeli, maka Eko membagikan es tersebut ke tetangga.

'' Kan sayang jika dibuang," ujar Eko.

Untuk membuat es dawet ini, katanya, gampang. Asalkan sesuai dengan aturan. Berarti bukan hanya dokter saja yang memiliki resep obat, gumam saya dalam hati. Membuat dawet juga harus memenuhi aturan. Jika tidak, cendolnya akan keras dan mengembang. Rasanya juga tak enak.

"Saya membagikan resep ini kepada teman-teman dari Surabaya," katanya mengenang.

Eko tak sembarangan memberikan resep. Sebelum belajar dengannya, muridnya harus mematuhi agar menjaga kualitas dawet banjanegara. Dia tak mau, penjual dawet menjual dengan rasa apa adanya. "Saya tekankan kepada teman-teman yang ingin belajar supaya jaga kualitas," kata lembut.

Eko masih punya opsesi lain. Dia ingin berjualan mie ayam, tahu campur ala Surabaya. Dari pengamantannya, di Batam tak banyak yang berjualan tahu campur. Ketika ditanya, apakah tertarik untuk mendapatkan pinjaman dari pemerintah guna mengembangkan usaha? Lelaki yang ramah itu menjawab tidak.

"Saya kan cuma penjual es dawet. Apa iya bisa mendapatkan pinjaman," katanya.

Di Batam, pasti banyak Eko yang lain yang mengadu nasib di Batam. Ya, kota ini memang menjadi miniatur mini Indonesia. Segala suku dan pekerjaan ada di Batam. Akankah mereka bisa bertahan dari kerasnya hidup di kota seribu ruko? robby patria

Rabu, 10 September 2008

Tanjungpinang yang Gelap


Perasaan kesal tak pernah hilang saat menginjak kaki di Tanjungpinang.
Memasuki Pelabuhan Sri Bintan Pura saja, kita sudah disuguhkan kegelapan.
Maklum, listrik mati. Tanjungpinang gelap.

Bisa jadi, mati lampu berdampak positif terhadap pertumbuhan bayi? Ah,
belum ada yang melakukan penelitian tentang itu.
Bisa saja dengan kondisi gelap gulita bertemankan lilin, kepala rumah
tangga enggan untuk keluar rumah. Ujung-ujungnya, ambil jatah.

Kondisi Tanjungpinang sebagai ibu kota sebuah provinsi, yang katanya
memilili pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen, sungguh menyedihkan.
Terbatas sarana listrik, yang setiap hari mati. Air PDAM yang selalu
ngadat. Belum lagi fasilitas infratruktur minim. Tapi kota itu menyuguhkan

kehidupan yang sederhana. Antartetangga selalu akur. Jarang terjadi tindak
kriminal seperti di Batam dan kota besar lainnya.
Di Tanjungpinang, jangan ditanya ada mal. Yang ada cuma Ramayana. Itupun
dikatakan mal Tanjungpinang.

Salah satu petinggi pusat perbelanjaan besar di Batam mengatakan ke Saya,
pihaknya belum berminat melebarkan sayap di kota Gurindam. Pasal,
perekonomian warga belum mendukung. Daya beli konsumen rendah. Sehingga
mereka menunda untuk melebarkan sayap ke Tanjungpinang.

Warga Tanjungpinang tak kecil hari jika tak mendapatkan pusat perbelanjaan
yang elite yang menyediakan merek-merek ternama. Toko-toko di
Tanjungpinang sudah menjual produk impor dari Korea, Thailand, dan
Hongkong.

Tak heran, di sepanjang Jalan Merdeka, toko toko tersebut menjual produk
fashion impor.Tak jarang, warga Tanjungpinang membeli baju di Singapura. Maklum,jarak
tempuh Tanjungpinang-Singapura cuma 1,5 jam saja.

Yang jadi persoalan serius, sampai kapan, kota yang melahirkan tokoh
sastra nasional itu menjadi kota yang maju. Dengan kilauan lampu jalan,
lampu hias lainnya. Sampai kapan, kegelapan melanda kota tersebut.

Moga Tanjungpinang cepat berbenah, berhias, seperti putri yang menanti
sang pangeran.

Senin, 08 September 2008

Kemelut di Ladang Emas BUMD Kepri

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kepulauan Riau mengalami kemelut. Kali ini, Direktur BUMD Kepri Reviansyah dianggap gagal menjalankan roda PT Pembangunan Kepri yang memiliki 10 anak usaha. Modal awal dari APBD Kepri sebanyak Rp10 dianggap hilang. Ditambah, Reviansyah ingin meninggalkan kursi empuk di PT Pembangunan Kepri. Apa benar personil dan direktur BUMD tak cocok lagi?


Markas PT Pembangunan Kepri berada di lantai 8 Gedung Graha Pena, Batam Centre, Kamis 4 Septeber 2008 terlihat normal. Seolah-olah tidak ada gejolak yang hangat di dalam badan usaha seumur jagung itu. Kamis (4/9), tiga orang direktur PT Pembangunan Kepri dipanggil Gubernur Kepri di Tanjungpinang untuk meminta penjelasan dari petinggi BUMD.

" Direktur sedang dipanggil gubernur di Tanjungpinang. Gak tahu masalah apa, mungkin berita di media," ujar Al-Jihat, salah satu kepala devisi di BUMD Kepri, kepada Batam Pos, memberikan alasan ketika Batam Pos ingin melakukan konfirmasi.

Padahal, akhir pekan lalu, seluruh Komisaris BUMD Kepri, seperti HM Sani, Nuraida Muchsen, dan Iman Sudrajad hadir di markas BUMD. Dalam kesempatan itu, Direktur Utama PT Pembangunan Kepri Reviansyah, Direktur Operasional Much Rifan dan seluruh pegawai PT Pembangunan Kepri hadir.

Situasi pertemuan yang dibalut dengan acara silaturahmi menyambut puasa tampak romantis. Antara komisaris dan pegawai BUMD yan berjumlah lebih kurang 23 orang terlihat harmonis. Mereka duduk saling berhimpitan. Wajah Wakil Gubernur Kepri, Sani juga tampak ceria kala itu.

" Pertemuan ini kita lakukan untuk menyambut bulan puasa. Dengan puasa, diharapkan bisa bekerja dengan maksimal," ujar Sani memberikan penjelasan kepada Batam Pos.

Sani duduk lesehan beralaskan tikar bersama dengan direksi dan pegawai BUMD lainnya. Nuraida Muchsen juga mengaminkan pernyataan Sani.

Tetapi, situasi yang akrap tersebut kini mulai berubah. Salah satu komisaris BUMD Kepri Iman Sudrajat mengatakan, Reviansyah tidak maksimal menjalankan roda BUMD Kepri. Belum lagi ditambah dengan tidak akurnya antara bawahan dengan sang direktur.

Tetapi, pernyataan Iman dua hari yang lalu itu lansung dijawab oleh Al-Jihat. " Karena banyak mengurusi anak usaha BUMD, karyawan mempunyai kesibukan masing-masing. Bukan kami tak akur," kata salah satu petinggi BUMD yang enggan namanya dikorankan mencoba menangkis sorotan miring kinerja pegawai BUMD.

Sedangkan menurut Reviansyah, saat ini dia tidak diperbolehkan untuk berkometar mengenai BUMD. "Tadi kami sudah rapat bersama komisaris. Kesepakatan yang diambil tak boleh komentar. Jangan menepuk air sendiri. Jika masalah saya sudah selesai, baru akan dijelaskan," kata Revi singkat.

Entah apa maksud Revi mengatakan jika semua masalahnya selesai baru komentar. Reviansyah juga enggan menjelaskan masalah yang dia hadapi saat ini.

Revi sebelumnya diberitakan akan mencalonkan diri menjadi anggota DPR. Dia akan meletakkan jabatan setelah diumumkan KPU menjadi caleg.

Padahal dalam pertemuan dengan komisaris PT Pembangunan Kepri pekan lalu, Revi semangat menjelaskan kinerja BUMD Kepri sejak di bentuk tahun September 2006.

Menurut lulusan master teknik dari Inggris ini, BUMD Kepri telah membentuk 10 anak perusahaan yang bergerak di pelbagai bidang. 10 anak perusahaan itu yakni Kepri Oil Inti Energy bergerak bidang minyak dan gas, Kepri Gas Inti Utama juga bidang migas. Sedangkan bidang infrastruktur, ada perusahaan Tenaga Listrik Bintan (TLB) bergrak bidang listrik kemudian ada perusahaan Kepri Malaka Solution bergerak bidang informasi komunikasi dan teknologi.

Sektor jasa usaha, BUMD Kepri menyiapkan anak perusahaan yang bernama BPR Kepri Batam, BPR Kepri Bintan bergerak bidang keuangan. Sedangkan perusahaan lain ada bernama Kepri Enerflow Environment bergerak bidang penanggulangan pencemaran lingkungan, PT Sin Kepri LOgistic, bergerak bidang logistik, PT Jasa Angkasa, untuk menggarap usaha bandara, PT Bangun Cemerlang bergerak bidang pelabuhan dan perusahaan yang ke 10 adalah PT Indonusa Pandu Nautica untuk jasa pandu pelayaran.

Dari 10 anak usaha tersebut, yang memberikan pendapatan baru PT Jasa Angkasa yang saat ini mulai aktif dalam bisnis penyedian avtur di Bandara Kijang, Tanjungpinang. BUMD Kepri boleh bangga, sebab Pertamina baru pertama kali bekerjasama dengan BUMD dalam hal penyedian avtur untuk pesawat.

Dari perusahaan itu baru dua anak usaha yang sudah memberikan pendapatan yakni PT Jasa Angkasa dan Sin Kepri Logistik yang sudah aktif bisnis kargo. Dalam satu hari anak usaha BUMD Kepri ini bisa mengakut sampai 100 kontainer. Tetapi saham BUMD masih kecil karena baru 10 persen. Sisanya perusahaan asal Singapura. Tak ayal pendapatan bidang ini pun masih signifikan untuk mendukung keuangan BUMD.

" Memang karena masih baru, kita belum banyak memberikan andil untuk pendapatan asli daerah (PAD)," kata Reviansyah.

Revi mengatakan, bisnis utama PT Pembangunan Kepri melalui PT Oil Inti Energy dan PT Gas Inti Utama belum bergarak.Sehingga pendapatan belum memberikan pemasukkan.

" Kita masih menunggu keputusan pemerintah pusat untuk memperbolehkan kita terlibat di migas Natuna. Sampai saat ini, belum ada tanda-tanda. Kita masih menunggu," ujarnya.

Untuk mengelola sektor migas itu,BUMD sudah menyiapkan tenaga ahli dan investor sudah untuk mendanai proyek itu. Sehingga tak ada yang tak mungkin untuk BUMD mengelalo migas di Natuna," jelas Direktur Operasional Rifan.

Menurut Revi, kinerja BUMD secara umum perusahaan berjalan sesuai dengan anggaran yang ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).Pengelola BUMD Kepri beralasan lemahnya pendapatan BUMD akibat belum terialisasi proyek dalam produk unggulan dan infrastruktur dalam jangka panjang.

BUMD Kepri juga sudah melakukan melakukan 27 kerjasama kesepahaman (MoU). Dan terialisasi menjadi 10 anak usaha.
BUMD juga sudah melakukan usaha bersifat sosial dan membantu program pemerintah dalam operasi pasar minyak goreng.
Dan eksistensi BUMD telah dikenal di dunia perminyakan khususnya dalam upaya mendapatkan pengelolaan lapangan minyak marjinal di Natuna.

Akan Bangun Pelabuhan di Tanjungpinang

Dalam rencana program kerja BUMD atau PT Pembangunan Kepri 2008 jika disetejui oleh pemegang saham Pemprov Kepri akan menelan dana Rp28 miliar. Dana tersebut jauh lebih meningkat dari modal awal yang hanya Rp10 miliar. BUMD Kepri hanya meminta Rp 4 miliar dari APBD Kepri.

Dana Rp28 miliar itu untuk pengembangan bisnis 10 anak usaha BUMD Kepri yang bergerak di pelbagai bidang usaha. Dari 28 miliar tersebut, yang digunakan untuk investasi bidang usaha sebesar Rp 23 miliar. Dengan rincian investasi produk unggulan Rp10,2 miliar, investasi infrastruktur Rp2,5 miliar dan investasi sektor jasa Rp10,3 miliar.

Sedangkan untuk biaya operasional menelan dana sekitar Rp5,3 miliar. Dana tersebut paling besar digunakan untuk biaya gaji dan tunjangan operasional karyawan BUMD senilai Rp3,2 miliar. Kemudian biaya kantor Rp777 juta, perjalanan dinas Rp744 juta, peralatan kantor Rp132 juta dan untuk biaya masalah perizinan Rp500 juta.

Direktur Operasional PT Pembangunan Kepri Much Rifan menjelaskan, rencana penggunaan anggaran Rp28 miliar dilakukan jika semua program dilakukan BUMD disetujui. Sampai saat ini, dana dari APBD Kepri untuk empat miliar belum turun.
Sisanya, PT Pembangunan Kepri akan mencari dana dengan pihak ketiga. Jika komisaris tidak menyetujui, maka dana tersebut juga tidak sampai Rp28 miliar.

Dari catatan Batam Pos, BUMD Kepri sudah membentuk Bank Perkriditan Rakyat (BPR) Batam yang diresmikan oleh Ismet Abdullah pekan lalu. Ke depannya, setiap kabupaten di wilayah Kepri akan memiliki BUMD. Kemudian, setelah kerjanya bagus, maka keenam BPR nantinya akan dijadikan Bank Pembangunan Daerah (BPD).

" Karena jika kita harus membentuk BPD, dananya tidak mencukupi. Sebab untuk modal pembukaan bank umum minimal Rp3 triliun. Dari mana kita mencari dana sebanyak itu. Sehingga dengan langkah pembentukan BPR ini mudah-mudahan ke depan bisa terwujud membentuk BPD," kata Sani.

Kemudian, mega proyek PT Pembangunan Kepri melalui PT Pembangunan Kepri melalui PT Bandar Bangun Cemerlang yang bergerak bidang pelabuhan akan membangun Pelabuhan Sri Bintan Pura. Tak tangung-tanggung, nilai investasi yang akan digelontorkan untuk pembangunan pelabuhan mencapai Rp 460 miliar.

"Wali Kota Tanjungpinang sudah menyetujui rencana tersebut. Pelabuhan Tanjungpinang akan lebih baik dari sekarang ini," kara Revi. Anak usaha PT Pembangunan Kepri yang sudah memberikan masukan ke pundi BUMD baru PT Kepri Jasa Angkasa yang bergerak bidang bandara. robby patria

Selasa, 02 September 2008

Robohnya Masjid Kami

Sudah hampir lima hari warga, RT 01 RW 07, Teluk Mata Ikan, Kecamatan Nongsa, Batam tak lagi mendengar suara azan. Masjid yang selama ini menjadi tempat warga salat sudah ambruk.Bagaimana kondisi masjid yang dibangun sekitar tahun 1960 itu?

Belasan warga Teluk Mata Ikan, Minggu (10/1), mulai membersihkan masjid yang roboh Selasa (5/1) malam sekitar pukul 21.45 WIB. Sudah tiga hari, dimulai dari pagi warga bergotong royong untuk membersihkan puing-puing bangunan yang hancur.

Dengan menggunakan satu cobelco dan satu truk, bantuan dari pengusaha tambang pasir, kini lahan bekas masjid seluas 12X 13 meter itu terlihat bersih. Bekas bangunan yang hancur mulai dipinggirkan di dekat kolam bekas galian pasir yang berjarak 10 meter dari pondasi masjid.

Warga sedang sibuk memanfaatkan kayu yang masih bagus untuk mendirikan masjid sementara. Saat ini baru tiang-tiang bangunan saja berdiri tegak. Tarpal warna oren dan biru digunakan sebagai atap tempat salat sementara. Tak ada lagi alat- alat seperti mikropon, ampli, tape, dan lukisan. Empat kotak impaq pun sudah hancur. Tinggal satu kotak yang masih utuh sebagai peninggalan. Lantai dasar masjid yang dilapisi keramik warna putih itu sudah retak.

Menurut Usman, warga yang rumahnya berada di samping masjid, saat ini akan mendirikan masjid darurat beratapkan seng. Sejak masjid roboh, warga salat di rumah masing-masing. Tetapi ada juga yang salat berjamaah," ujar Usman, warga tempatan.

Dijelaskan, masjid Al Muttaqin pada awalnya didirikan sekitar tahun 1960 oleh salah satu anggota TNI-Angkatan Laut yang bertugas menjaga kawasan Teluk Mata Ikan dikala itu.

Adalah Sersan Saragih yang beragama Nasrani mendirikan masjid tersebut. Sebab, menurut penuturannya, Sersan Saragih kasihan dengan warga Teluk Mata Ikan yang dulunya tak memiliki masjid.

"Dulu zaman konfrontasi dengan Malaysia. Banyak tentara yang tinggal di Mata Ikan. Sersan Saragih lah yang membangun masjid itu awalnya," ungkap Usman.

Seingat Usman, masjis Almuttaqin, sejak dibangun tahun 1960 sudah tiga kali mengalami perubahan. Dan renovasi terkahir kali dua tahun yang lalu.
Masjid tersebut menjadi tempat ibadah sebanyak 500 KK di Teluk Mata Ikan. Sehari- harinya digunakan untuk salat berjamaah dan kegiatan dagwah. Salat Idul Fitri juga di sana.

Dari perkiraannya, pondasi dasar masjid Al Muttaqin tak kuat. Sehingga tak sanggup menahan beban beton dan kubah yang ada di atas. Tulang besi bangunan pun sangat kecil dibanding dengan beton gantung yang berada di atas tiang penyangga.
Apalagi masjid tersebut tak memiliki tiang penahan yang berada di tengah.

''Robohnya masjid ini, Saya kira bukan faktor galian pasir. Tetapi struktur bangunananya tak kuat menahan beban yang begitu berat," ugkap Usman yang diamini warga lainnya.

Dia memang tak mengelak, jika aksi penambangan pasir yang berada di samping masjid juga turut andil memicu bangunan tersebut rontok. Sehingga, warga tak lagi menggunakan tanah masjid yang roboh untuk membangun masjid permanen.

Diungkapkan, sebelum masjid tua itu roboh, sekitar pukul 21.OO WIB, keponakannya Ismail, masih sempat menunaikan salat Isya. Tak lama dia keluar dari masjid, bangunanya masjid hancur.

"Saya tak menyangka sama sekali jika bangunan masjid hancur. Untung saya udah di rumah, saat bangunan hancur," ujar Ismail.

Saat salat, Ismail pun tak memiliki firasat apapun. "Mungkin, Tuhan masih memberikan saya umur panjang," katanya bersyukur terhindar dari musibah.

Memang dari, penuturan Ismail, sebelum masjid itu roboh, Siti Mariam, istri anggota DPRD Kota Batam Raja Gani bermimpi banyak orang membuat papan untuk menyangga mayat di dalam kubur. Namun, Siti tak pernah bercerita ke warga jika dia pernah bermimpi. Sedangkan warga lainnya bermimpi banyak anak-anak kecil menangis dan minta tolong di dekat masjid.

"Namun warga tak menyadari semuanya. Itukan hanya mimpi,'' ujar Ismail.

Setelah warga mendapatkan mimpi itu, besoknya, masjid tersebut roboh. Setelah itu, baru warga mulai bercerita dengan mimpi-mimpi aneh. Bahkan, malam Jumat kemarin, warga melakukan doa selamat di masjid yang sudah roboh.

Dari pengakuan salah satu imam masjid, Herlambang, warga tetap melaksanakan salat berjamaah walaupun jumlahnya berkurang. Untuk salah Jumat warga untuk pertama kali salah masjid tanpa atap. "Kita beratapkan langit dan beralaskan tikar," ungkapnya.

Tatkala badai Tsunami meluluhlantakkan Aceh 24 Desember 2004, ribuan bangunan hancur. Tetapi tidak untuk Masjid Baiturrahman. Masjid Raya Aceh itu tetap utuh. Sedangkan di Batam, Masjid Al-Muttaqin, di Nongsa malah ambruk tanpa diterjang badai. Mungkinkah akibat penambangan pasir? Atau peringatan bagi masyarakat Teluk Mata Ikan?

Untuk sampai di Teluk Mata Ikan, Kecamatan Nongsa tak lah sulit. Waktu yang dibutuhkan 30 menit dari Batam Centre untuk sampai di desa yang diwarnai tiupan angin laut itu.

Pekerjaan penduduk ada yang menjadi nelayan, pegawai negeri sampai bekerja di tambang pasir yang berada di tengah-tengah pemukiman warga.

Bangunan rumah penduduk rata-rata beton. Ada juga yang berada di pinggir laut. Baru saja sampai di desa yang berada di pinggir laut, lubang besar bekas galian pasir jelas terlihat. Ratusan karung pasir darat tersusun di pinggir jalan.
Jalan aspal pun banyak dihiasi dengan pasir yang bewarna agak hitam.

Genangan air pun tak dapat dihindari yang bisa menyebabkan suburnya perkembangan bintik nyamuk penyakit malaria. Tetapi, dari pantauan Batam Pos, beberapa kubangan bekas galian pasir tersebut ada yang dalam proses penimbunan dengan tanah.

Usman, salah satu warga di Teluk Mata Ikan mengatakan, proses penambangan pasir di Nongsa ini dilakukan oleh orang lokal sendiri yakni Tarmizi dan Zambri atau Lampek.Bagi masyarakat setempat, adanya penambangan pasir bisa memenuhi kebutuhan hidup. Apalagi, saat ini nelayan tak bisa melaut. Sehingga banyak pemuda memilih bekerja di tambang pasir.


Di dekat masjid, hanya berjarak 10 meter terdapat kubangan sebesar lapangan voli. "Disaat dilakukan penambangan, memang lokasi bangunan dekat masjid bergetar," ujarnya. Bahkan ada rumah penduduk yang berjarak hanya beberapa meter dekat lobang pasir.

Potensi pasir darat di Teluk Mata Ikan diakui Usman memiliki kualitas terbaik yang ada di Batam. Banyak pengusaha membeli pasir dari Teluk Mata Ikan. "Karena kualitas pasir bagus, proses penambangan pasir tetap berlangsung sampai sekarang," ujar Usman.

Namun dibalik itu semua, teka-teki pun mulai bermunculan disaat masjid Al Muttaqin amruk. Ada yang mengatakan karena disebabkan proses penambangan pasir. Dan ada juga yang mengatakan akibat kontruksi bangunan yang salah. Bahkan sebagai peringatan dari Allah Azza Wajalla dengan kondisi lingkungan Teluk Mata Ikan yang sudah rusak akibat penambangan pasir.

Dari penuturan warga, saat khutbah Jumat yang lalu, kebanyakkan khatib menyinggung robohnya masjid di Nongsa.
" Memang banyak ustad yang meminta warga untuk introspeksi diri. Termasuk pemimpin di daerah Teluk Mata Ikan.Sebab, tanpa angin tanpa hujan, masjid ambruk," ujar Raja Abdul Gani yang juga Ketua RW 07 Teluk Mata Ikan, kepada Batam Pos, Senin (11/1) di kantor DPRD Batam.

Menurutnya, ustad-ustad mengatakan, apa ini petanda yang kurang baik bagi lingkungan Teluk Mata Ikan.
"Kalau saya sendiri berpendapat, masjid tersebut roboh karena kontruksi yang salah, bukan karena faktor penambangan pasir,
" imbuh Sekretaris Komisi IV DPRD Kota Batam dari Fraksi Golkar ini. Untung saja, ungkapnya, pada Selasa (5/2) malam, tidak ada korban jiwa.Sehingga prosesnya tak panjang.

Yang membuat Gani sedih dalam pristiwa tersebut, saat melakukan pembangunan masjid, banyak sumbangan dari pengusaha di sekitar Nongsa. Seolah-olah, bantuan mereka (pengusaha, red) tidak berarti dan tak ada bukti lagi karena masjid sudah roboh.

Kali ini, lanjut Gani, warga akan membangun kembali masjid baru di samping masjid lama dari tanah pemberian Usman seluas 15x20 meter per segi. Warga mulai bergotong royong membersihkan lahan.

"Untuk biaya pembangunan diperkirakan menelan dana Rp200 juta. Dan proses pengerjaan masjid memakan waktu enam bulan," ungkapnya. Masalah dana, sebut Gani, pihak panitia akan berupaya dengan maksimal dari berbagai cara seperti sumbangan dari masyarakat.

"Sampai dengan Senin(11/1), Departemen Agama Kota Batam juga sudah memberikan bantuan. Mudah-mudahan nanti, ada pihak yang percaya untuk tempat berhutang untuk membangun masdji," jelas Gani.


Pengalaman robohnya masjid ini, jelasnya, pembangunan masjid yang baru nanti harus menggunakan sistem kontruksi yang baik dan tidak asal jadi.

"Kejadian ini memang pengalaman buat kita semua.Sehingga ke depannya agar lebih hati-hati," kata Gani. Kemungkinan besar, ungkap Gani, dirinya sendiri ditunjuk menjadi ketua pembangunan masjid.

Sedangkan menurut Herlambang, salah satu imam masjid Al Muttaqin, untuk mendapatkan dana pembangunanya masjid nanti, warga diminta pandai-pandai saja. "Mudah-mudahan Pak RW bisa mengatasinya," ujar Herlambang.(Robby Patria)

Jual Ginjal untuk Bayar Hutang


Siapa yang mau hidup dengan satu ginjal? Tetapi pilihan hidup itulah yang harus dihadapi oleh Erik (30) karena ingin melunasi hutang, akhirnya Erik harus rela melepaskan organ tubuhnya untuk disumbangkan ke orang lain. Bagaimana itu bisa terjadi?


Erik saat ini harus rela dan menderita karena harus menjali hidup dengan satu ginjal.Dia kini tidak seenergik dulu lagi yang bisa manggung dan menghibur di beberapa kota dalam satu hari. Berjalan 200 meter saja, nafasnya mulai sesak dan tubuhnya lemas. aktivitas lulusan terbaik dengan indek prestasi komulatif (IPK) 4,00 dari jurusan Sastra Jepang Universitas Pajadjaran (Unpad) Bandung tahun 1994 itu kini ingin memulai karir di bidang hiburan kembali dari nol. Karena kesuksesan yang diraihnya di Jakarta dan di Bandung sudah berakhir dan ia hendak membuka lembaran baru di Batam.

Harta benda dua istrinya dan anak juga harus hilang dalam waktu yang begitu cepat. Erik yang sudah menekuni dunia musik sejak dari SMA pernah mencapai impiannya dengan menjadi penyanyi solo yang ngetop di Bandung, Jakarta. Bahkan dia sering melantunkan tembang bersama dengan grup band papan atas indonesia seperti Pas Band dan Ucamp Band. Maklum, personil Pas Band adalah adik tingkatnya semasa di Unpad.

Dengan memiliki banyak relasi, bisnis intertainmennya bisa dibilang sukses. Entah kenapa tahun 2006, even organizer dan grub bandnya terbelit hutang karena pembatalan kontrak secara pihak.Sehingga akibat pembatalan kontrak sepihak itu, dirinya bertanggung jawab harus melunasi hutang sampai Rp380 juta.

Semua harta benda Erik yang diraihnya dengan susah payah harus rela dilego untuk mengganti tuntutan pihak ketika. Dan setelah dikumpul dari jumlah penjualan asetnya, jumlahnya cuma Rp75 juta. Dan jumlah ini masih jauh dari jumlah hutang yang dia tanggung. Untuk mencari jalan singkat bagaimana melunasi hutang kepada pihak ketika itu, akhirnya dia membaca iklan di koran nasional terbitan Jakarta dimana ada salah satu warga Jakarta yang membutuhkan darah, golongan O dan umur sekitar 30 tahun.

Dan akhirnya, untuk melunasi hutang ke salah satu EO, yang mengharuskan dia membayar hutang Rp5 juta pada tanggal 27 Februari 2006, akhirnya Erik mengbungi pemasang iklan yang membutuhkan darah O tersebut. Setelah melakukan pertemuan serius selama 1 minggu, dengan pihak yang bernama Husein itu, ternyata bukan darah yang dibutuhkan melainkan ginjal.Dan ginjal tersebut akan pindahkan ke kakaknya di Singapura.

Karena membutuhkan uang yang sangat mendesak, Erik tak berpikir panjang lagi akibat yang ditimbulkan setelah dia mendonorkan satu ginjal. Dengan harapan setelah dia mendonorkan ginjalnya, hutangnya bisa lunas dan kembali berkarir seperti semula. " Pada waktu itu, bisa saja saya lari meninggalkan hutang tersebut. Tetapi jika saya lari, maka jaringan dengan pihak pengusaha hiburan di Jakarta dan Bandung akan rusak. Nama saya akan diingat orang. Sehingga karir saya sebagai penyanyi dan pengelola EO juga akan hancur.Dan jalan keluar dari kemelut saat itu, saya memilih untuk mendonorkan ginjal saya di Singapura," ujar Erik lemah kepada Batam Pos, Selasa (22/5) di Batam Centre.

Imbalan yang dijanjikan Husien setelah dia mendonorkan ginjal berupa satu unit Honda Jazz tahun 2005, 1 unit rumah tipe 27 dan uang saku 58 juta rupiah. "Ditotal bisa mencapai Rp 300-an juta. Dan uang itu untuk membayar hutang. Ketika itu juga orang tua saya tidak saya beritahu bahkan sampai saat ini," kata dia.

Setelah semuanya dipersiapkan termasuk surat pernyataan dan persyaratannya sudah oke, Erik pun dibuatkan pasport. Karena operasi pemindahan ginjal Erik dilakukan di Rumah Sakit di Singapura.

Hanya butuh waktu singkat membuat pasport dengan data seadannya. Setelah pasportnya siap, dengan menggunakan pesawat Singapura Airline, dari Bandara Soekarno-Hatta, Erik dan Husien terbang ke Singapura dan mendarat di Bandara Changi Sungapura sekitar pukul 08-00 waktu Singapura.

"Sesampainya di Singapura, Saya menginap di Lucky Plaza Apartemen. Pada hari itu juga, saya diperiksa kesehatan di Rumah Sakit tempat perpindahan ginjal," jelas Erik.

Kemudian, pada tanggal 18 Maret adalah masa wawancara yang di lakukan oleh Departemen Kesehatan Singapura, pengacara, dokter yang tergabung dalam Tim Komite Transplant Kidney.

Setelah semuanya disepakati, pada tanggal 24 Maret 2006, tepatnya pukul 13,30, diangkatlah ginjal Erik yang kemudian digunakan untuk pegusaha pemasok tembakau terbesar untuk PT Gudang Garam yang tinggal di Tarakan Jawa Tengah. Proses pemindahan ginjal tersebut membutuhkan waktu lebih kurang 3 jam. Dan sekitar pukul 17.30 operasi selesai." Dokter yang menanganani proses operasinya ialah Dr Lye Whay Choong, "ujar dia.

Dokte Lye, kata Erik merupakan dokter terbaik ginjal di Asia dan sampai sampai saat ini masih menjadi dokter ahli ginjal di Singapura di Lembaga Centre For Kidney Diseasis di Singapura. Betapa terkejutnya Erik, bahwa ginjal yang dia donorkan itu bukan untuk abangnya Husein sebagaimana dengan perjanjian yang mereka sepakati di Jakarta, tetapi untuk orang lain. Dan setelah itu lah terjadi percecokan antara Husein dan Erik.


Karena kecewa, dia nekat minta pulang lebih cepat ke Jakarta. Dan tanggal 28 Maret 2006, mereka kembali di Jakarta. "Ketika itu saya hanya diberikan uang Rp38 juta. Semua yang dijanjikan pada sebelumnya tidak dia kabulkan. Dan pada saat itu kondisi fiisik saya lemas sehingga tak bisa berbuat banyak terhadap Husien yang telah menipu saya di Bandara Soekoarno-Hatta. Untuk menuntutnya pun saat ini saya tak bisa mengubunginya," kata dia lemah.

Kini Erik yang selama 1 tahun menjalani hidup tanpa dua ginjal harus berjuang keras untuk menjalani kehidupan seperti orang normal. Kepada Batam Pos, kamarin, Erik ingin mencoba memulai karir di Batam khususnya bidang intertainmen di Batam. Karena baru Sabtu (19/5) di sampai di Batam untuk mencoba mencari peluang.

Ketika ditanya, apa yang dia rasakan setelah dia tak lagi memiliki satu ginjal? Erik mengatakan, sebenarnya samangat untuk hidup dulu setelah operasi mulai hilang. Tetapi dia berusaha untuk tetap bangkit dan hidup seperti normal. Memang terkadang uang yang dia hasilkan untuk biaya berobat. Pernah dia dilarikan di Rumah Sakit selama 5 hari. Dan biaya yang dia keluarkan mencapai Rp 5 juta.

"Seadainya saya tahu betapa sakitnya hidup dengan satu ginjal seperti saat ini, dibayar 1 Rp pun takkan mendonorkan ginjalnya untuk orang lain," tutur Erik. Akibat hilangnya satu ginjal, terjadi penurunan daya tahan tubuh. Erik yang dulunya biasa menggung sampai beberapa kota dalam satu minggu, kini tak bisa lagi menyanyi. Dia berharap akan mengorbitkan band dan EO baru di Batam.

Menurut dia, Husien merupakan kaki tangan Dr Lye di Singapura yang berusaha mencari orang yang mau mendonorkann ginjal di Singapura dengam imbalan uang. "Bisa saja menjadi kaki tangan Dr Lye untuk mencari korban yang mau mendonorkan ginjal. Karena saya lebih bisa meyakinkan orang, apagi saya telah merasakan hal tersebut. Tetapi pekerjaan itu tak mungkin saya lakukan,"kata Erik. (robby patria)

Berjuang untuk Kepri, Lukman Edy 'Dikandang Harimau'

Kini Provinsi Kepulauan Riau telah terbentuk. Tetapi dibalik perjuangan pembentukannya masih tersimpan kenangan yang tak pernah terlupakan yang dialami Lukman Edy yang kini menjadi Menteri Pembangunan Daerah Tertingal (PDT). Seperti apa kejadian itu?

Kabupaten Kepulauan Riau yang kini menjadi Kabupaten Bintan saat itu masih tertinggal dari segi infrastruktur pembangunan jika dibandingkan dengan dareah lainnya di Provinsi Riau.
Jauhnya rentang kendali antara pusat pemerintahan Provinsi Riau dengan Kabupaten Kepri ketika itu, infrastruktur belum memadai dan tidak ratanya pembangunan, sehingga masyarakat Kepulauan Riau ketika itu yang diketuai oleh Huzrin Hood meminta Kepri dijadikan Provinsi.

Adalah Lukman Edy salah satu anggota DPRD Riau yang mendukung pergerakan untuk menjadikan Kepri Provinsi. Dan ketika itu juga, dia (Lukman Edy,red) ditunjuk sebagai Ketua Panitia Khusus (Pansus) di DPRD Riau untuk melakukan kajian mengenai kelayakan Kepri menjadi provinsi.

Penuturan Lukman mengenai kisah dia sebagai orang penting dibalik terjadinya Provinsi Kepri ini disampaikannya pada saat acara syukuran atas dilantiknya dia menjadi Menteri PDT (Pembangunan Daerah Tertinggal )yang diadakan di Goodway Hotel, Minggu (27/5) di Batam.

Karena menurut Lukman, pada malam itu memakai pakaian melayu warna cream, memperjuangkan Kepri pada saat itu bisa dikatakan dia berada di "kandang harimau." Bagaimana tidak di kandang harimau? Semua anggota DPRD Riau sat itu tak setuju dengan pemekaran Kepri. "Saya sendiri dan beberapa anggota DPRD yang mendukung dengan pemekaran dan satu tanah dengan kelompok yang tak setuju. Tekanan politik, ancaman, teror sudah menjadi bagian dari perjuangan itu, "ungkapnya. Sehingga, peristiwa itu adalah sejarah besar yang tak telupakan dalam karir politiknya ke depan hingga dia menjadi menteri termuda di Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) SBY-JK.

"Memperjuangkan Provinsi Kepri ketika itu saya bisa dikatakan berbuat nekat. Dan karena degilnnya anak Melayu, akhirnya Provinsi ini terbentuk," ujar Lukman.

Sulit untuk meyakinkan DPRD Riau ketika itu kata Lukman. Karena dari 45 anggota DPRD sebagian besar tidak setuju dengan wacana pembentukan Provinsi Kepri. Belum lagi DPRD mendapat tekanan dari Gubernur Riau Saleh Djasit agar jangan pernah DPRD menyetujui pembentukan provinsi baru itu.

"Tetapi entah kenapa saya ketika itu nekat dengan pikirian anak muda yang masih memiliki karir politik yang cukup panjang ngotot untuk tetap mendukung pembentukan Provinsi Kepri. walaupun ancaman daru luar begitu banyak. Sampai mobil saya dilempar batu, "ujar mantan Sekjen PKB itu.

Dijelaskan dia, beratnya perjuangan pembentukan Provindi Kepri ini karena DPRD dan Gubernur Riau tak setuju. Sehingga hampir saja Kepri ini gagal menjadi provinsi."Apalagi vitamin untuk menambah semangat anggota dewan yang lainnya sangat minim," kenangnya sambil tersenyum.

Tetapi untuk meyakinkan anggota DPRD yang tergabung dalam Pansus pemekaran Kepri ini, dia mengajak 20 anggota Pansus untuk berkeliling melihat Kepri mulai dari Kabupaten Natuna,Batam, Pulau Bintan sampai ke Karimun. "Bahkan hampir saja, perahu yang kita tumpangi sewaktu di Kijang nyaris tenggelam," katanya lugas.

Menurutnya, sebelum membawa anggota Pansus itu ke daerah, masyarakat Kepri sudah diberikan arahan untuk menyuarakan untuk mendukung terbentuknya provinsi baru. "Sehingga ketika DPRD Riau berkunjung, mereka bisa menyaksikan secara langsung betapa masyarakat Kepri menginginkan Kepri menjadi provinsi baru," jelas dia.

Dan setelah Pansus selesai melihat Kepri secara lansung,Pansus pun melakukan sidang.
Hampir dipastikan,Pansus ketika itu menurut analisis politik di Pekanbaru, tidak menyetujui pemekaran Kepri. Tetapi, di luar dugaan , Pansus menyetujui pemekaran Kepri yang membuat Ketua dan sejumlah pimpinan DPRD Riau heran kenapa sampai Pansus menyetujuinya. Kenapa itu bisa terjadi?

"Mulai saat itu, saya mulai mendapat tekanan yang luar biasa dari DPRD.Tapi saya tidak peduli. Kemudian, hasil kajian Pansus itu dibawa ke sidang paripurna. Dan ternyata keputusan sidang menolak hasil kajian Pansus. Hampir saja, keinginan masyarakat Kepri untuk menjadi provinsi tak terwujud. Karena DPRD Riau tidak memberikan persetujuan," jelas Lukman.

Tetapi, budak Melayu yang nekad (Lukman Edy) itu tidak kehilangan akal. "Dengan bermodal nekad, saya mengirim surat ke DPR-RI atas nama ketua Pansus pemekaran Kepri yang saya tandatangani sendiri. Bahwa Pansus setuju Kepri mekar dengan alasan untuk mempercepat pembangunan. Surat itu masuk ke DPR-RI bersamaan dengan surat dari DPRD Riau yang menyatakan DPRD Riau tak setuju pemekaran Kepri,"kata dia.

Sehingga pada saat itu, kata Lukman Edy, di DPR-RI ada dua surat yang dijadikan rujukan bagi DPR untuk membahas draf rancangan undang-undang pembentukan Provinsi Kepri. "Untungnya, DPR-RI menggunakan surat dari Pansus untuk membuat undang-undang. Sehingga terjadilah Provinsi Kepri dengan persetujuan DPR," imbuhnya.

Kini masa itu telah berlalu, kata Lukman. Yang kini harus dilakukan pemerintah daerah harus segera bergerak cepat untuk mengisi pembangunan. "Karena tujuan utuma pembentukan provinsi itu adalah untuk mempercepat pembagunan, masyarakat segera merasakan kesejahteraan, pemerataan pembangunan dan mempersingkat rentang kendali antara kabupaten lainya. Gubernur jangan terbuai lagi,"kata dia.

Tentunya saya sebagai elemen di dalam perjuangan pembentukan Provinsi Kepri akan selalu memperhatikan Kepri. "Apalagi saat ini saya menjadi menteri yang membidangi masalah daerah tertinggal. Kepri juga akan kita prioritaskan," janji Lukman Edy.(robby patria)

Masjid Penyengat dari Putih Telur


"Saya heran, kok bangunan masjid ini terbuat dari putih telor. Saya jadi penasaran bangunannya seperti apa? Berapa banyak telor yang dibutuhkan?"

Demikianlah kalimat yang keluar dari mulut Sari widiati. Wartawan Majalah Garuda itu ingin menuntaskan rasa penasaran yang ada dalam benaknya.

Maklum saat itu, Sari Widiati bersama dengan belasan orang wartawan nasional berbagai media cetak di Jakarta sedang mengikuti Lokakarya Pengembangan Wisata Budaya Kepulauan Riau, yang diadakan oleh Departemen Budaya dan Pariwisata Nasional . Acara dilaksanakan di Novotel Batam, mulai dari 11-13 November. Sedangkan yang bertindak menjadi pembicara mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata I Gede Ardika.

Untuk mencari jawaban rasa ingin tahu Sari, Selasa (12/11), bersama-sama dengan rekan-rekan yang lain, rombongan wartawan tadi ke Penyengat dengan menggunakan feri Baruna. Setelah menumpuh perjalanan satu jam dengan menggunakan feri cepat, sesampainya di Tanjungpinang sekitar pukul 09.10, rombongan yang diketuai I Gede Ardika langsung menuju Penyengat dengan menggunakan Pompong. Selama 15 menit menggunakan pompong, rombongan jurnalis sampai di Penyengat.
Cuaca yang cerah, langit biru jelas terpampang, membuat rombongan banyak mengabadikan keindahan panorama wilayah Tanjungpinang dan Pulau Penyegat dengan kamera yang selalu ditenteng.

Sampai di pelabuhan beton Penyengat, rombongan langsung disambut oleh Ketua Yayasan Masjid Sultan Riau Penyengat, Raja Abdul Rahman. Dari penjelasan Raja Abdul Rahman, menjawab pertanyaan yang selama ini bagaimana masjid Sultan Riau yang berwarna kuning itu bisa dibangun dengan menggunakan putih telor ayam.

"Saya sudah empat kali ke masjid ini,"celetuk Ardika, saat diskusi baru dimulai dengan jurnalis.
Lalu, Raja Usman pun mulai bercerita.

Masjid Raya Sultan Riau tersebut tercatat dalam sejarah sebagai merupakan satu-satunya peninggalan Kerajaan Riau-Lingga yang utuh.


Berdasarkan sejarah, nama pulau Penyengat muncul dalam sejarah Melayu pada awal abad ke-18 ketika meletusnya perang saudara di Kerajaan Johor-Riau yang kemudian melahirkan Kerajaan Siak di daratan Sumatera (masih di Riau). Pulau ini, menurut cerita dari R. Usman, menjadi penting lagi ketika berkobarnya perang Riau (akhir abad ke-18) pimpinan Raja Haji Fisabilillah yang pada tahun 1997 diangkat sebagai pahlawan nasional.

Raja
Pada tahun 1805, Sultan Mahmud menghadiahkan pulau itu kepada istrinya Engku Putri Raja Hamidah, sehingga pulau ini mendapat perhatian yang jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya. Perhatian itu semakin mantap dinikmati Penyengat, ketika beberapa tahun kemudian, Yang Dipertuan Muda Jaafar (1806-1832) memindahkan tempat kedudukannya di Ulu Riau (Pulau Bintan) ke Penyengat, sedangkan Sultan Mahmud pindah ke Daik-Lingga.


Masjid Sultan di Pulau Penyengat sebagaimana disebutkan dalam Tuhfat al-Nafis (buku sejarah Melayu) karya Raja Ali Haji, dibangun seiringan dengan dihadiahkannya pulau tersebut kepada Engku Putri Raja Hamidah oleh Sultan Mahmud. Cuma saja, waktu itu, mesjid tersebut terbuat dari kayu. Raja Jaafar yang membangun Penyengat sebagai bandar modern hanya pernah memperlebar mesjid itu karena penduduk Pulau Penyengat semakin banyak.

Dalam buku Masjid Pulau Penyengat yang disusun Hasan Junus disebutkan, pembangunan mesjid itu secara besar-besaran dilakukan ketika Raja Abdul Rahman memegang jabatan Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga (1832-1844), menggantikan Raja Jaafar. Tak lama setelah memegang jabatan itu yaitu pada tanggal 1 Syawal tahun 1284 H (1832 M) atau 165 tahun yang lalu, setelah usai shalat Ied, ia menyeru masyarakat untuk ber-fisabilillah atau beramal di jalan Allah.
Caranya adalah dengan membangun mesjid di atas tapak mesjid yang lama. Sehingga secara gotong royong, warga membangun masjid tersebut.

"Tidak saja tenaga, warga juga menyumbangkan makanan seperti beras, sagu, dan lauk-pauk termasuk telur ayam. Makanan itu berlimpah-ruah, bahkan konon putih telur sampai tidak habis dimakan," kata Usman yang sudah terlihat memutih rambutnya.

Dia mengungkapkan, atas saran tukang pada bangunan induk mesjid, putih telur itu akhirnya dicampur dengan semen untuk perekat batu. Itulah sebabnya mengapa banyak masyarakat menyebutkan bahwa mesjid tersebut dibuat dari telur.
Kini kawasan mesjid itu berukuran 54,4 x 32,2 meter. Bangunan induknya adalah 29,3 x 19,5 meter, disangga oleh empat tiang yang dicat warna kuning.

Dari pengamatan Batam Pos, di halaman masjid, terdapat dua buah rumah sotoh yang diperuntukkan bagi musafir dan tempat musyawarah. Selain itu terdapat juga dua balai, tempat orang biasanya menghidangkan makanan ketika kenduri dan untuk berbuka puasa.

"Bentuk bangnuan tak ada perubahan sejak pertama dibangun," ujar Raja Usman, kepada wartawan, Selasa (12/11).


Keindahan arsitektur masjid sangat unik. Tapi, dari cerita R Usman, masjid ini bergaya India berkaitan dengan tukang-tukang dalam membuat bangunan utamanya adalah orang-orang India yang didatangkan dari Singapura. Tetapi yang jelas, arsitektur masjid merupakan gaya campuran dari berbagai wilayah budaya seperti Arab, India, dan Nusantara. Dalam dua kali pameran masjid pada Festival Istiqlal di Jakarta (1991-1995) disebutkan bahwa Masjid Sultan ini merupakan mesjid pertama di Indonesia yang memakai kubah.

Terdapat 13 kubah di masjid itu yang susunannya bervariasi seperti ada "kelompok" kubah dengan jumlah tiga dan empat kubah. Ditambah dengan empat menara yang masing-masing memiliki ketinggian 18,9 meter, maka dapatlah dijumlahkan bahwa bubung yang dimiliki mesjid tersebut sebanyak 17 buah. Ini diartikan sebagai jumlah rakaat dalam shalat yang harus dilakukan oleh setiap umat Islam dalam sehari semalam yakni subuh (dua rakat), zuhur (empat rakaat), asyar (empat rakat), maghrib (tiga rakaat), dan isya (empat rakaat).

Selain bentuknya yang menawan, di dalam masjid terdapatnya mushaf Alquran tulis tangan yang diletakkan dalam peti kaca di depan pintu masuk. Mushaf ini ditulis oleh Abdurrahman Istambul tahun 1867. "Ia putra Riau yang dikirim Kerajaan Riau-Lingga untuk menuntut ilmu di Istambul, Turki," ujar Usman.


Selain itu, ada Alquran tulis tangan lain yang ada di masjid. Namuan tak diperlihatkan kepada umum. Karena lebih tua yakni dibuat tahun 1752. Uniknya, di bingkai mushaf yang tidak diketahui penulisnya ini terdapat tafsiran-tafsiran dari ayat-ayat Alquran, bahkan terdapat berbagai terjemahan dalam bahasa Melayu terhadap kata per kata di atas tulisan ayat-ayat tersebut.

Sayangnya, mushaf tersebut tidak diperlihatkan kepada umum karena sudah rusak. Mushaf ini tersimpan bersama 300-an kitab dalam dua lemari di sayap kanan depan masjid."Kalau dipegang, bisa koyak mushaf," jelas Usman.

Sedangkan untuk mimbar di dalam masjid terbuat dari kayu jati. Mimbar di datangkan dari Jepara, Jawa Tengah.
Ada ungkapan yang populer dilakangan masyarakat, "Jika sudah sampai di Kepualaun Riau, namun belum Masjid Penyengat, sama juga belum sampai ke Bumi Segantang Lada."

Yakin atau tidak, menurut Rahman Usman, dari Batam Tourism Board (BTB), banyak pejabat yang baru pindah ke Kepri, berkunjung ke masjid. "Sebab, setelah dari masjid itu akan sukses di karir," jelas dia.

Bahkan Kapolda Kepri Brigjen Sutarman setelah tiga bulan, pergi ke Penyengat, langsung menjadi Jenderal.
"Sutarman ada foto yang unik mengenai Penyengat.Karena saat dia berfoto, ada penampakan seperti Gadjah Mada di latar backgroundnya," kata Usman. Sebagai mana diketahui, lambang Polisi identik dengan Gadjah Mada. Ada beberapa pejabat yang dikatakan Rahman Usman, karirnya melonjak setelagh dari Penyengat. Mitos tersebut berkembang bisa jadi, karena Penyengat merupakan bekas kerajaan Melayu Riau.


Percaya atau tidak, kunjungan pendatang dari luar itu merupakan hikmah tersendiri bagi Mesjid Sultan. Ini terbukti banyaknya uang terkumpul dari infak dan sedekah pengunjung.

Dari Tanjungpinang, menara mesjid itu terlihat bagai mercusuar-seperti menjalani fungsi mercusuar sebenarnya agar orang tidak tersesat berlayar pada malam hari. Menaranya yang terang benderang terlihat seperti dua belah tangan yang mengaminkan doa ke langit, sekaligus mengingatkan orang akan wujud Allah.

Jumlah pengunjung, dikatakan R Usman, bisa mencapai 1.000 orang pada hari Minggu atau pada hari libur. " Tak ada larangan melihat-lihat keadaan masjid setiap saat. Tapi jangan membawa saja barang yang ada di dalamnya. Walaupun hanya batu. Jika masih nekat, biasanya tak ada musibah," kata dia.


Ya, masjid yang megah berwarna kuning itu, akan menjadi ikonya Kepri.Pemerintah Kepri menjadikan Penyengat sebagai kawasan wisata religius bersama dengan daerah Lingga.

Semoga peninggalan sejarah itu menjadi objek wisata yang memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Karena hakekat pariwisata ketika masyarakat sejahtera oleh kunjungan wisata ke daerah tersebut. Karena di Kepri hanya ada masjid tersebut yang sudah mendunia. Sudah selaiknya, Pemprov Kepri memberikan perhatian. robby patria

Mampukah Kita Mencintai Tanpa Syarat

Based on True Story...

Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yang sudah
senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya
diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua.
Mereka menikah sudah lebih 32 tahun.

Mereka dikarunia 4 orang anak. Disinilah awal cobaan menerpa,setelah
istrinya melahirkan anak ke empat tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak
bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ketiga
seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang
lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi,
dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja
dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa
kesepian.

Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya
tersenyum. Untunglah tempat usaha Pak Suyatno tidak begitu jauh dari
rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan
siang, sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan
selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil
menceritakan apa-apa saja yang dia alami seharian.

Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak
Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap
berangkat tidur.

Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun dengan
sabar. Dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan keempat buah
hati mereka. Sekarang anak-anak mereka sudah dewasa tinggal si bungsu
yang masih kuliah.

Pada suatu hari, keempat anak Suyatno berkumpul di rumah orang tua
mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah
sudah tinggal dengan keluarga masing-masing dan Pak Suyatno memutuskan
ibu mereka dia yang merawat, yang dia inginkan hanya satu semua
anaknya berhasil.

Dengan kalimat yang cukup hati-hati anak yang sulung berkata, "Pak
kami ingin sekali merawat Ibu, semenjak kami kecil melihat Bapak
merawat Ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir
Bapak......... bahkan Bapak tidak ijinkan kami menjaga Ibu." Dengan
air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-katanya. "Sudah yang
keempat kalinya kami mengijinkan Bapak menikah lagi, kami rasa Ibu pun
akan mengijinkannya, kapan Bapak menikmati masa tua Bapak dengan
berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat Bapak, kami janji
kami akan merawat Ibu sebaik-baik secara bergantian."

Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anak
mereka. "Anak-anakku, jikalau perkawinan dan hidup didunia ini hanya
untuk nafsu, mungkin Bapak akan menikah......tapi ketahuilah dengan
adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah
melahirkan kalian...."

Sejenak kerongkongannya tersekat. "Kalian yang selalu kurindukan hadir
di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat menghargai
dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan
keadaanya seperti ini. Kalian menginginkan Bapak bahagia, apakah batin
Bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang,
kalian menginginkan Bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat
oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit."

Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno. Merekapun melihat
butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu Suyatno. Dengan pilu
ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu.

Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV
swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan
kepada Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat istrinya
yang sudah tidak bisa apa-apa. Di saat itulah meledak tangis beliau.
Tamu yang hadir di studio yang kebanyakan kaum perempuan pun tidak
sanggup menahan haru disitulah Pak Suyatno bercerita. "Jika manusia
didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi
tidak mau memberi... memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian...
adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup
saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya,
mencintai saya dengan hati dan batinnya bukan dengan mata, dan dia
memberi saya 4 orang anak yang lucu-lucu. Sekarang dia sakit karena
berkorban untuk cinta kita bersama... dan itu merupakan ujian bagi
saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa
adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia
sakit.****

Melihat Bisnis Walet di Dabo Singkep

Hasilkan Miliaran,Diekspor ke Singapura dan Malaysia


Bisnis sarang burung walet sangat menjanjikan. Satu mangkok sup sarang burung walet sampai dihargai Rp600 ribu. Per ons bisa dijual Rp1,6 juta. Sayangnya, saat ini di Dabo Singkep, Kabupaten Lingga belum aturan yang mengatur masalah ini. Bahkan, sekitar 200 rumah walet berdiri bebas di tengah-tengah pemukiman warga.


Mahatari mulai menggunakan pakaian berwarna merah menyelimuti Bumi dari sebelah barat. Kicauan burung walet pun tak henti-hentinya memekak telinga warga di sekitar pusat kota, Kecamatan Dabo Singkep, Kabupaten Lingga.

Kicauan burung walet yang biasanya ditemui di sekitar gua-gua itu kini dengan mudah bisa disaksikan di perkotaan. Setiap sore, ribuan burung walet terbang memasuki sarang-sarang yang disediakan peternak walet di Dabo Singkep.

Puluhan bangunan ruko setinggi empat lantai dengan luas 8 meter kali 20 meter berdiri megah di pusat Kota Dabo. Dari kejauhan sudah terlihat dinding ruko tersebut terdapat puluhan lubang selebar kepalan tangan untuk walet masuk ke dalam ruko. Kenapa ukurannya kecil? Sebab, untuk menghalangi kelelawar dan burung pemangsa walet masuk ke dalam ruko dan memakan walet.

Setidaknya sampai dengan tahun 2005, ada 200 rumah walet di Dabo yang berdiri di tengah-tengah pemukiman masyarakat.
Burung walet mulai mamasuki sarangnya pada sore hari. Ribuan kawanan walet pergi meninggalkan sarang pada pagi hari untuk mencari makan.
Peternak walet yang sudah mengetahui kebiasaan walet itu pun membuat kandang walet sedemikian rupa sehingga disenangi oleh walet. Bahkan, pengusaha walet selalu menjaga kebersihan lokasi. Setiap dua minggu selalu dibesihkan, bertujuan membuat walet lebih nyaman.

Jika manusia yang tak suka tempat kotor, walet juga demikian. Jika jarang dibersihkan, membuat walet tersebut berpindah ke lokasi lain yang lebih memberikan kenyaman bagi walet untuk istirahat dan sekaligus membuat sarang.

Bisnis walet termasuk usaha yang memberikan pendapatan besar bagi pengusaha Dabo.

Burung walet banyak mendatangi sarang yang sengaja di buat warga itu di musim penghujan. Untuk ukuran luas 8x 20 meter persegi, bisa menghasilkan 250 sarang walet. Satu sarang walet sebesar telapak perempuan
dibuat dua ekor walet. waktu yang dibutuhkan sampai 44 hari untuk membentuk satu sarang. Peternak bisa memanen hasilnya setahun lebih dari tiga kali. "Paling mini
mal tiga kali panen dalam satu tahun," ujar Ketua Asosiasi Pengusaha Walet Lingga, Tengku Kelana kepada wartawan di kediamannya, di Dabo Singkep, Sabtu (5/4).

Masalah kualitas sarang walet,
sarang yang dihasilkan di ruko lebih bagus dibandingkan dengan sarang walet yang dihasilkan di gua. Jenis sarang juga ada yang berwarna putih dan hitam.

Sarang yang dihasilkan di ruko lebih bersih dibandingkan dengan di sarang yang dihasilkan di gua. Sebab, peternak selalu membesihkan tempat walet. Sedangkan di gua, biasanya lokasi tempat walet bersarang jarang dibersihkan. Tak heran, sarang yang dibuat terlihat agak kotor dan berwarna hitam.

Kondisi
suhu cuaca di dalam ruangan juga selalu dijaga. Walet senang dengan kondisi panas yang tak lebih dari 29-32 Celcius. Jika agak dingin dan panas, maka harus dihidupkan kipas ataupun AC.
Dari penjelasan Tengku Kelana yang sudah belasan tahun menekuni bisnis walet, sarang putih diharga lebih mahal. Per kilogram bisa mencapai Rp16 juta. Sedangkan bungkus dengan berat 1 ons bisa djual 1,6 juta. Sarang yang kualitas terbaik biasanya berbentuk sudut.

Sekali panen, bisa mendapatkan satu kilo gram. Tetapi, jika pengusaha banyak memiliki rumah walet, maka banyak pula mendapat berkah dari walet. Dalam satu tahun pengusaha bisa meraup sampai miliaran rupiah dari usaha walet.


Untuk memproses walet menjadi barang konsumsi yang nyaman bagi manusia, terlebih dahulu sarang tersebut direndam dengan air selama enam jam. Kemudian setelah di rendam, sarang akan mengembang dan membentuk lembungan. Setelah itu baru dikeringkan.
Sarang walet ini dihargai mahal karena memberikan manfaat terhadap kesehatan manusia. Seperti baik untuk kesehatan paru-paru, dan penyakit. Jika sudah dimasak, satu mangkok sup walet bisa dijual seharga Rp600 ribu.

Sarang walet asal Lingga di pasarkan di Singapura, dan Malaysia. Sistem pemasaran produk tersebut pun sudah rapi. Pengusaha walet terkadang menunggu pembeli di Lingga dan terkadang juga datang ke Batam untuk melakukan transaksi.


Untuk di Kepri, menurut Tengku Kelana, walet paling banyak di Karimun. Tetapi di Lingga juga banyak walet. Bahkan kualitas walet tidak jauh berbeda dengan daerah lain.

Saking majunya usaha walet di tahun 2000, Tengku Kelana sampai mempekerjakan 40 orang. Tetapi saat ini jumlah pekerjanya mulai berkurang. Sebab, dia mulai mengalihkan bisnis waletnya ke proses pengolahan, tak lagi peternak. Lelaku tinggi besar ini membuat rumah walet di samping kediamananya dengan tinggi empat lantai.


Belum Memberikan PAD


Tengku Kelana mengakui, walaupun
banyak pengusaha walet di Lingga, sampai saat ini belum memberikan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebab sampai saat ini Lingga belum ada memiliki peraturan daerah mengenai walet. Dulu Lingga sempat mengadopsi perda dari Kepri, tetapi sampai saat ini tak lagi menggunak perda tersebut.

"Sampai saat ini kita belum memiliki perda yang mengatur tentang walet. Seharusnya, penangkaran walet ini berada dua kilo dari pemukiman penduduk. Tidak seperti saat ini," ujar Tengku Kelana.
Jika sudah ada perda, maka rumah walet bisa diatur. Saat ini tak ada yang mengatur usaha walet.
Akibat belum adanya perda, pengusaha walet di Lingga tak memberikan pendapatan bagi daerah. Selain itu, keberadaan walet di tengah kota juga menganggu masyarakat.

Bupati Lingga Daria, kepada Batam Pos menyatakan, banyak potensi yang bisa digali dari walet. Tetapi sampai saat ini pihaknya belum bisa membuat aturan khusus tentang walet.


"Kita serba susah mengatur walet ini. Dulu pengusaha itu memperolah izin untuk mendirikan ruko. Nyatanya menjadi sarang walet. Hal ini sangat kita sesalkan," ujar Daria.

Namun dirinya mengakui tak bisa berbuat banyak dengan pengusaha walet. Sebab sangat sensitif. "Kita juga harus hati-hati dengan usaha walet ini. Sebab menyangkut usaha masyarakat di Dabo," paparnya, Minggu (6/4) di Dabo Singkep.

tampaknya, ketidak harmonisan eksekutif dan legislatif membuat
perda walet itu tak jelas juntrungannya. Di samping tak memberikan sumbangan bagi Pemda Lingga, karena berada di tengah kota, menjamurnya rumah walet cukup merisaukan masyarakat.robby patria

Siapa jadi Anambas 1


Kabupaten Kepulauan Anambas (KKA) telah disahkan menjadi kabupaten baru di Indonesia bersama 11 daerah lainnya. Anambas menjadi daerah otonom baru di Provinsi Kepulauan Riau. Yang menjadi pertanyaan, siapa yang akan menjadi bupati sementara sebelum KKA melaksanakan pemilihan kepala daerah langsung?

Dari info yang diperoleh Batam Pos, Gubernur Kepri Ismeth Abdullah memiliki sejumlah nama yang bisa dijadikan bupati sementara di Anambas. Diantaranya mantan Bupati Natuna Hamid Rizal yang kini menjadi Kepala Dinas Pertambangan dan Energi, Asisten Tata Praja Tengku Muchtaruddin, Asisten Administrasi Arifin, Sekretaris Daerah Edi Wijaya, dan Ketua Badan Penyelaras Pembentukan Kabupaten Anambas (B2KKA) M Zein.


M Zein merupakan pegawai negeri sipil bertugas di Universitas Pendidikan Nasional. Banyak tokoh pejuang dari Anambas menginginkan Zein menjadi bupati sementara. Karena tokoh yang satu ini memang dari awal menggerakan pemikiran pembentukan Anambas.


”Menurut hati nurani, kami ingin Zein yang jadi bupati sementara. Tetapi itu terserah gubernur untuk menunjuk figur yang layak memimpin Anambas,” ujar salah satu pengurus di BP2KA kepada Batam Pos, tadi malam.


Sedangkan calon kuat yang banyak disebut-sebut Tengku Muchtarudin. Selain menguasai pemerintahan, Muchtarudin dari awal mengikuti proses pemekaran Anambas. Muchtarudin dinilai ahli di pemerintahan. ”Keputusan penting penentuan siapa yang akan menjadi pemegang jabatan sementara tergantung gubernur.


Tentunya, orang yang dipercaya gubernur adalah mereka yang bisa diajak kerja sama oleh Gubernur. Apalagi menjelang pemilu 2009,” kata sumber Batam Pos yang enggan disebutkan namanya.


Kemudian Ismeth memiliki Hamid Rizal yang sudah memiliki pengalaman menjadi bupati di Natuna. Hamid Rizal juga sebagai salah satu pendorong terbentuknya Anambas saat dia menjadi bupati di Natuna. Dengan bekal pengalaman Hamid Rizal selama jadi bupati di Natuna, tak salah jika disebut-sebut calon kuat pejabat sementara di Anambas.


Sekretaris BP2KA, Wan Sarros ketika dikonfirmasi masalah itu tak banyak memberikan kometar. ”Kita serahkan saja ke gubernur. Tentunya Pak Ismeth sudah memiliki figur yang kuat memimpin sementara di Anambas,” kata Saros.
Menurutnya, Anambas sudah jadi. Kini tinggal mengisi pembangunan di sana. Tak ada lagi polemik. Semua harus bersatu membangun Anambas.


Sedangkan Kepala Kesbang Linmas Pemprov Kepri Muhammad Nur ketika ditanya siapa yang bakal menjadi Bupati Anambas, dia enggan menanggapi. ”Tanya pak Sekda saja ya. Saya kurang mengetahuinya,” ujar Nur kepada Batam Pos, tadi malam.


Staf Ahli Gubernur bidang Politik dan Kebijakan Publik Agustar menilai, pembentukan Anambas menjadi kabupaten baru semakin mempercepat proses pembangunan di Kepri. ”Tugas penting bupati sementara menyediakan sarana pemerintahan. Memang figur yang duduk jadi bupati menguasai tata pemerintahan,” kata Agustar.


Ketika ditanya kalau Tengku Muchtarudin yang jadi bupati, Agustar tak banyak komentar. ”Bisa saja dia. Semua pejabat di Kepri memiliki peluang untuk ditunjuk gubernur melalui persetujuan Menteri Dalam Negeri untuk jadi bupati. Yang pasti figur itu menguasai pemerintahan. Karena tugasnya menyiapkan fasilitas pendukung pemerintahan,” jelas Agustar.
Sedangkan menurut anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Kepri, Idris Zaini, untuk masalah itu, harus serahkan pada mekanisme yang ada yaitu diserahkan kepada Gubernur dan Bupati Natuna.


Anambas memiliki banyak sumber daya manusia (SDM) yang memadai tersebar di seluruh Kepri, baik di Batam, Natuna, dan Tanjungpinang. Sedangkan untuk figur bupati kuncinya hanya dua, yaitu partai politik dan masyarakat pemilih. Tetapi yang terpenting harus ditekankan bagi BP2KKA adalah tidak terlalu mempersoalkan tentang bupatinya, melainkan fokus pada pelibatan seluruh stakeholder Anambas dalam menyiapkan konsep Anambas berupa blue print (cetak biru) pembangunan untuk kurun waktu 5-10 tahun ke depan. Sekaligus ini menjadi momentum tepat BP2KKA mengajak masyarakat, tokoh, pemikir Anambas memberikan sumbangsih pemikiran dan juga konsorsium West Natuna yang selama ini terlibat dalam pembangunan di Kabupaten Natuna.

”Anambas memiliki potensi luar biasa yang akan digunakan untuk kesejahteraan masyarakat,” tutur Idris. (Robby Patria)